Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menekankan pentingnya kesadaran masyarakat terhadap ancaman bencana tsunami, terutama pada warga yang tinggal di wilayah pesisir.
"Masyarakat ternyata masih butuh sosialisasi. Yang pasti ringan tapi tahu akan ancamannya. Kami tidak menakuti orang, tapi memberikan pemahaman bahwa lokasi yang ditinggali rawan tsunami," kata Kepala Sub Direktorat Peran Masyarakat Direktorat Pemberdayaan Masyarakat BNPB Pangarso Suryotomo di Blitar, Rabu.
Saat ini, tim Ekspedisi Destana Tsunami 2019 dari BNPB sudah sampai di Kabupaten Blitar, dan menuju ke Desa Tambakrejo, Kecamatan Wonotirto. Lokasi ini dipilih karena dekat dengan pantai dan masuk daerah rawan bencana tsunami.
Pihaknya juga telah mengadakan evaluasi dari program yang dimulai di Kabupaten Banyuwangi hingga di Malang, bahwa masyarakat sangat antusias dan berharap ada pelatihan penanggulangan bencana seperti ini berulang kali.
Namun, untuk saat ini BNPB hanya "membuka jalan" dan untuk pelatihan selanjutnya bisa dilakukan oleh BPBD di daerah.
"Masyarakat sangat respek dan banyak yang harapkan ada seperti ini berulang kali dan nantinya bisa diteruskan oleh BPBD setempat," kata pria yang juga tim Ekspedisi Destana Tsunami 2019 tersebut.
Untuk program ini, pihaknya tidak memasang serta alat pendeteksi yakni early warning system, melainkan hanya memasang papan peringatan. Pihaknya lebih menekankan tentang kesiapan manusia, agar mereka memahami tentang ancaman bencana.
"Yang penting bukan alatnya tapi kesiapan manusianya. Jika tidak memahami ancaman tidak ada artinya. Di Jepang, 96 persen masyarakat selamat karena dirinya sendiri, keluarga dan tetangga, sehingga kami mencoba edukasi mereka untuk tahu," kata dia.
Ia juga mengatakan, dalam program ini menitikberatkan pada lokasi di pesisir pantai yang dinilai rawan bencana tsunami. Dengan total, terdapat 584 desa mulai dari Kabupaten Banyuwangi sampai Serang, Banten.
Dari jumlah itu, banyak di Pulau Jawa, karena jumlah penduduk di Pulau Jawa banyak yang tinggal di pesisir selatan serta banyak daerah yang menjadi objek wisata.
Sebanyak 584 desa itu tersebar pada 25 kabupaten di lima provinsi di Pulau Jawa terdiri Jatim, Jateng, Jabar, DIY, dan Banten. Kegiatan penguatan ketangguhan bencana di pesisir selatan Jatim dilakukan pada 12-22 Juli 2019, diawali dari Banyuwangi hingga Pacitan.
Pihaknya berharap dengan program ini bisa semakin meningkatkan kesadaran masyarakat akan ancaman bencana. Salah satu kejadian yang membuat BNPB selalu siaga, adalah kejadian tsunami di pesisir Pandeglang, Banten, pada akhir 2018, dimana ternyata mayoritas korban adalah pendatang, wisatawan.
Untuk acara di Blitar, ia mengatakan akan fokus di hari kedua, yakni pada Kamis (18/7). Beberapa kegiatan yang dilakukan misalnya sosialisasi dengan aparat desa dengan mengudang perangkat, tokoh masyarakat, warga dari 15 desa yang rawan terdampak bencana tsunami, terdapat juga penilaian ketangguhan masyarakat oleh aparat desa, menonton film kebencanaan dan berbagai acara lainnya.
Sementara itu, Bupati Blitar Rijanto mengaku pemerintah kabupaten sangat terbantu dengan adanya kunjungan tim dari Ekspedisi Destana Tsunami dari BNPB tersebut. Pemerintah juga berkomitmen akan menindaklanjuti hasil sosialisasi ini dengan pemasangan rambu untuk membuat jalur evakuasi di masing-masing wilayah.
"Nanti akan kami tindaklanjuti dengan pemasangan rambu untuk membuat jalur evakuasi di masing-masing wilayah," kata Bupati.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019
"Masyarakat ternyata masih butuh sosialisasi. Yang pasti ringan tapi tahu akan ancamannya. Kami tidak menakuti orang, tapi memberikan pemahaman bahwa lokasi yang ditinggali rawan tsunami," kata Kepala Sub Direktorat Peran Masyarakat Direktorat Pemberdayaan Masyarakat BNPB Pangarso Suryotomo di Blitar, Rabu.
Saat ini, tim Ekspedisi Destana Tsunami 2019 dari BNPB sudah sampai di Kabupaten Blitar, dan menuju ke Desa Tambakrejo, Kecamatan Wonotirto. Lokasi ini dipilih karena dekat dengan pantai dan masuk daerah rawan bencana tsunami.
Pihaknya juga telah mengadakan evaluasi dari program yang dimulai di Kabupaten Banyuwangi hingga di Malang, bahwa masyarakat sangat antusias dan berharap ada pelatihan penanggulangan bencana seperti ini berulang kali.
Namun, untuk saat ini BNPB hanya "membuka jalan" dan untuk pelatihan selanjutnya bisa dilakukan oleh BPBD di daerah.
"Masyarakat sangat respek dan banyak yang harapkan ada seperti ini berulang kali dan nantinya bisa diteruskan oleh BPBD setempat," kata pria yang juga tim Ekspedisi Destana Tsunami 2019 tersebut.
Untuk program ini, pihaknya tidak memasang serta alat pendeteksi yakni early warning system, melainkan hanya memasang papan peringatan. Pihaknya lebih menekankan tentang kesiapan manusia, agar mereka memahami tentang ancaman bencana.
"Yang penting bukan alatnya tapi kesiapan manusianya. Jika tidak memahami ancaman tidak ada artinya. Di Jepang, 96 persen masyarakat selamat karena dirinya sendiri, keluarga dan tetangga, sehingga kami mencoba edukasi mereka untuk tahu," kata dia.
Ia juga mengatakan, dalam program ini menitikberatkan pada lokasi di pesisir pantai yang dinilai rawan bencana tsunami. Dengan total, terdapat 584 desa mulai dari Kabupaten Banyuwangi sampai Serang, Banten.
Dari jumlah itu, banyak di Pulau Jawa, karena jumlah penduduk di Pulau Jawa banyak yang tinggal di pesisir selatan serta banyak daerah yang menjadi objek wisata.
Sebanyak 584 desa itu tersebar pada 25 kabupaten di lima provinsi di Pulau Jawa terdiri Jatim, Jateng, Jabar, DIY, dan Banten. Kegiatan penguatan ketangguhan bencana di pesisir selatan Jatim dilakukan pada 12-22 Juli 2019, diawali dari Banyuwangi hingga Pacitan.
Pihaknya berharap dengan program ini bisa semakin meningkatkan kesadaran masyarakat akan ancaman bencana. Salah satu kejadian yang membuat BNPB selalu siaga, adalah kejadian tsunami di pesisir Pandeglang, Banten, pada akhir 2018, dimana ternyata mayoritas korban adalah pendatang, wisatawan.
Untuk acara di Blitar, ia mengatakan akan fokus di hari kedua, yakni pada Kamis (18/7). Beberapa kegiatan yang dilakukan misalnya sosialisasi dengan aparat desa dengan mengudang perangkat, tokoh masyarakat, warga dari 15 desa yang rawan terdampak bencana tsunami, terdapat juga penilaian ketangguhan masyarakat oleh aparat desa, menonton film kebencanaan dan berbagai acara lainnya.
Sementara itu, Bupati Blitar Rijanto mengaku pemerintah kabupaten sangat terbantu dengan adanya kunjungan tim dari Ekspedisi Destana Tsunami dari BNPB tersebut. Pemerintah juga berkomitmen akan menindaklanjuti hasil sosialisasi ini dengan pemasangan rambu untuk membuat jalur evakuasi di masing-masing wilayah.
"Nanti akan kami tindaklanjuti dengan pemasangan rambu untuk membuat jalur evakuasi di masing-masing wilayah," kata Bupati.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019