Hari Pahlawan diperingati setiap tanggal 10 November. Hari Pahlawan tak terlepas dari historis bagaimana Bangsa Indonesia berhasil lepas dari tangan penjajah.
Di era dahulu, sosok pahlawan berjuang dengan senjata. Tak gentar melawan musuh dengan senjata nan canggih. Segalanya direlakan, harta, bahkan nyawa. Semua demi cinta Indonesia dan demi mempertahankan NKRI dari penjajah.
Kini, zaman sudah berubah. Namun, sosok pahlawan tak akan pernah pudar. Jika dahulu pahlawan sosok yang identik dengan senjata melawan penjajah, tapi perjuangan kini berbeda dengan dahulu. Bukan hanya soal perang fisik, tapi di era sekarang ini sosok pahlawan adalah yang mempunyai solusi dari berbagai masalah besar bangsa ini.
Berbagai tantangan di depan mata, dari berbagai sektor, mulai sosial, ekonomi, politik hingga hukum. Sektor sosial, masalah kemiskinan masih cukup menjadi pekerjaan rumah.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2019 berjumlah 25,14 juta jiwa atau 9,41 persen. Namun, angka tersebut lebih rendah 0,53 juta jiwa dibandingkan dengan penduduk berpengeluaran per kapita di bawah garis kemiskinan pada September 2018 lalu.
Persoalan bukan hanya menyelesaikan pekerjaan rumah meningkatkan kesejahteraan warga. Namun, kesehatan juga menjadi faktor yang harus diperhatikan.
Pemerintah telah membuat kebijakan untuk menaikkan tarif BPJS Kesehatan untuk peserta bukan penerima upah (PBPU) dan peserta bukan pekerja atau peserta mandiri. Kenaikan ini berlaku per 1 Januari 2020.
Kebijakan kenaikan itu ternyata menuai pro dan kontra. Masyarakat berharap pemerintah membuat kebijakan yang lebih mengerti rakyat kecil, terutama dengan lebih mempermudah pelayanan kesehatan.
Masalah bukan hanya itu. Soal korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), radikalisme hingga intoleransi juga masih menjadi perhatian serius. Selain itu, narkoba juga masih menjadi pekerjaan besar untuk menanganinya.
Di bidang ekonomi, pemerintah berupaya besar menggaet investor agar masuk ke Indonesia. Terjadinya unjuk rasa beberapa waktu lalu terkait dengan sejumlah kebijakan pemerintah disebut berpengaruh pada investor. Sejumlah pengamat politik maupun pelaku usaha sektor riil menyebut bisnis bisa bergerak dan tumbuh dalam kondisi sosial ekonomi yang stabil.
Sebuah pekerjaan yang tidak mudah diemban saat ini. Bukan hanya para pemimpin, tapi masyarakat juga ikut andil untuk menjaga NKRI.
Lalu, bagaimana pahlawan masa kini?.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pahlawan berarti orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran; pejuang yang gagah berani.
Mengacu pada makna tersebut, pahlawan bisa dikatakan orang yang berkontribusi memberikan manfaat untuk masyarakat. Orang yang bisa membawa perubahan pada lingkungan menjadi lebih baik, sehingga masyarakat di sekitar juga menerima manfaat.
Nilai-nilai semacam ini yang dibutuhkan. Nilai mau dan mampu membawa perubahan lingkungan, rela meninggalkan kepentingan pribadi untuk umum, rela berkorban, dan berani jujur. Nilai-nilai itu tetap harus hidup dan secara tulus untuk masyarakat.
Nilai kepahlawan tidak harus selalu besar. Sesuatu yang kecil dan bermanfaat untuk lingkungan tak ternilai harganya. Masyarakat kini membutuhkan perubahan yang nyata dan bukan hanya teori. Setiap orang bisa menjadi pahlawan sesuai dengan kemampuan dan ilmu yang dimilikinya. Selamat Hari Pahlawan. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019
Di era dahulu, sosok pahlawan berjuang dengan senjata. Tak gentar melawan musuh dengan senjata nan canggih. Segalanya direlakan, harta, bahkan nyawa. Semua demi cinta Indonesia dan demi mempertahankan NKRI dari penjajah.
Kini, zaman sudah berubah. Namun, sosok pahlawan tak akan pernah pudar. Jika dahulu pahlawan sosok yang identik dengan senjata melawan penjajah, tapi perjuangan kini berbeda dengan dahulu. Bukan hanya soal perang fisik, tapi di era sekarang ini sosok pahlawan adalah yang mempunyai solusi dari berbagai masalah besar bangsa ini.
Berbagai tantangan di depan mata, dari berbagai sektor, mulai sosial, ekonomi, politik hingga hukum. Sektor sosial, masalah kemiskinan masih cukup menjadi pekerjaan rumah.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2019 berjumlah 25,14 juta jiwa atau 9,41 persen. Namun, angka tersebut lebih rendah 0,53 juta jiwa dibandingkan dengan penduduk berpengeluaran per kapita di bawah garis kemiskinan pada September 2018 lalu.
Persoalan bukan hanya menyelesaikan pekerjaan rumah meningkatkan kesejahteraan warga. Namun, kesehatan juga menjadi faktor yang harus diperhatikan.
Pemerintah telah membuat kebijakan untuk menaikkan tarif BPJS Kesehatan untuk peserta bukan penerima upah (PBPU) dan peserta bukan pekerja atau peserta mandiri. Kenaikan ini berlaku per 1 Januari 2020.
Kebijakan kenaikan itu ternyata menuai pro dan kontra. Masyarakat berharap pemerintah membuat kebijakan yang lebih mengerti rakyat kecil, terutama dengan lebih mempermudah pelayanan kesehatan.
Masalah bukan hanya itu. Soal korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), radikalisme hingga intoleransi juga masih menjadi perhatian serius. Selain itu, narkoba juga masih menjadi pekerjaan besar untuk menanganinya.
Di bidang ekonomi, pemerintah berupaya besar menggaet investor agar masuk ke Indonesia. Terjadinya unjuk rasa beberapa waktu lalu terkait dengan sejumlah kebijakan pemerintah disebut berpengaruh pada investor. Sejumlah pengamat politik maupun pelaku usaha sektor riil menyebut bisnis bisa bergerak dan tumbuh dalam kondisi sosial ekonomi yang stabil.
Sebuah pekerjaan yang tidak mudah diemban saat ini. Bukan hanya para pemimpin, tapi masyarakat juga ikut andil untuk menjaga NKRI.
Lalu, bagaimana pahlawan masa kini?.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pahlawan berarti orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran; pejuang yang gagah berani.
Mengacu pada makna tersebut, pahlawan bisa dikatakan orang yang berkontribusi memberikan manfaat untuk masyarakat. Orang yang bisa membawa perubahan pada lingkungan menjadi lebih baik, sehingga masyarakat di sekitar juga menerima manfaat.
Nilai-nilai semacam ini yang dibutuhkan. Nilai mau dan mampu membawa perubahan lingkungan, rela meninggalkan kepentingan pribadi untuk umum, rela berkorban, dan berani jujur. Nilai-nilai itu tetap harus hidup dan secara tulus untuk masyarakat.
Nilai kepahlawan tidak harus selalu besar. Sesuatu yang kecil dan bermanfaat untuk lingkungan tak ternilai harganya. Masyarakat kini membutuhkan perubahan yang nyata dan bukan hanya teori. Setiap orang bisa menjadi pahlawan sesuai dengan kemampuan dan ilmu yang dimilikinya. Selamat Hari Pahlawan. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019