Wali Kota Kota Surabaya Tri Rismaharini secara bertahap mengunjungi semua keluarga anggota Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) yang meninggal usai bertugas, salah satunya keluarga almarhum Suhardiman di Jalan Simokerto, Kelurahan Simokerto, Kecamatan Simokerto, Surabaya, Jatim, Minggu.
Saat berkunjung, Risma ditemui Santi, istri almarhum Suhadriman, petugas KPPS TPS 17 Seimokerto di teras rumahnya. Risma menanyakan keadaan keluarga dan apa yang dikeluhkan suaminya sebelum meninggal.
"Bagaimana bu, kronologinya?," kata Wali Kota Risma kepada istri almarhum.
Diketahui pekerjaan sehari-hari almarhum adalah pengemudi ojek daring di Surabaya. Suhardiman hidup dengan seorang istri bernama Santi (43) dan dua anaknya Hardi Wijaya (22), Neza Aulia (12). Ia menghembuskan nafas terakhir pada Sabtu (27/4).
Setelah mendengarkan penjelasan Santi, Wali Kota Risma langsung memutuskan untuk membantu biaya sekolah anak kedua almarhum yang saat ini masih duduk di bangku SMP. "Sekolah yang pinter ya. Biar jadi orang sukses. Nanti soal biaya tidak perlu khawatir. Pokoknya tugasmu sekolah yang rajin," kata Risma kepada Neza.
Selain membiayai sekolah hingga lulus SMP, Wali Kota Risma juga memberikan bantuan kepada anak pertama almarhum yang bernama Hardi (22). Saat ini, Hardi bekerja sebagai karyawan restoran dan Wali Kota Risma berencana akan memindahkan Hardi untuk bekerja di kantor Pemkot Surabaya.
"Nanti yang pertama pindah pemkot saja, nanti ada staf saya yang akan datang untuk membantu dan menyiapkan semuanya, ibu tidak usah khawatir. Allah punya rencana yang indah untuk kita semua," katanya.
Selain santunan dana dan bantuan untuk anak-anak almarhum, ternyata masih belum cukup membuat Wali Kota Risma lega. Sehingga, ia pun berencana ingin membantu istri almarhum untuk berjualan di depan rumahnya yakni meracang (kebutuhan bumbu dapur). Bagi Risma, hal itu sangat penting supaya Santi masih bisa memberikan nafkah kepada anak-anaknya.
"Ibu berkenan saya buatkan toko untuk jual meracang di sini. Sambil kerja masih bisa mengurus rumah dan memantau anak-anak, pokoknya berdoa tidak lupa berdoa Allah sayang sama hamba-hambanya yang terus memohon, asal kita mau berusaha segala kesulitan selalu ada jalan," ujarnya.
Sementara itu, Santi menjelaskan bahwa suami mengeluh sakit di bagian dada pada Rabu (17/4/2019) setelah bertugas di TPS 17. "Sejak hari itu, dadanya sering terasa sakit, tapi tidak begitu dirasakan. Terus pada Jumat (26/4), suami saya cerita kalau kambuh lagi. Saya kerokin, tiba-tiba saat saya masak di dapur Sabtu (27/4) pukul 08.30 sudah tidak ada. Saya bawa ke RSUD Soewandhi sudah tidak tertolong," ujar Santi.
Oleh karena itu, Santi berterima kasih kepada Wali Kota Risma yang bersedia menyekolahkan anak keduanya dan memberikan pekerjaan yang sangat layak untuk anak pertamanya. Bahkan, ia sangat bersyukur apabila Wali Kota Risma membangunkan toko untuk jualan meracang.
"Saya matur nuwun (terima kasih) sudah dibantu menyekolahkan anak, dan dibantu mencarikan jalan keluar yang saya hadapi, bapaknya di sana pasti akan tenang, terima kasih Bu Risma," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019
Saat berkunjung, Risma ditemui Santi, istri almarhum Suhadriman, petugas KPPS TPS 17 Seimokerto di teras rumahnya. Risma menanyakan keadaan keluarga dan apa yang dikeluhkan suaminya sebelum meninggal.
"Bagaimana bu, kronologinya?," kata Wali Kota Risma kepada istri almarhum.
Diketahui pekerjaan sehari-hari almarhum adalah pengemudi ojek daring di Surabaya. Suhardiman hidup dengan seorang istri bernama Santi (43) dan dua anaknya Hardi Wijaya (22), Neza Aulia (12). Ia menghembuskan nafas terakhir pada Sabtu (27/4).
Setelah mendengarkan penjelasan Santi, Wali Kota Risma langsung memutuskan untuk membantu biaya sekolah anak kedua almarhum yang saat ini masih duduk di bangku SMP. "Sekolah yang pinter ya. Biar jadi orang sukses. Nanti soal biaya tidak perlu khawatir. Pokoknya tugasmu sekolah yang rajin," kata Risma kepada Neza.
Selain membiayai sekolah hingga lulus SMP, Wali Kota Risma juga memberikan bantuan kepada anak pertama almarhum yang bernama Hardi (22). Saat ini, Hardi bekerja sebagai karyawan restoran dan Wali Kota Risma berencana akan memindahkan Hardi untuk bekerja di kantor Pemkot Surabaya.
"Nanti yang pertama pindah pemkot saja, nanti ada staf saya yang akan datang untuk membantu dan menyiapkan semuanya, ibu tidak usah khawatir. Allah punya rencana yang indah untuk kita semua," katanya.
Selain santunan dana dan bantuan untuk anak-anak almarhum, ternyata masih belum cukup membuat Wali Kota Risma lega. Sehingga, ia pun berencana ingin membantu istri almarhum untuk berjualan di depan rumahnya yakni meracang (kebutuhan bumbu dapur). Bagi Risma, hal itu sangat penting supaya Santi masih bisa memberikan nafkah kepada anak-anaknya.
"Ibu berkenan saya buatkan toko untuk jual meracang di sini. Sambil kerja masih bisa mengurus rumah dan memantau anak-anak, pokoknya berdoa tidak lupa berdoa Allah sayang sama hamba-hambanya yang terus memohon, asal kita mau berusaha segala kesulitan selalu ada jalan," ujarnya.
Sementara itu, Santi menjelaskan bahwa suami mengeluh sakit di bagian dada pada Rabu (17/4/2019) setelah bertugas di TPS 17. "Sejak hari itu, dadanya sering terasa sakit, tapi tidak begitu dirasakan. Terus pada Jumat (26/4), suami saya cerita kalau kambuh lagi. Saya kerokin, tiba-tiba saat saya masak di dapur Sabtu (27/4) pukul 08.30 sudah tidak ada. Saya bawa ke RSUD Soewandhi sudah tidak tertolong," ujar Santi.
Oleh karena itu, Santi berterima kasih kepada Wali Kota Risma yang bersedia menyekolahkan anak keduanya dan memberikan pekerjaan yang sangat layak untuk anak pertamanya. Bahkan, ia sangat bersyukur apabila Wali Kota Risma membangunkan toko untuk jualan meracang.
"Saya matur nuwun (terima kasih) sudah dibantu menyekolahkan anak, dan dibantu mencarikan jalan keluar yang saya hadapi, bapaknya di sana pasti akan tenang, terima kasih Bu Risma," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019