Komisi Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD) Kabupaten Madiun, Jawa Timur, sepanjang 2019 ini mencatat sebanyak 92 orang di wilayah itu sebagai pengidap baru HIV, dengan 27 orang di antaranya sudah mengidap AIDS.
"Ini tentu sangat memprihatinkan, karena tiap tahun temuan HIV/AIDS di Kabupaten Madiun terus meningkat," ujar Sekretaris KPAD Kabupaten Madiun Lenny D. Ambarsari kepada wartawan di Madiun, Kamis.
Menurut dia, temuan pengidap HIV/AIDS di Kabupaten Madiun seperti fenomena gunung es. Hanya permukaannya yang terlihat, sementara jika ditelusuri lebih jauh, jumlah yang ditemukan lebih banyak.
"Kalau diakumulasikan terdapat sebanyak 773 penderita HIV/AIDS di Kabupaten Madiun secara keseluruhan," Kata dia.
Baca juga: Selama 2010-2019, penderita HIV/AIDS di Situbondo tercatat 1.163 orang
Bahkan, Dinas Kesehatan (Dinkes) Jawa Timur pernah menyebut di Kabupaten Madiun diduga ada sekitar 1.400 orang dengan HIV/AIDS (ODHA).
"Jumlah yang lebih besar itu karena tidak sedikit dari mereka masih merasa malu untuk memeriksakan penyakit yang dideritanya," kata Lenny.
Adapun sesuai pemetaan, wilayah di Kabupaten Madiun yang paling tinggi terjadi penularan HIV/AIDS terdapat di Kecamatan Jiwan. Di wilayah tersebut banyak ditemui warung remang-remang, sehingga rawan terjadinya penularan HIV/ AIDS karena diduga menjadi lokalisasi prostitusi terselubung.
Di Kecamatan Jiwan juga terdapat bekas Lokalisasi Gude yang telah ditutup pemerintah daerah. Selain itu, ditengarai banyak pekerja seks komersial (PSK) bekas penghuni lokalisasi tersebut yang telah dipulangkan ke daerah asal kembali ke Madiun dan menjual jasa prostitusi terselubung.
"Selain itu, pasangan homoseksual juga rentan terkena penyakit tersebut. Sampai saat ini, tercatat ada 16 kasus HIV/AIDS karena faktor homoseksual," katanya.
Dari jumlah tersebut, 12 ODHA di antaranya merupakan waria. Kini, KPAD Madiun intensif melakukan sosialisasi di kalangan kelompok-kelompok yang memiliki risiko tinggi tertular HIV/AIDS.
Selain itu, tambah Lenny, KPAD juga sering melakukan kegiatan voluntary counselling and testing (VCT) secara mobile di tempat para perisiko tinggi tersebut.
"Nantinya jika ditemukan ada yang positif terkena HIV/AIDS, akan segera diobati dan diedukasi untuk berperilaku yang benar agar tidak menularkan HIV/AIDS ke orang lain," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019
"Ini tentu sangat memprihatinkan, karena tiap tahun temuan HIV/AIDS di Kabupaten Madiun terus meningkat," ujar Sekretaris KPAD Kabupaten Madiun Lenny D. Ambarsari kepada wartawan di Madiun, Kamis.
Menurut dia, temuan pengidap HIV/AIDS di Kabupaten Madiun seperti fenomena gunung es. Hanya permukaannya yang terlihat, sementara jika ditelusuri lebih jauh, jumlah yang ditemukan lebih banyak.
"Kalau diakumulasikan terdapat sebanyak 773 penderita HIV/AIDS di Kabupaten Madiun secara keseluruhan," Kata dia.
Baca juga: Selama 2010-2019, penderita HIV/AIDS di Situbondo tercatat 1.163 orang
Bahkan, Dinas Kesehatan (Dinkes) Jawa Timur pernah menyebut di Kabupaten Madiun diduga ada sekitar 1.400 orang dengan HIV/AIDS (ODHA).
"Jumlah yang lebih besar itu karena tidak sedikit dari mereka masih merasa malu untuk memeriksakan penyakit yang dideritanya," kata Lenny.
Adapun sesuai pemetaan, wilayah di Kabupaten Madiun yang paling tinggi terjadi penularan HIV/AIDS terdapat di Kecamatan Jiwan. Di wilayah tersebut banyak ditemui warung remang-remang, sehingga rawan terjadinya penularan HIV/ AIDS karena diduga menjadi lokalisasi prostitusi terselubung.
Di Kecamatan Jiwan juga terdapat bekas Lokalisasi Gude yang telah ditutup pemerintah daerah. Selain itu, ditengarai banyak pekerja seks komersial (PSK) bekas penghuni lokalisasi tersebut yang telah dipulangkan ke daerah asal kembali ke Madiun dan menjual jasa prostitusi terselubung.
"Selain itu, pasangan homoseksual juga rentan terkena penyakit tersebut. Sampai saat ini, tercatat ada 16 kasus HIV/AIDS karena faktor homoseksual," katanya.
Dari jumlah tersebut, 12 ODHA di antaranya merupakan waria. Kini, KPAD Madiun intensif melakukan sosialisasi di kalangan kelompok-kelompok yang memiliki risiko tinggi tertular HIV/AIDS.
Selain itu, tambah Lenny, KPAD juga sering melakukan kegiatan voluntary counselling and testing (VCT) secara mobile di tempat para perisiko tinggi tersebut.
"Nantinya jika ditemukan ada yang positif terkena HIV/AIDS, akan segera diobati dan diedukasi untuk berperilaku yang benar agar tidak menularkan HIV/AIDS ke orang lain," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019