Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, rutin menyalurkan bantuan air bersih ke sembilan desa yang terdampak kekeringan selama 1-2 bulan terakhir.
"Penyaluran kami lakukan bergilir dengan rata-rata empat sampai lima desa per harinya," kata Kepala BPBD Tulungagung Suroto di Tulungagung, Senin.
Sembilan desa yang rutin mendapat pasokan air bersih dari BPBD tersebar di lima kecamatan di wilayah selatan Tulungagung, yakni Besuki, Tanggunggunung, Kalidawir, Pucanglaban, dan Rejotangan.
Penyaluran diberikan setelah BPBD menerima permintaan langsung dari masing-masing pemerintah desa, dengan kondisi dan tingkat dampak kekeringan bervariasi.
"Ada yang mendapat pasokan antara 1-2 tangki, tergantung kebutuhan dan kemampuan. Kalau total sehari rata-rata suplai kami sekitar 6-7 tangki dengan skema distribusi bergilir tadi," ujarnya.
Suroto menjelaskan suplai air bersih akan terus dilakukan sampai status bencana kekeringan dicabut dan sumber-sumber air kembali mengalir.
Diperkirakan kemarau masih akan terjadi pada akhir Oktober hingga awal November.
Masalahnya, katanya, kekeringan dan krisis air bersih di daerah tersebut saat ini ditengarai kian meluas, tak hanya melanda sembilan desa di lima kecamatan yang telah diidentifikasi BPBD, namun juga terjadi di banyak desa lain akibat menurunnya debit air bawah tanah.
Ia menyebut banyak permukaan air sumur susut hingga kering sama sekali. Demikian juga dengan sumber-sumber air dan sungai yang tak lagi mengalirkan air.
Warga yang mampu masih bisa menyiasati kondisi krisis itu dengan membeli air ke pedagang atau pengecer air bersih yang dijual komersil dengan harga Rp15 ribu per 15 liter.
Namun, hal itu tidak berlaku bagi sebagian besar warga desa yang hidup di bawah garis sejahtera, sehingga tak mampu membeli air bersih untuk kebutuhan konsumsi dan MCK yang sehari bisa menghabiskan air mencapai puluhan hingga ratusan liter.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019
"Penyaluran kami lakukan bergilir dengan rata-rata empat sampai lima desa per harinya," kata Kepala BPBD Tulungagung Suroto di Tulungagung, Senin.
Sembilan desa yang rutin mendapat pasokan air bersih dari BPBD tersebar di lima kecamatan di wilayah selatan Tulungagung, yakni Besuki, Tanggunggunung, Kalidawir, Pucanglaban, dan Rejotangan.
Penyaluran diberikan setelah BPBD menerima permintaan langsung dari masing-masing pemerintah desa, dengan kondisi dan tingkat dampak kekeringan bervariasi.
"Ada yang mendapat pasokan antara 1-2 tangki, tergantung kebutuhan dan kemampuan. Kalau total sehari rata-rata suplai kami sekitar 6-7 tangki dengan skema distribusi bergilir tadi," ujarnya.
Suroto menjelaskan suplai air bersih akan terus dilakukan sampai status bencana kekeringan dicabut dan sumber-sumber air kembali mengalir.
Diperkirakan kemarau masih akan terjadi pada akhir Oktober hingga awal November.
Masalahnya, katanya, kekeringan dan krisis air bersih di daerah tersebut saat ini ditengarai kian meluas, tak hanya melanda sembilan desa di lima kecamatan yang telah diidentifikasi BPBD, namun juga terjadi di banyak desa lain akibat menurunnya debit air bawah tanah.
Ia menyebut banyak permukaan air sumur susut hingga kering sama sekali. Demikian juga dengan sumber-sumber air dan sungai yang tak lagi mengalirkan air.
Warga yang mampu masih bisa menyiasati kondisi krisis itu dengan membeli air ke pedagang atau pengecer air bersih yang dijual komersil dengan harga Rp15 ribu per 15 liter.
Namun, hal itu tidak berlaku bagi sebagian besar warga desa yang hidup di bawah garis sejahtera, sehingga tak mampu membeli air bersih untuk kebutuhan konsumsi dan MCK yang sehari bisa menghabiskan air mencapai puluhan hingga ratusan liter.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019