Perayaan Hari Kemerdekaan yang diperingati setiap 17 Agustus menjadi momen tersendiri bagi sebagian orang untuk meraup rezeki. Mereka adalah pedagang musiman bendera, pedagang pakaian pejuang, serta perajin baju adat atau pakaian tradisional.

Setiap mendekati Agustusan, permintaan terhadap bendera, pernak-pernik hiasan, pakaian ala pejuang kemerdekaan atau baju adat berbagai daerah mengalami peningkatan.

Di kampung bendera seputaran Jalan Darmokali Surabaya, misalnya, para pedagang musiman yang menjual bendera dan hiasan Agustusan bermunculan. Mereka sudah membuka lapak sejak akhir Juli lalu.

Salah satu dari pedagang itu adalah Khairul (60), yang mengaku telah memulai usaha ini sejak empat tahun lalu.

"Alhamdulillah pembeli yang datang cukup banyak, yang dari luar kota juga ada," ujar Khairul, salah satu pedagang asal madura yang menetap di Surabaya dan telah berjualan selama 4 tahun, saat ditemui Rabu (14/8).

Jika perayaan 17 Agustusan sudah berakhir, Khairul kembali ke usaha semula berjualan handphone (HP) di Pasar Turi. Baginya, momentum Hari Kemerdekaan setahun sekali dimanfaatkan untuk mendapatkan tambahan penghasilan.

Menurut beberapa pedagang, penjualan bendera dan pernik hiasan Agustusan tahun ini lebih meningkat dibanding tahun-tahun sebelumnya. Selain perorangan, konsumen atau pelanggan mereka adalah instansi pemerintah dan swasta, lembaga pendidikan, dan lainnya.

"Kemarin saya dapat borongan hiasan merah putih model kipas 100 biji, paling murah itu harganya Rp25.000 per biji," kata Endang, pedagang di kampung bendera Darmokali.

Antusiasme masyarakat membeli bendera dam hiasan Agustusan memberikan keuntungan bagi pedagang. Tidak sedikit dari mereka yang modal awalnya telah kembali dan meraih keuntungan lebih besar dari yang ditargetkan sebelumnya.

Saat ramai pada pekan pertama hingga kedua Agustus lalu, seorang pedagang bendera bisa mendapatkan duit Rp600.000 sampai Rp2.000.000 dari penjualan sehari.

Situasi yang tidak jauh berbeda dirasakan para pedagang pakaian pejuang dan baju motif tentara atau polisi di Jalan Pulo Wonokromo, Surabaya. Jelang Agustusan, dagangan mereka diserbu pembeli.

Abdul Mujib (54), salah satu pedagang saat ditemui pada Selasa, mengatakan dalam sehari melayani 10 hingga 15 pembeli dan diperkirakan permintaan akan terus ramai hingga akhir Agustus.

"Kalau makin dekat tanggal 17 Agustus sampai Agustus akhir makin ramai biasanya. Dibanding hari biasa naiknya (omzet) sampai dua kali lipat," katanya.
Pembeli mencoba baju ala tentara untuk anaknya di kios penjualan pakaian di Jalan Pulo Wonokromo, Surabaya, Selasa (13/8/2019). (FOTO Jenik/Ade)


Penjualan online

Dalam situasi ramai pembeli seperti sekarang, Mujib bisa mengantongi pendapatan sekitar Rp500.000 hingga Rp800.000 sehari. Jika ada kegiatan besar seperti karnaval atau imbauan memakai pakaian pejuang, para pedagang di kawasan Pulo Wonokromo bisa mengantongi omzet hingga jutaan rupiah.

Hal senada juga disampaikan Rahmah (42). Pedagang yang telah berjualan lebih dari 10 tahun itu mengatakan, meski ramai pembeli, tetapi omzet penjualan terbilang menurun jika dibanding tahun 2018.

"Dari tahun ke tahun kalau Agustus sama Hari Pahlawan memang paling ramai. Tapi, sekarang sudah banyak yang jual, kalau dulu-dulu masih sedikit. Penjual online juga makin banyak," ujarnya.

Di Jalan Pulo Wonokromo, terdapat sejumlah kios yang menjual berbagai macam pakaian, mulai dari pakaian ala Bung Tomo, motif TNI atau Polri, dokter, hingga pernak-pernik kostum lainnya lengkap tersedia. Pakaian Bung Tomo (tokoh pahlawan Surabaya) saat ini menjadi produk paling laris diburu pembeli.

Harga yang dipatok bervariasi, mulai dari Rp40.000 untuk kaos motif doreng hingga Rp100.000 untuk celana panjang doreng per potong. Sedangkan kostum lengkap anak-anak dibanderol dari Rp100.000 hingga Rp150.000 per potong, untuk kostum dewasa lengkap mulai Rp200.000 hingga Rp250.000 per potong.

Kebanyakan pembeli berasal dari pegawai instansi pemerintah, pelajar, dan juga anak-anak. Mereka umumnya membeli pakaian untuk karnaval atau kegiatan kantor.

Bagas (39), pegawai salah satu instasi pemerintah di Surabaya, mengatakan bahwa dirinya mencari pakaian pejuang untung dipakai kegiatan di kantornya.

"Cari pakaian ala Bung Tomo. Tadi sekalian pulang ngantor mampir ke sini mumpung searah jalan pulang," katanya.
 
Perajin baju adat di Dusun Ngengor RT 01 RW 04, Desa Bacirongengor, Kecamatan Wonoayu, Sidoarjo menyiapkan pesanan untuk dikirim kepada pembeli. (FOTO Jenik)

Rezeki Hari Kemerdekaan juga menghampiri perajin baju adat atau tradisional. Perajin baju adat di Dusun Ngengor RT 01 RW 04, Desa Bacirongengor, Kecamatan Wonoayu, Sidoarjo, dibanjiri pesanan dari berbagai daerah.

Salah satunya yang dialami Siti Ulfa (48), yang mengungkapkan pesanan produk kerajinannya melonjak tiga kali lipat menjelang perayaan 17 Agustus.

"Alhamdulillah kalau di bulan Agustus memang pesanan bisa naik sampai tiga atau empat kali lipat dibanding hari biasa. Ada yang sampai pesan 10 kodi, ada 30 kodi juga pernah," ujar Ulfa, saat ditemui Selasa (13/8).

Pesanan baju adat tidak hanya berasal dari Sidoarjo, namun mengalir dari berbagai kota seperti Yogyakarta, Solo, Surabaya, Malang hingga Riau.

Dalam momentum Agustusan seperti saat ini, Ulfa bisa mendapatkan pendapatan hingga puluhan juta rupiah.

"Omzetnya bisa sampai puluhan juta kalau Agustusan seperti ini. Sampai akhir Agustus masih ramai. Pas Kartinian, Sumpah Pemuda, Hari Pahlawan itu juga ramai dan meningkat," kata perempuan yang telah tujuh tahun menjalankan usahanya tersebut.

Untuk memenuhi pesanan yang membludak, Ulfa dibantu 20 orang tetangga sekitar rumahnya yang mengerjakan beberapa detail dari baju adat. Dalam satu kali produksi, Siti Ulfa sanggup memproduksi hingga 10 kodi setel baju.

Produk baju yang dikerjakan terbilang lengkap, dari pakaian adat Aceh, Batak, Betawi, Jawa, Bali, Dayak, hingga baju Cak dan Ning Khas Jawa Timuran.

Baju adat Dayak paling banyak dipesan pembeli akhir-akhir ini. Harga yang ditawarkan bervariasi dan cukup terjangkau kantong. Satu baju lengkap dengan aksesoris untuk ukuran anak-anak dihargai Rp200.000 hingga Rp300.000, sementara untuk baju dewasa dipatok Rp300.000 hingga Rp400.000 tergantung kerumitan baju.

"Biasanya kalau mau beli pesan dulu, soalnya ini buatan tangan. Orang-orang biasanya langsung datang ke sini atau telpon dulu pesan nanti minta dipaketkan. Kami melayani pesanan yang jumlah besar saja," pungkasnya.(*)

Pewarta: Sri Handayani/Jenik/Ade Risty

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019