Pemerintah Kota Kediri menargetkan pembangunan tempat pembuangan akhir (TPA) yang ketiga di daerah itu tuntas akhir 2019, sehingga bisa dimanfaatkan pada 2020.

"Sudah proses pembangunan dan akhir 2019 ini selesai. Kami harapkan bisa gunakan 2020 awal," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kebersihan dan Pertamanan Pemkot Kediri Didik Catur di Kediri, Senin.

Pemkot Kediri telah menganggarkan dana sekitar Rp6 miliar untuk pembangunan TPA ketiga tersebut. Lokasinya juga di sekitar TPA yang lama, yakni Kelurahan Pojok, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri.

Luas TPK ketiga sekitar satu hektare, menggunakan sistem yang sama dengan TPA sebelumnya, yakni Sanitary Landfill, sistem pengelolaan (pemusnahan) sampah dengan cara membuang dan menumpuk sampah di lokasi cekung hingga memadatkannya.

Namun, diri juga mengaku dengan luasan sekitar satu hektare itu, TPA tidak akan mampu menampung sampah dengan durasi yang lama. Diperkirakan sekitar tiga tahun, TPA tersebut penuh, sehingga pemerintah kota juga membuat berbagai macam terobosan agar sampah dipilah sebelum dibuang ke tempat sampah.

Ia menyebut pemerintah membuat kelurahan percontohan.

Nantinya, katanya, warga bersama-sama berpartisipasi aktif dalam memilah sampah sehingga bisa mengurangi volume sampah.

Di Kediri, setiap hari sekitar 140 ton sampah dihasilkan. Sampah itu berasal dari berbagai tempat, baik rumah tangga, pasar, pertokoan, perhotelan, dan sejumlah lokasi lainnya.

"Kami harapkan untuk ke depan ada solusi. Kami mencoba berbagai hal untuk putuskan sebelum sampah dibuang ke TPA. Percontohan kelurahan untuk pilah sampah. Kami juga masih susun draf perwali pembatasan sampah plastik. Kampanyekan dilarang menggunakan sampah plastik sekali pakai," kata dia.

Untuk TPA kedua, Didik mengaku sebenarnya masih bisa digunakan. Namun, kondisinya sudah tidak memungkinkan lagi, sehingga harus dibangun TPA ketiga. Jika pembangunan tidak dilakukan saat ini, dikhawatirkan TPA penuh sedangkan TPA yang baru belum jadi. TPA kedua tersebut mulai digunakan sejak 2016 hingga saat ini.

Ia menambahkan masalah sampah tidak bisa menyalahkan dan saling tuding siapa yang bertanggungjawab. Sampah merupakan masalah semua orang sehingga juga harus melibatkan semua orang dalam penyelesaiannya.

Pihaknya juga mengapresiasi pelaksanaan World Cleanup Day (WCD) 2019, yakni gerakan bersih-bersih terbesar di dunia yang dilaksanakan serentak di 157 negara. Masyarakat juga berpartisipasi aktif dalam gerakan itu, yang terbukti mereka juga ikut serta dalam membersihkan sampah. Diharapkan, kerja sama itu tidak hanya berhenti saat kegiatan WCD, melainkan bisa seterusnya.

Pewarta: Asmaul Chusna

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019