Bunga Tabebuya (Chrysotricha) berwarna kuning, merah muda, dan putih tampak menyerupai bunga Sakura asal Jepang bermekaran di sepanjang jalan protokol Kota Surabaya, Jawa Timur, sepanjang November ini.

"Tahun ini agak mundur, karena cuaca yang kurang bersahabat. Tahun lalu Oktober sudah mekar semua," kata Kepala Bidang Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan Penerangan Jalan Umum (PJU) Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau (DKRTH) Kota Surabaya, Hendri Setianto, di Surabaya, Senin.

Baca juga: Indahnya Kota Surabaya Berbalut Mekarnya Bunga

Dia menjelaskan Tabebuya ditanam di pinggir-pinggir jalan sejak 10 tahun lalu. Tiap tahun jumlahnya diperbanyak dan hingga kini sedikitnya tujuh ribu tanaman Tabebuya berdiri di sepanjang ruas jalan protokol.

Alasan Pemkot Surabaya memilih tanaman Tabebuya di tanam di pinggir jalan, lanjut dia, karena dari segi kualitas bunganya menarik dan pohonnya cepat tumbuh besar.

Selain itu, lanjut dia, tanaman tersebut tetap tumbuh dengan baik terhadap iklim apapun. "Untuk perawatan, tidak ada kesulitan. Empat bulan sekali kita kasih pupuk," ujarnya.

Baca juga: Bunga ala Sakura Bermekaran, Suasana Surabaya Makin Cantik (Video)

Untuk kegiatan perawatan, Hendri mengaku hanya melakukan penyiraman dan memberikan pupuk secara reguler. Pupuk yang digunakan adalah pupuk organik yang dihasilkan dari proses pengomposan sampah.

"Dari kegiatan perantingan pohon, kita manfaatkan untuk kompos. Untuk tanaman-tanaman yang ada di taman, kita sudah kurangi penggunaan pupuk kimia, beralih ke organik," katanya.

Baca juga: Anggota DPRD Jatim Apresiasi Risma dan Tabebuya

Ia menyebut pada 2020, Pemkot Surabaya menambah sekitar 500 pohon Tabebuya. Tanaman Tabebuya yang ditanam, berdiameter 8-10 centimeter dengan ketinggian tiga meter. Pohon yang ditanam rata-rata sudah berusia empat tahun ke atas.

"Begitu kita tanam, setahun sudah berbunga," ujarnya.

Ratusan tanaman Tabebuya yang dialokasikan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Surabaya 2020 itu, penanamannya akan difokuskan di wilayah Surabaya Barat, di antaranya Jalan Mayjen Sungkono, Jalan H.R. Muhammad, dan Wiyung.

"Rata-rata tanaman yang kita tanam Tabebuya yang berwarna merah muda karena bunganya menarik dari warna lainnya," kata Hendri.

Keindahan Tabebuya menarik perhatian masyarakat. Beberapa orang tak melewatkan begitu saja panorama tersebut dengan mengabadikan mekarnya bunga itu, seperti halnya di Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) Wonokromo, nampak dua orang berswafoto dengan latar belakang Tabebuya.

Maria Dolorosa, asal Nusa Tenggara Timur (NTT), mengaku senang dengan bermekaran Tabebuya.

"Bunganya sangat bagus dan cantik, seperti bunga Sakura. Saya suka pemandangannya. Di sini beda dengan kota-kota lainnya," katanya.

Pendapat senada juga disampaikan, Ligata, perempuan 21 tahun asal Banyuwangi.

Menurut dia, bunga Tabebuya tak setiap saat terlihat. Bunga ini setahun hanya terlihat sekali mekarnya.

"Karena hanya setahun sekali, makanya begitu ada kesempatan, saya ingin melihat bunganya dari dekat. Foto-foto bunga yang saya abadikan ini nanti saya 'share' (bagikan) ke media sosial seperti Instagram," kata mahasiswa Komunikasi Universitas Airlangga (Unair) itu.

 

Pewarta: Abdul Hakim

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019