Puluhan hektare sawah, ladang dan sebagian pemukiman di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, hingga saat ini masih terendam banjir dengan ketinggian mencapai pinggang orang dewasa atau sekitar 80 centimeter.
Pantauan lapangan, Sabtu, banjir masih menggenang cukup dalam di areal persawahan Desa Waung, Kecamatan Boyolangu.
Hujan sebenarnya sudah tidak lagi turun. Namun, besarnya debit air yang meluber saat banjir bandang pada Selasa (5/3) dan Rabu (6/3) membuat proses surut berlangsung lama.
Si'is, warga setempat menyebut di pemukiman air hingga Jumat malam masih mencapai lutut orang dewasa.
Air mulai surut banyak pada pagi harinya setelah sejumlah warga dan petani membuka pintu air di sungai irigasi dan membersihkan material enceng gondok yang menyumbat aliran pembuangan air.
"Selain masalah di pintu air, ada tanggul yang jebol di sisi barat sana. Kami rencananya menutup kembali tanggul itu, namun karena debit banjir masih tinggi dan merendam tanaman padi hingga ketinggian 50 centimeter, normalisasi kami tunda dulu sampai air banjir benar-benar surut," ucapnya.
Kepala BPBD Tulungagung Soeroto memastikan tanggul jebol di sungai irigasi Desa Waung akan ditutup menggunakan puluhan karung yang telah diisi pasir.
Material telah disiapkan. Warga dan petani telah dikoordinasi. Sedianya Sabtu pagi ini dilakukan kerja bakti masal bersama tim BPBD, TNI dan Polri untuk melakukan pemasangan karung pasir menutup tanggul yang jebol.
Namun, rencana itu akhirnya dibatalkan seiring genangan banjir di areal persawahan yang masih tinggi. "Ya, kami menyesuaikan dengan perkembangan lapangan tentunya. Warga, petani tentu lebih paham dengan kondisi. Kapan waktu terbaik untuk pengerjaan (tanggul jebol)," ujar Soeroto.
Plt Bupati Maryoto Bhirowo menyatakan Pemkab Tulungagung akan mengevaluasi kembali penyebab banjir di Desa Waung yang menyebabkan seratusan rumah warga terendam dan berhektare sawah terendam banjir hingga nyaris menjadi telaga baru.
"Dinas PU pengairan akan membuat kajian dan rencana penanggulangan jangka panjang di alur-alur sungai yang memicu banjir di sana," kata Mbah To, demikian Bupati Maryoto biasa dipanggil.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019
Pantauan lapangan, Sabtu, banjir masih menggenang cukup dalam di areal persawahan Desa Waung, Kecamatan Boyolangu.
Hujan sebenarnya sudah tidak lagi turun. Namun, besarnya debit air yang meluber saat banjir bandang pada Selasa (5/3) dan Rabu (6/3) membuat proses surut berlangsung lama.
Si'is, warga setempat menyebut di pemukiman air hingga Jumat malam masih mencapai lutut orang dewasa.
Air mulai surut banyak pada pagi harinya setelah sejumlah warga dan petani membuka pintu air di sungai irigasi dan membersihkan material enceng gondok yang menyumbat aliran pembuangan air.
"Selain masalah di pintu air, ada tanggul yang jebol di sisi barat sana. Kami rencananya menutup kembali tanggul itu, namun karena debit banjir masih tinggi dan merendam tanaman padi hingga ketinggian 50 centimeter, normalisasi kami tunda dulu sampai air banjir benar-benar surut," ucapnya.
Kepala BPBD Tulungagung Soeroto memastikan tanggul jebol di sungai irigasi Desa Waung akan ditutup menggunakan puluhan karung yang telah diisi pasir.
Material telah disiapkan. Warga dan petani telah dikoordinasi. Sedianya Sabtu pagi ini dilakukan kerja bakti masal bersama tim BPBD, TNI dan Polri untuk melakukan pemasangan karung pasir menutup tanggul yang jebol.
Namun, rencana itu akhirnya dibatalkan seiring genangan banjir di areal persawahan yang masih tinggi. "Ya, kami menyesuaikan dengan perkembangan lapangan tentunya. Warga, petani tentu lebih paham dengan kondisi. Kapan waktu terbaik untuk pengerjaan (tanggul jebol)," ujar Soeroto.
Plt Bupati Maryoto Bhirowo menyatakan Pemkab Tulungagung akan mengevaluasi kembali penyebab banjir di Desa Waung yang menyebabkan seratusan rumah warga terendam dan berhektare sawah terendam banjir hingga nyaris menjadi telaga baru.
"Dinas PU pengairan akan membuat kajian dan rencana penanggulangan jangka panjang di alur-alur sungai yang memicu banjir di sana," kata Mbah To, demikian Bupati Maryoto biasa dipanggil.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019