Pondok Pesantren Wali Barokah, Kota Kediri, Jawa Timur, memanfaatkan sumber energi alternatif dari tenaga surya ukuran raksasa untuk kebutuhan listrik di pesantren ini.
Pimpinan Pesantren Wali Barokah Kediri KH Soenarto mengemukakan ide awal pemanfaatan tenaga surya ini karena di pondok untuk kebutuhan listrik ingin selalu terpenuhi sepanjang tahun. Hal itu karena terkadang listrik yang digunakan ternyata tidak sepenuhnya memenuhi harapan.
"Kami berusaha mencari tenaga alternatif dan dari kajian kami bersyukur dianugerai Allah sinar matahari. Jadi, kami manfaatkan pembangkit listrik tenaga surya," katanya di Kediri, Kamis.
Ia menambahkan, dengan sumber energi terbarukan ini, pesantren sekaligus mempunyai kemandirian dalam hal menutupi kebutuhan listrik. Pesantren ini juga ingin berkontribusi lebih banyak, bukan hanya menjadikan santri mubalig, tapi dari sisi lain bisa berkontribusi pada Nusa dan Bangsa.
"Adanya PLTS akan mengurangi dampak negatif pemanasan bumi. Alhamdulillah 60 persen tergunakan, jadi kami hemat. Jika rata-rata per bulan kewajiban membayar listrik Rp150 juta, jadi artinya kami lebih hemat lagi," kata dia.
Ketua DPP LDII Prasetyo Sunaryo juga mendukung dengan program ini. Selama ini di pesantren untuk kebutuhan listrik banyak yang tergantung dari PLN, sehingga beban biaya yang ditanggung untuk operasional juga besar.
"Berkaca dari hal tersebut kami melakukan terobosan berupa pembangunan PLTS. Sebagai tahap awal dibangun di Pondok Pesantren Wali Barokah Kediri," kata dia.
Energi matahari dimanfaatkan, karena Indonesia merupakan negara tropis, tidak ada musim dingin atau salju, sehingga energi matahari tersedia sepanjang tahun. Program ini dibuat sekaligus bentuk syukur atas karunia Allah.
Pemimpin pembangunan PLTS di Pesantren Wali Barokah Kediri Harisworo menambahkan sebelum direncanakan membangun PLTS ini, ia sudah melakukan survei sejak November 2017. Bahkan, dari survei juga meminta bantuan dari NASA untuk mengirimkan data terkait dengan cuaca, sehingga diputuskan membuat PLTS.
Untuk panel surya dipilih yang premium grade buatan Kanada. Bentangan solar dari barat hingga timur adalah sepanjang 41 meter dan dari utara ke selatan hingga 40 meter. Dengan bentangan itu mampu menghasilkan lebih dari 1 juta Watt Peak (WP). Saat ini baru bisa menghasilkan atau 220 ribu watt.
"Garansinya 25 tahun. Kami memanfaatkan 40 baterai yang digunakan selama 24 jam. Nanti kemampuan kami tambah dengan menambah baterai. Sesuai arahan pimpinan bisa 1 megawatt, sekarang baru 220 ribu," kata dia.
Menurut dia, pemanfaatan PLTS di pesantren ini juga bisa menjadi rujukan bagi pesantren lain untuk menirunya. Dalam perawatan sehari-hari juga melibatkan para santri yang sebelumnya telah dilatih secara khusus.
Untuk investasi, ia mengatakan sekitar Rp7 miliar di luar konstruksi. Namun, dirinya meyakinkan akan banyak menfaat yang bisa didapat salah satunya dengan lebih menghemat operasional listrik untuk pondok. Beberapa operasional itu misalnya untuk pompa air, penerangan dan berbagai keperluan lainnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019
Pimpinan Pesantren Wali Barokah Kediri KH Soenarto mengemukakan ide awal pemanfaatan tenaga surya ini karena di pondok untuk kebutuhan listrik ingin selalu terpenuhi sepanjang tahun. Hal itu karena terkadang listrik yang digunakan ternyata tidak sepenuhnya memenuhi harapan.
"Kami berusaha mencari tenaga alternatif dan dari kajian kami bersyukur dianugerai Allah sinar matahari. Jadi, kami manfaatkan pembangkit listrik tenaga surya," katanya di Kediri, Kamis.
Ia menambahkan, dengan sumber energi terbarukan ini, pesantren sekaligus mempunyai kemandirian dalam hal menutupi kebutuhan listrik. Pesantren ini juga ingin berkontribusi lebih banyak, bukan hanya menjadikan santri mubalig, tapi dari sisi lain bisa berkontribusi pada Nusa dan Bangsa.
"Adanya PLTS akan mengurangi dampak negatif pemanasan bumi. Alhamdulillah 60 persen tergunakan, jadi kami hemat. Jika rata-rata per bulan kewajiban membayar listrik Rp150 juta, jadi artinya kami lebih hemat lagi," kata dia.
Ketua DPP LDII Prasetyo Sunaryo juga mendukung dengan program ini. Selama ini di pesantren untuk kebutuhan listrik banyak yang tergantung dari PLN, sehingga beban biaya yang ditanggung untuk operasional juga besar.
"Berkaca dari hal tersebut kami melakukan terobosan berupa pembangunan PLTS. Sebagai tahap awal dibangun di Pondok Pesantren Wali Barokah Kediri," kata dia.
Energi matahari dimanfaatkan, karena Indonesia merupakan negara tropis, tidak ada musim dingin atau salju, sehingga energi matahari tersedia sepanjang tahun. Program ini dibuat sekaligus bentuk syukur atas karunia Allah.
Pemimpin pembangunan PLTS di Pesantren Wali Barokah Kediri Harisworo menambahkan sebelum direncanakan membangun PLTS ini, ia sudah melakukan survei sejak November 2017. Bahkan, dari survei juga meminta bantuan dari NASA untuk mengirimkan data terkait dengan cuaca, sehingga diputuskan membuat PLTS.
Untuk panel surya dipilih yang premium grade buatan Kanada. Bentangan solar dari barat hingga timur adalah sepanjang 41 meter dan dari utara ke selatan hingga 40 meter. Dengan bentangan itu mampu menghasilkan lebih dari 1 juta Watt Peak (WP). Saat ini baru bisa menghasilkan atau 220 ribu watt.
"Garansinya 25 tahun. Kami memanfaatkan 40 baterai yang digunakan selama 24 jam. Nanti kemampuan kami tambah dengan menambah baterai. Sesuai arahan pimpinan bisa 1 megawatt, sekarang baru 220 ribu," kata dia.
Menurut dia, pemanfaatan PLTS di pesantren ini juga bisa menjadi rujukan bagi pesantren lain untuk menirunya. Dalam perawatan sehari-hari juga melibatkan para santri yang sebelumnya telah dilatih secara khusus.
Untuk investasi, ia mengatakan sekitar Rp7 miliar di luar konstruksi. Namun, dirinya meyakinkan akan banyak menfaat yang bisa didapat salah satunya dengan lebih menghemat operasional listrik untuk pondok. Beberapa operasional itu misalnya untuk pompa air, penerangan dan berbagai keperluan lainnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019