Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Jatim bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jatim dan Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Jatim memasang separator (pemisah) di lokasi semburan lumpur di perumahan Kutisari Utara Surabaya.

"Separator itu untuk memisahkan antara air, minyak dan gas. Nanti dibuatkan penampungan sementara karena nanti ada ruangnya," ujar Kepala Dinas ESDM Jatim Setiajit kepada wartawan di Surabaya, Rabu.

Untuk pemasangannya, BPBD siap membantu, namun membutuhkan surat pernyataan dari Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini bahwa kejadian semburan lumpur ini membutuhkan penanganan darurat sehingga harus ditanggulangi.

Baca juga: DLH Surabaya buat tempat penyaringan di lokasi semburan minyak

Mantan Kepala Dinas Tenaga kerja dan Transmigrasi tersebut segera berkirim surat ke Wali Kota Surabaya untuk membuat pernyataan darurat agar segera ditanggulangi.

"Sebab jika sudah ada pernyataan itu maka BPBD bersama IAGI akan membangun separator," ucapnya.

Dengan dipasang separator nantinya, Setiajit menyatakan akan bermanfaat bagi warga sekitar, sebab gas yang keluar dari sumur tua bisa dimanfaatkan untuk kepentingan warga, sedangkan minyaknya diserahkan ke pihak Pertamina.

"Nanti dilihat seberapa besar gas yang ada. Kalau airnya dipisahkan, selanjutnya dibuang ke saluran air. Karena air yang mengandung minyak dan gas itu membahayakan, seperti limbah B3," katanya.

Baca juga: Semburan lumpur di Kutisari Indah Surabaya bercampur air dan minyak

Sementara itu, Ketua IAGI Jatim Handoko Teguh Wibowo menjelaskan munculnya semburan lumpur mengandung minyak dan gas itu tak bisa dilepaskan dari sejarah masa lampau.

Pada tahun 1888, kata dia, Belanda mengeksplorasi minyak di blok Kuti yang di dalamnya ada rembesan-rembesan minyak dan gas di beberapa titik.

Tercatat di referensi, ada sekitar 80-an lubang bor di blok Kuti, yang artinya sangat produktif produksi minyak pada saat itu, lalu pada tahun 1890, Belanda membuat penyulingan minyak di Wonokromo yang merupakan kilang minyak pertama di Indonesia.

"Belanda membuatnya dengan alasan ada jalur distribusi Kalimas, Brantas dan rel kereta api. Begitu produktifnya Kuti, kemudian Belanda memulai eksplorasi di sekitar Kuti. Dari 80 sumur yang terindentifikasi, 34 yang masih eksis, dan yang tak diketahui ada 46 sumur," katanya.

Dia menduga semburan lumpur di Kutisari merupakan satu lubang bor yang masih eksis, kemudian kepala sumurnya sudah hilang sehingga tak diketahui permukaannya.

"Artinya, masih produksi minyak di Kutisari. Karena itu, kami akan memasang separator disana," tuturnya.

Pewarta: Fiqih Arfani

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019