Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Selasa, menggelar Festival Banyuwangi Kuliner yang diikuti sebanyak 152 tim peserta dengan mengangkat kuliner pecel rawon, festival kuliner ini diharapkan juga menjadi ajang daya pikat pariwisata.
Dalam Festival Banyuwangi Kuliner yang digelar di Taman Blambangan, para peserta berkreasi menyuguhkan makanan khas Banyuwangi, yakni kuliner pecel rawon atau memadukan nasi pecel dengan kuah rawon beserta potongan daging.
"Food and fashion" menjadi dua daya pikat utama pengembangan pariwisata, maka dari itu kami konsisten menggelar kegiatan ini untuk terus mengenalkan ragam makanan lokal kepada khalayak luas," kata Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas.
Selain itu, lanjutnya, harapannya kekayaan kuliner lokal Banyuwangi mampu memikat wisatawan datang ke kabupaten ujung timur Pulau Jawa itu.
Ia mengemukakan bahwa kuliner merupakan salah satu daya pikat pariwisata, dan festival ini digelar sebagai komitmen daerah untuk mengangkat kuliner lokal menjadi lebih berdaya saing dan menjadi tuan rumah di tengah perkembangan pariwisata daerah.
Festival kuliner tahun ini merupakan tahun kelima, beragam makanan khas Banyuwangi telah diangkat dan dipromosikan, seperti nasi tempong, rujak soto, pecel pithik dan ayam kesrut.
Hasilnya, saat ini di Banyuwangi semakin banyak masyarakat yang membuka usaha kuliner makanan khas lokal dan menjadi jujugan wisatawan.
"Festival ini juga bentuk keberpihakan kami pada kuliner lokal, dan kami ingin memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi pelaku usaha kuliner lokal guna mengambil kesempatan dalam perkembangan pariwisata daerah daripada memberikan peluang ini pada 'franchise' makanan dari luar," ujarnya.
Dala festival kuliner ini juga diwarnai demo memasak pecel rawon dari "chef" Vania Wibisono, dan ia mengaku sangat mengapresiasi kekayaan kuliner lokal Banyuwangi yang kebanyakan merupakan masakan yang menggabungkan dua makanan.
"Sekarang ini, makanan 'fusion' kan lagi hits dimana-mana, dan ternyata kuliner Banyuwangi sudah lebih dulu ada.Ini sangat pas untuk dipromosikan guna mendukung pariwisata Banyuwangi yang tengah berkembang, dan pastinya pecinta makanan fusion akan tertarik datang," kata Vania yang lulusan Culinary Art Institute Santa Monica Amerika Serikat itu.
Festival kuliner yang diikuti 152 tim peserta ini sebagian adalah pelaku usaha kuliner dan industri perhotelan, semua peserta berlomba menampilkan kreasi pecel rawon tidak hanya rasa yang enak namun juga tampilan yang menarik.
Salah seorang peserta, Ibu Handayani (50) pengelola Rumah Makan Mak Isun, mengaku sangat antusias mengikuti lomba kuliner ini.
"Warung saya berdiri sudah 1,5 tahun lalu, dan saya ikut lomba karena ingin berbagi sekaligus ingin tahu cita rasa pecel rawon peserta lainnya," katanya.
Chef Harko Iskandar, dari Hotel Aston yang menyuguhkan pecel rawon yang dipresentasikan ala menu "western" dan pecel rawon juga disajikan fusion menjadi beberapa makanan lain seperti sushi rawon ala jepang, roti croisant rawon yang merupakan dessert ala Prancis.
"Kami memang ingin menunjukkan ke khalayak, kuliner lokal ini bisa disajikan dengan tatanan ala 'western', tanpa mengurangi cita rasa lokalnya," tuturnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019
Dalam Festival Banyuwangi Kuliner yang digelar di Taman Blambangan, para peserta berkreasi menyuguhkan makanan khas Banyuwangi, yakni kuliner pecel rawon atau memadukan nasi pecel dengan kuah rawon beserta potongan daging.
"Food and fashion" menjadi dua daya pikat utama pengembangan pariwisata, maka dari itu kami konsisten menggelar kegiatan ini untuk terus mengenalkan ragam makanan lokal kepada khalayak luas," kata Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas.
Selain itu, lanjutnya, harapannya kekayaan kuliner lokal Banyuwangi mampu memikat wisatawan datang ke kabupaten ujung timur Pulau Jawa itu.
Ia mengemukakan bahwa kuliner merupakan salah satu daya pikat pariwisata, dan festival ini digelar sebagai komitmen daerah untuk mengangkat kuliner lokal menjadi lebih berdaya saing dan menjadi tuan rumah di tengah perkembangan pariwisata daerah.
Festival kuliner tahun ini merupakan tahun kelima, beragam makanan khas Banyuwangi telah diangkat dan dipromosikan, seperti nasi tempong, rujak soto, pecel pithik dan ayam kesrut.
Hasilnya, saat ini di Banyuwangi semakin banyak masyarakat yang membuka usaha kuliner makanan khas lokal dan menjadi jujugan wisatawan.
"Festival ini juga bentuk keberpihakan kami pada kuliner lokal, dan kami ingin memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi pelaku usaha kuliner lokal guna mengambil kesempatan dalam perkembangan pariwisata daerah daripada memberikan peluang ini pada 'franchise' makanan dari luar," ujarnya.
Dala festival kuliner ini juga diwarnai demo memasak pecel rawon dari "chef" Vania Wibisono, dan ia mengaku sangat mengapresiasi kekayaan kuliner lokal Banyuwangi yang kebanyakan merupakan masakan yang menggabungkan dua makanan.
"Sekarang ini, makanan 'fusion' kan lagi hits dimana-mana, dan ternyata kuliner Banyuwangi sudah lebih dulu ada.Ini sangat pas untuk dipromosikan guna mendukung pariwisata Banyuwangi yang tengah berkembang, dan pastinya pecinta makanan fusion akan tertarik datang," kata Vania yang lulusan Culinary Art Institute Santa Monica Amerika Serikat itu.
Festival kuliner yang diikuti 152 tim peserta ini sebagian adalah pelaku usaha kuliner dan industri perhotelan, semua peserta berlomba menampilkan kreasi pecel rawon tidak hanya rasa yang enak namun juga tampilan yang menarik.
Salah seorang peserta, Ibu Handayani (50) pengelola Rumah Makan Mak Isun, mengaku sangat antusias mengikuti lomba kuliner ini.
"Warung saya berdiri sudah 1,5 tahun lalu, dan saya ikut lomba karena ingin berbagi sekaligus ingin tahu cita rasa pecel rawon peserta lainnya," katanya.
Chef Harko Iskandar, dari Hotel Aston yang menyuguhkan pecel rawon yang dipresentasikan ala menu "western" dan pecel rawon juga disajikan fusion menjadi beberapa makanan lain seperti sushi rawon ala jepang, roti croisant rawon yang merupakan dessert ala Prancis.
"Kami memang ingin menunjukkan ke khalayak, kuliner lokal ini bisa disajikan dengan tatanan ala 'western', tanpa mengurangi cita rasa lokalnya," tuturnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019