Surabaya (Antaranews Jatim) - Dinas Kesehatan dan Perusahaan Daerah Rumah Potong Hewan Kota Surabaya mengantisipasi penyebaran virus H1N1 atau flu babi di Kota Pahlawan, Jawa Timur.
"Sampai sekarang belum ada yang terserang penyakit ini di Surabaya," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kota Surabaya Mira Novia saat menggelar jumpa pers di kantor Humas Pemkot Surabaya, Senin.
Bahkan, ia berharap tidak ada warga Surabaya yang terkena virus flu babi ini karena penanganannya sangat ribet seperti halnya kamarnya harus terisolasi, perawat dan dokternya harus memakai masker khusus dan ambulancenya harus selalu steril dan dibersihkan supaya tidak menular.
Menurut dia, gejala-gejala penderita yang terkena virus H1N1 hampir sama flu biasa seperti diawali dengan gejalah batuk, demam dan sesak hingga komplikasi di paru-paru.
Oleh karena itu, apabila ada warga yang mengalami gejala-gejala ini, maka harus segera secapatnya diperiksakan ke dokter terdekat.
"Namun yang paling penting juga adalah sebelum dia flu, perlu diketahui dulu dia habis bepergian kemana, apakah dari luar negeri yang negaranya pernah terserang virus H1N1?. Kalau memang dari negara yang terserang virus ini, maka ini indikasi bahwa dia benar-benar terserang flu babi," kata dia.
Mira juga mengimbau kepada warga Surabaya yang akan bepergian atau wisata ke luar negeri yang negara tersebut terserang virus flu babi. Ia meminta warga supaya melakukan imunisasi sebelum berangkat bepergian.
Hal ini penting untuk mengantisipasi tubuh supaya tidak ikut terserang ketika berkunjung ke negara tujuan. "Di samping itu, kita harus selalu membudayakan hidup sehat sehari-hari karena virus itu bisa datang dari mana-mana," ujarnya.
Selama ini, lanjut dia, pengawasan terhadap babi dan pemotongan babi di Rumah Potong Hewan (RPH) sudah dilakukan secara maksimal. Bahkan, sudah ada tim khusus untuk mengecek babi-babi yang akan dipotong dan yang akan disebarkan di Surabaya.
"Jadi, upaya kami sudah maksimal, termasuk di RPH," katanya.
Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt) Direktur RPH Surabaya Bela Bima juga memastikan pemotongan babi di instansinya sudah steril dan melalui beberapa pemeriksaan dan proses panjang.
Awalnya, kata dia, babi-babi itu didatangkan dari daerah-daerah penghasil ternak babi, seperti Blitar, Tulungagung, Situbondo dan beberapa daerah lainnya.
"Jadi, pada saat usia panen, dia dilakukan pemeriksaan oleh dokter hewan di daerah itu. Ini nanti yang akan mengeluarkan rekomendasi berupa surat keterangan kesehatan hewan. Nah, ketika tiba di RPH, surat inilah yang akan kami tanya," kata Bima.
Selanjutnya, kata dia, dokter hewan di RPH akan memeriksa lagi dan mencocokkan dengan surat keterangan kesehatan hewan yang telah dibuat oleh dokter hewan sebelumnya. Proses pemotongan babi di RPH, dilakukan filter atau pemeriksaan dua kali.
"Pemotongannya pun berbeda dengan sapi dan kambing. Dalam proses pemotongan inilah virus-virusnya dihilangkan. Tempatnya pun berbeda dengan pemotongan sapi dan kambing," katanya.
Bima juga memastikan bahwa pemotongan babi itu hanya dilakukan dua hari sekali di RPH. Dalam sekali potong, rata-rata memotong 200 babi. "Pada saat perayaan Imlek sampai tembus 300 babi," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019
"Sampai sekarang belum ada yang terserang penyakit ini di Surabaya," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kota Surabaya Mira Novia saat menggelar jumpa pers di kantor Humas Pemkot Surabaya, Senin.
Bahkan, ia berharap tidak ada warga Surabaya yang terkena virus flu babi ini karena penanganannya sangat ribet seperti halnya kamarnya harus terisolasi, perawat dan dokternya harus memakai masker khusus dan ambulancenya harus selalu steril dan dibersihkan supaya tidak menular.
Menurut dia, gejala-gejala penderita yang terkena virus H1N1 hampir sama flu biasa seperti diawali dengan gejalah batuk, demam dan sesak hingga komplikasi di paru-paru.
Oleh karena itu, apabila ada warga yang mengalami gejala-gejala ini, maka harus segera secapatnya diperiksakan ke dokter terdekat.
"Namun yang paling penting juga adalah sebelum dia flu, perlu diketahui dulu dia habis bepergian kemana, apakah dari luar negeri yang negaranya pernah terserang virus H1N1?. Kalau memang dari negara yang terserang virus ini, maka ini indikasi bahwa dia benar-benar terserang flu babi," kata dia.
Mira juga mengimbau kepada warga Surabaya yang akan bepergian atau wisata ke luar negeri yang negara tersebut terserang virus flu babi. Ia meminta warga supaya melakukan imunisasi sebelum berangkat bepergian.
Hal ini penting untuk mengantisipasi tubuh supaya tidak ikut terserang ketika berkunjung ke negara tujuan. "Di samping itu, kita harus selalu membudayakan hidup sehat sehari-hari karena virus itu bisa datang dari mana-mana," ujarnya.
Selama ini, lanjut dia, pengawasan terhadap babi dan pemotongan babi di Rumah Potong Hewan (RPH) sudah dilakukan secara maksimal. Bahkan, sudah ada tim khusus untuk mengecek babi-babi yang akan dipotong dan yang akan disebarkan di Surabaya.
"Jadi, upaya kami sudah maksimal, termasuk di RPH," katanya.
Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt) Direktur RPH Surabaya Bela Bima juga memastikan pemotongan babi di instansinya sudah steril dan melalui beberapa pemeriksaan dan proses panjang.
Awalnya, kata dia, babi-babi itu didatangkan dari daerah-daerah penghasil ternak babi, seperti Blitar, Tulungagung, Situbondo dan beberapa daerah lainnya.
"Jadi, pada saat usia panen, dia dilakukan pemeriksaan oleh dokter hewan di daerah itu. Ini nanti yang akan mengeluarkan rekomendasi berupa surat keterangan kesehatan hewan. Nah, ketika tiba di RPH, surat inilah yang akan kami tanya," kata Bima.
Selanjutnya, kata dia, dokter hewan di RPH akan memeriksa lagi dan mencocokkan dengan surat keterangan kesehatan hewan yang telah dibuat oleh dokter hewan sebelumnya. Proses pemotongan babi di RPH, dilakukan filter atau pemeriksaan dua kali.
"Pemotongannya pun berbeda dengan sapi dan kambing. Dalam proses pemotongan inilah virus-virusnya dihilangkan. Tempatnya pun berbeda dengan pemotongan sapi dan kambing," katanya.
Bima juga memastikan bahwa pemotongan babi itu hanya dilakukan dua hari sekali di RPH. Dalam sekali potong, rata-rata memotong 200 babi. "Pada saat perayaan Imlek sampai tembus 300 babi," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019