Direktur Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Institute Jamhadi menyatakan bahwa sumber daya manusia (SDM) unggul menjadi salah satu kunci menghadapi era disrupsi dan ekonomi kreatif.

"Perubahan dunia kepada disrupsi digital tidak dapat dihindari," kata Jamhadi saat menjadi pembicara dalam Seminar Nasional dan Deklarasi Perkumpulan Doktor Indonesia Maju (PDIM) di Universitas Respati Kampus B, Jakarta Timur, melalui siaran pers yang diterima ANTARA di Surabaya, Minggu. 

Tak hanya itu, lanjut dia, generasi milenial juga dihadapkan pada Revolusi Industri 4.0 yang menuntut keterampilan bisnis dan cara kerja yang baru, sehingga pengembangan SDM agar sesuai dengan tuntutan zaman menjadi satu keharusan.

Menurut dia, SDM yang kreatif dan memiliki keterampilan yang mendalam yang saat ini diperlukan untuk memastikan keberlanjutan daya saing tenaga kerja nasional. Pengetahuan dan keterampilan yang tertanam dalam individu Indonesia adalah bibit unggul yang akan mendorong inovasi, produktivitas, dan pertumbuhan bangsa.

"Seperti dikutip dari Gerd Leonhard, Futurist, secara global era digitalisasi akan menghilangkan sekitar satu hingga 1,5 miliar pekerjaan sepanjang tahun 2015-2025, karena digantikannya posisi manusia dengan mesin otomatis," ujarnya.

Ketua Umum Yayasan Kedaulatan Pangan Nusantara Wilayah Jawa Timur ini mengatakan, ancaman lain adalah diestimasi bila di masa depan, 65 persen murid sekolah dasar di dunia akan bekerja pada pekerjaan yang belum pernah ada di hari ini.

"Saat ini saja anak-anak bercita-cita sebagai youtuber. Di era 70-an hingga 90-an hal itu belum pernah terbayangkan," katanya.

Meski demikian, kata dia, di sisi lain kondisi ini menciptakan berbagai peluang baru. Era digitalisasi berpotensi akan memberikan peningkatan net tenaga kerja hingga 2.1 juta pekerjaan baru pada tahun 2025. 

Selain itu, terdapat potensi pengurangan emisi karbon kira-kira 26 miliar metrik ton dari tiga industri : elektronik (15,8 miliar), logistik (9,9 miliar) dan otomotif (540 miliar) dari tahun 2015-2025 (World Economic Forum).

"Bahkan, saat ini beberapa jenis model bisnis dan pekerjaan di Indonesia sudah terkena dampak dari arus era digitalisasi. Toko konvensional yang ada sudah mulai tergantikan dengan model bisnis marketplace. Taksi atau Ojek Tradisional posisinya sudah mulai tergeserkan dengan moda-moda berbasis daring," kata CEO PT. Tata Bumi Raya ini.

Untuk memanfaatkan peluang itu sebaik mungkin, kata dia, generasi saat ini harus memiliki skill yang dibutuhkan industri masa depan, salah satunya adalah Complex Problem Solving yaitu kemampuan untuk memecahkan masalah yang asing dan belum diketahui solusinya di dalam dunia nyata.

Ia mengatakan, social skill adalah kemampuan untuk melakukan koordinasi, negosiasi, persuasi, mentoring, kepekaan dalam memberikan bantuan hingga emotional intelligence.

"Ada juga yang disebut process skill yaitu kemampuan yang terdiri dari : active listening, logical thinking, dan monitoring self and the others," kata Co-founder Surabaya Creative City Forum (SCCF) tersebut.

System skill juga tak kalah penting yaitu kemampuan untuk dapat melakukan judgement dan keputusan dengan pertimbangan cost-benefit serta kemampuan untuk mengetahui bagaimana sebuah sistem dibuat dan dijalankan.

Melihat banyaknya kemampuan dan keahlian yang harus dipersiapkan generasi saat ini, Jamhadi mengatakan banyak Pekerjaan Rumah (PR) yang harus diselesaikan bersama-sama oleh pemerintah dan seluruh stakeholder negeri ini.

"Harus ada komitmen peningkatan investasi di pengembangan digital skills," kata Dewan Pembina ISMI Jawa Timur ini.

Selain itu juga selalu mencoba dan menerapkan purwarupa teknologi terbaru, learn by doing, juga menggali bentuk kolaborasi baru bagi model sertifikasi atau pendidikan dalam ranah peningkatan digital skill. 

Selaiun itu, lanjut dia, juga harus ada kolaborasi antara dunia industri, akademisi, dan masyarakat untuk mengidentifikasi permintaan dan ketersediaan skill bagi era digital di masa depan.

"Menyusun kurikulum pendidikan yang telah memasukan materi terkait human-digital skills hingga pengembangan program vokasi menjadi penting," kata Jamhadi.
 
Pengembangan program vokasi terdiri dari peningkatan kualitas SDM untuk menyiapkan kebutuhan kompetensi dalam menyongsong era industri 4.0 dan ekonomi digital. Harus ada strategi perbaikan  pendidikan dan pelatihan vokasi antara lain : reformasi kelembagaan, pengembangan standar kompetensi, pembakuan mekanisme  pemagangan dan pendanaan.

"Salah satu tantangan yang harus ditaklukkan adalah menciptakan tenaga kerja berkualitas dan terampil yang dibutuhkan Indonesia. Salah satunya harus dihasilkan oleh Perguruan Tinggi yang bermutu," kata pria yang juga merupakan Komisaris Utama PT. Surya Bangun Indah ini.

 

Pewarta: Abdul Hakim

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019