Tulungagung (Antaranews Jatim) - Kasus demam berdarah dengue yang sempat merebak di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, selama kurun Januari, kini berangsur menurun dengan angka penderita sebanyak 57 orang, satu penderita di antaranya meninggal dunia.
     
Kasi Pencegahan Penyakit Menular Dinas Kesehatan Kabupaten Tulungagung Didik Eka, Selasa, mengungkapkan, angka kejadian/penderita itu lebih sedikit dibanding periode yang sama pekan kedua pada Januari.
     
"Ini (57 kasus) kan data per pekan kedua bulan ini. Pada periode yang sama bulan lalu (Januari), jumlah penderita sudah tembus 100 orang lebih," katanya.
     
Hingga akhir Januari, lanjut Didik, total kasus DBD yang terekam dalam data medik Dinkes Tulungagung mencapai  257 kasus, dengan tiga penderita meninggal dunia.
     
Tulungagung disebut memiliki angka kasus DBD tertinggi kedua di Jatim, setelah Kabupaten Kediri.
     
"Kami berharap kasusnya terus menurun, seiring gerakan pengendalian yang kami lakukan," ujarnya.
     
Tren penurunan juga disampaikan dokter spesialis anak di RSUD dr Iskak Tulungagung, dr Emi Yulianti.
     
"Masih overload (kelebihan pasien), namun tidak separah bulan kemarin," ujarnya saat dikonfirmasi wartawan.   
     
Sebagian besar pasien yang masuk pada kurun Januari sebenarnya sudah dipulangkan oleh dr Emi, karena kondisinya dianggap sudah membaik.
     
Namun, kini pasien DB mulai berdatangan lagi, sehingga beberapa ruang khusus untuk perawatan anak dan dewasa mengalami kepadatan.
     
"Ya, kemarin sudah dipulangkan, tapi pekan-pekan ini pasien mulai masuk (berdatangan lagi) sehingga overbad lagi," ujarnya.
     
Data resmi di bagian humas RSUD dr Iskak, saat ini jumlah pasien yang menjalani rawat inap di rumah sakit rujukan provinsi Jatim itu mencapai 455 orang. Sedangkan kapasitas tampung rumah sakit sebenarnya secara keseluruhan sebanyak 468 pasien. 
     
Secara angka, jumlah pasien dibanding kapasitas masih lebih kecil. Namun, kenyataannya beberapa ruang yang menjadi konsentrasi perawatan pasien DB dan penyakit non-infeksi mengalami kelebihan kapasitas.
     
Akibatnya, pihak RSUD terpaksa mengeluarkan kasus-kasus cadangan.
     
"Karena kami rumah sakit pemerintah dan tidak boleh menolak pasien, berapapun pasien yang hendak masuk tetap kami terima. Termasuk jika harus memberlakukan kebijakan penyediaan tempat tidur cadangan untuk perawatan pasien," kata staf informasi dan pemasaran RSUD dr Iskak Tulungagung Mochammad Rifai. (*)

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019