Pusat penelitian dan pengembangan (Puslitbang) Perhutani di Kasiman, Bojonegoro, terus berusaha menghasilkan bibit pohon jati yang memiliki berbagai kelebihan sehingga dapat menjadi bibit jati unggul di masa depan.
Kepala Puslitbang Perhutani Yahya Amin kepada media dalam paparannya di Kasiman, Selasa, menjelaskan Puslitbang yang namanya beberapa kali berubah itu telah menghasilkan sejumlah sumber benih Jati Plus Perhutani (JPP).
Benih JPP tersebut diantaranya berupa materi dasar 600 pohon plus dari Jawa dan luar Jawa serta klon unggul PHT I dan II. "Berdasarkan sertifikat Perlindungan Vaietas Tanaman (PVT), kita telah memiliki delapan kandidat klon unggulan. Klon unggulan tersebut telah ditanam seluas 200.000 hektare di Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH)," katanya.
Menurut dia, dari uji coba produksi dan kualitas kayu JPP, tanaman umur 13 tahun di KPH Ngawi berdiameter 46 cm, tinggi 27 m, dan volume 183 m3/ha. Kualitas kayu JPP umur tujuh tahun kelas kuat dan kelas awet setara dengan kayu jati konvensional umur 15 tahun, serta teresan 6 dan 9 bulan menurunkan risiko pecah bontos.
“Dalam uji coba prototipe JPP, Puslitbang bekerja sama dengan P3HH, PT KTI, UGM, IPB, PT NET. Dengan hasil produksi setengah jadi JPP yaitu Kayu JPP dapat dibuat menjadi wood working dalam bentuk finger Joint Laminated Board (FJLB), solid flooring, dan Laminated Veneer Lumber (LVL). Sedangkan produksi akhir JPP antara lain Kayu JPP untuk garden furniture untuk interior dan limbah kayu JPP dapat dimanfaatkan untuk biomassa (wood pellet),” tambah Yahya Amin dalam temu media di Bojonegoro tersebut.
Sebagai Pusat Penelitian Perhutani yang mengelola berbagai komoditas Kehutanan, selain Jati, telah dicapai hasil Penelitian dan Pengembangan yang mendukung kinerja Perusahaan, antara lain pemuliaan pinus bocor getah, pemuliaan kayu putih unggul, metode sadapan produktivitas tinggi, serta metode pangkasan daun kayu putih bertingkat.
Puslitbang Perhutani dalam sejarahnya pada 5 Februari 1998 diresmikan Menteri Kehutanan Ir Djamaludin Suryohadikusumo dengan nama Pusat Jati (Teak Center), kemudian pada 1999 berubah menjadi Pusat Pengembangan Hutan (Pusbanghut), dan menjadi Pusat Pengembangan Sumber Daya Hutan (Pusbang-SDH) pada 2000, sebelum akhirnya pada 2005 menjadi Puslitbang Perhutani hingga sekarang.
Usai paparan awak media diajak melihat pameran produk JPP, Kebun Pangkas JPP, persemaian setek pucuk JPP, Arboretum Jati, Kebun Benih Klon (KBK) Jati Padangan dan Perhutanan Klon JPP Petak 87L, RPH Cepukan, BKPH Kedawak, KPH Ngawi. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019
Kepala Puslitbang Perhutani Yahya Amin kepada media dalam paparannya di Kasiman, Selasa, menjelaskan Puslitbang yang namanya beberapa kali berubah itu telah menghasilkan sejumlah sumber benih Jati Plus Perhutani (JPP).
Benih JPP tersebut diantaranya berupa materi dasar 600 pohon plus dari Jawa dan luar Jawa serta klon unggul PHT I dan II. "Berdasarkan sertifikat Perlindungan Vaietas Tanaman (PVT), kita telah memiliki delapan kandidat klon unggulan. Klon unggulan tersebut telah ditanam seluas 200.000 hektare di Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH)," katanya.
Menurut dia, dari uji coba produksi dan kualitas kayu JPP, tanaman umur 13 tahun di KPH Ngawi berdiameter 46 cm, tinggi 27 m, dan volume 183 m3/ha. Kualitas kayu JPP umur tujuh tahun kelas kuat dan kelas awet setara dengan kayu jati konvensional umur 15 tahun, serta teresan 6 dan 9 bulan menurunkan risiko pecah bontos.
“Dalam uji coba prototipe JPP, Puslitbang bekerja sama dengan P3HH, PT KTI, UGM, IPB, PT NET. Dengan hasil produksi setengah jadi JPP yaitu Kayu JPP dapat dibuat menjadi wood working dalam bentuk finger Joint Laminated Board (FJLB), solid flooring, dan Laminated Veneer Lumber (LVL). Sedangkan produksi akhir JPP antara lain Kayu JPP untuk garden furniture untuk interior dan limbah kayu JPP dapat dimanfaatkan untuk biomassa (wood pellet),” tambah Yahya Amin dalam temu media di Bojonegoro tersebut.
Sebagai Pusat Penelitian Perhutani yang mengelola berbagai komoditas Kehutanan, selain Jati, telah dicapai hasil Penelitian dan Pengembangan yang mendukung kinerja Perusahaan, antara lain pemuliaan pinus bocor getah, pemuliaan kayu putih unggul, metode sadapan produktivitas tinggi, serta metode pangkasan daun kayu putih bertingkat.
Puslitbang Perhutani dalam sejarahnya pada 5 Februari 1998 diresmikan Menteri Kehutanan Ir Djamaludin Suryohadikusumo dengan nama Pusat Jati (Teak Center), kemudian pada 1999 berubah menjadi Pusat Pengembangan Hutan (Pusbanghut), dan menjadi Pusat Pengembangan Sumber Daya Hutan (Pusbang-SDH) pada 2000, sebelum akhirnya pada 2005 menjadi Puslitbang Perhutani hingga sekarang.
Usai paparan awak media diajak melihat pameran produk JPP, Kebun Pangkas JPP, persemaian setek pucuk JPP, Arboretum Jati, Kebun Benih Klon (KBK) Jati Padangan dan Perhutanan Klon JPP Petak 87L, RPH Cepukan, BKPH Kedawak, KPH Ngawi. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019