Staf Ahli Menteri Pariwisata, Priyanto Rudito menilai industri kuliner bisa mendongkrak sektor pariwisata yang ada di Indonesia.

Ditemui di sela prosesi wisuda Akademi Kuliner dan Patiseri OTTIMMO International di Surabaya, Kamis, Priyanto mengatakan ada tiga hal yang mampu mendongkrak sektor pariwisata di Indoensia. Pertama karena alamnya, budaya hingga kreasi manusia.

"Nah, kuliner ini bagian dari budaya. Dari hasil studi yang kami lakukan, kuliner memiliki peringkat tertinggi dalam kontribusi daya tarik wisatawan asing," ujarnya.

Meski dinilai mampu mendongkrak sektor pariwisata, pihaknya membutuhkan duta pada industri kuliner untuk menjadi daya tarik.

"Siapa pelakunya? Ya koki itu. Koki memiliki peran yang strategis di industri pariwisata. Koki bisa menjadi duta grastonomi atau diplomasi kuliner," katanya.

Dengan berkembangnya industri pariwisata, kata dia, tentu saja akan ada tambahan destinasi. Di mana, kebutuhan chef juga akan cukup tinggi.

Menurutnya, berbicara destinasi wisata, maka kaitanya di atraksi, akses dan amenitas, yang di dalamnya meliputi restoran dan kulineri.

"Maka dengan meningkatnya kebutuhan industri pariwisata, secara tidak langsung tingkat kebutuhan koki juga meningkat. Saya melihat kebutuhan itu harus dipenuhi" kata dia.

 Selain kebutuhan akan koki, pihaknya juga mendorong olahan makanan lokal yang disuguhkan dalam mendongkrak sektor pariwisata.

"Kita lakukan studi yang diperoleh dengan sejumlah makanan khas. Misalnya rendang, soto, gado-gado, sate dan nasi goreeng. Kita harapkan koki lulusan OTTIMMO juga mendukung olahan masakan nasional," ucapnya.

Sementara itu, Founder OTTIMMO Danu Rianto menuturkan lulusan koki OTTIMMO tidak hanya menjadi tukang masak. Namun juga memiliki kemampuan bisnis hingga memahami nutrisi makanan.

Danu juga menilai dengan perkembangan industri pariwisata, kulineri di Indonesia juga mempunyai daya tarik yang cukup tinggi.

"Rasanya kalau untuk food and beverage ini bisnis yang tidak akan mati. Sehingga dibutuhkan orang-orang yang ahli dalam meramu olahan," kata dia.

Oleh karena itu, untuk menghasilkan lulusan berkualitas pihaknya pun bekerjasama dengan salah satu perguruan tinggi di Australia untuk melakukan uji kompetensi sertifikasi koki.

"Kita belum ada (sertifikasi),  tapi tahap kami akan membuat lembaga sertifikasi.  Di Indonesia memang belum ada lembaga sertifikasi. Tapi kita bekerja sama dengan Perguruan Tinggi Australia untuk sertifikasi. Uji kompetensi ini juga bisa digunakan ketika lulusan ingin menjadi koki di sana," ujarnya. (*)

Pewarta: Willy Irawan

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019