Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur, mulai gencar menyosialisasikan mitigasi bencana kebakaran ke berbagai instansi pemerintahan di wilayah itu, memasuki musim kemarau 2019.
"Ini kami lakukan, sebab pada musim kemarau seperti sekarang ini, bencana yang sering terjadi adalah kebakaran," kata Koordinator Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD Pamekasan Budi Cahyono kepada ANTARA di Pamekasan, Rabu.
Hampir setiap hari, BPBD Pamekasan bersama Forum Relawan Penanggulangan Bencana (FRPB) menyampaikan sosialisasi tentang upaya menekan risiko bencana kebakaran apabila terjadi di instansi pemerintahan atau tempat umum lainnya.
BPBD juga meminta agar masing-masing perkantoran, termasuk tempat ibadah seperti masjid dan mushalla dipasang Alat Pemadam Api Ringan (APAR), yakni alat yang digunakan untuk memadamkan api atau mengendalikan kebakaran kecil.
"Jika di kantor, rumah ataupun di tempat-tempat ibadah tersedia APAR, maka apabila terjadi kebakaran ringan, bisa segera diatasi, dan api tidak sampai menjalar ke bahan bangunan lainnya," kata Budi.
Saat ini, hampir semua kantor pemerintahan dan kantor publik lainnya sudah terpasang APAR, termasuk di tempat-tempat ibadah yang ada di Kabupaten Pamekasan.
Selain itu, BPBD dan FRPB Pamekasan juga gencar memberikan pelatihan tentang "titik kumpul" yakni teknik menyelamatkan diri bagi para pegawai apabila terjadi kebakaran.
"Materi ini penting, dan kami dahulukan sosialisasinya di rumah sakit yang ada di Pamekasan ini, agar para karyawan dan pegawai paham bagaimana teknik menyelamatkan diri jika terjadi kebakaran," katanya menjelaskan.
Selain sebagai bentuk kepedulian, pelatihan tentang mitigasi bencana yang dilakukan BPBD Pamekasan bersama FRPB Pamekasan itu juga untuk mengimplementasikan amanat sebagai telah diatur dalam Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.
Dalam ketentuan Undang-Undang itu dijelaskan bahwa mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.
"Dasar ini yang menyebabkan BPBD Pamekasan gencar melakukan sosialisasi kepada para pemuda dan pelajar di Pamekasan ini," ujarnya, menjelaskan.
Sementara itu, berdasarkan catatan BPBD Pamekasan sejak memasuki kemarau, di Kabupaten Pamekasan telah terjadi sebanyak lima kali kebakaran, berupa lahan dan bangunan.
Pada musim kemarau 2018, jumlah musibah kebakaran yang terjadi di Pamekasan lebih 100 kali kebakaran, atau hampir setiap hari terjadi kebakaran selama sekitar 3 bulan lebih.
"Dengan adanya upaya sosialisasi ini, kami berharap agar kesadaran untuk mengurangi risiko bisa terwujud di kalangan masyarakat dan ini harus dimulai dari instansi-instansi pemerintahan yang ada di Pamekasan ini," katanya menjelaskan.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019
"Ini kami lakukan, sebab pada musim kemarau seperti sekarang ini, bencana yang sering terjadi adalah kebakaran," kata Koordinator Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD Pamekasan Budi Cahyono kepada ANTARA di Pamekasan, Rabu.
Hampir setiap hari, BPBD Pamekasan bersama Forum Relawan Penanggulangan Bencana (FRPB) menyampaikan sosialisasi tentang upaya menekan risiko bencana kebakaran apabila terjadi di instansi pemerintahan atau tempat umum lainnya.
BPBD juga meminta agar masing-masing perkantoran, termasuk tempat ibadah seperti masjid dan mushalla dipasang Alat Pemadam Api Ringan (APAR), yakni alat yang digunakan untuk memadamkan api atau mengendalikan kebakaran kecil.
"Jika di kantor, rumah ataupun di tempat-tempat ibadah tersedia APAR, maka apabila terjadi kebakaran ringan, bisa segera diatasi, dan api tidak sampai menjalar ke bahan bangunan lainnya," kata Budi.
Saat ini, hampir semua kantor pemerintahan dan kantor publik lainnya sudah terpasang APAR, termasuk di tempat-tempat ibadah yang ada di Kabupaten Pamekasan.
Selain itu, BPBD dan FRPB Pamekasan juga gencar memberikan pelatihan tentang "titik kumpul" yakni teknik menyelamatkan diri bagi para pegawai apabila terjadi kebakaran.
"Materi ini penting, dan kami dahulukan sosialisasinya di rumah sakit yang ada di Pamekasan ini, agar para karyawan dan pegawai paham bagaimana teknik menyelamatkan diri jika terjadi kebakaran," katanya menjelaskan.
Selain sebagai bentuk kepedulian, pelatihan tentang mitigasi bencana yang dilakukan BPBD Pamekasan bersama FRPB Pamekasan itu juga untuk mengimplementasikan amanat sebagai telah diatur dalam Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.
Dalam ketentuan Undang-Undang itu dijelaskan bahwa mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.
"Dasar ini yang menyebabkan BPBD Pamekasan gencar melakukan sosialisasi kepada para pemuda dan pelajar di Pamekasan ini," ujarnya, menjelaskan.
Sementara itu, berdasarkan catatan BPBD Pamekasan sejak memasuki kemarau, di Kabupaten Pamekasan telah terjadi sebanyak lima kali kebakaran, berupa lahan dan bangunan.
Pada musim kemarau 2018, jumlah musibah kebakaran yang terjadi di Pamekasan lebih 100 kali kebakaran, atau hampir setiap hari terjadi kebakaran selama sekitar 3 bulan lebih.
"Dengan adanya upaya sosialisasi ini, kami berharap agar kesadaran untuk mengurangi risiko bisa terwujud di kalangan masyarakat dan ini harus dimulai dari instansi-instansi pemerintahan yang ada di Pamekasan ini," katanya menjelaskan.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019