Malang (Antaranews Jatim) - Pemerintah Kota Malang melakukan kajian dan menyiapkan formulasi untuk penerapan kebijakan pemberian subsidi transportasi bagi siswa-siswi kurang mampu, dengan memanfaatkan angkutan kota yang ada di daerah ini.

Wali Kota Malang Sutiaji, Senin, mengatakan, rencana pemberian subsidi tersebut akan diberikan kepada para siswa yang kurang mampu, dengan catatan, mereka wajib menggunakan sarana angkot untuk menuju ke sekolah, dan pada saat pulang sekolah.

"Kami mencari formulasinya, angkot bersubsidi itu bukan Angkotnya. Jadi, siswa-siswi yang tidak mampu itu akan kita subsidi, tetapi nanti harus naik angkot," katanya.

Dia mengharapkan, dengan adanya langkah tersebut, nantinya bisa mengurangi ketegangan antara angkutan berbasis online, dengan angkot konvensional. 

Selain itu juga membantu angkot untuk bertahan di tengah gempuran layanan transportasi online.

Rencananya, penerapan pemberian subsidi transportasi tersebut untuk siswa-siswi di Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). 

Namun, hingga saat ini masih belum ada keputusan berapa banyak angkot yang akan dilibatkan dalam rencana Pemkot Malang tersebut.

"Tentunya (menggunakan) angkot yang sesuai dengan apa yang kita inginkan, dan akan dibenahi," ujar Sutiaji.

Direncanakan, program tersebut baru bisa bergulir pada akhir 2019 sembari menunggu masuknya Perubahan Anggaran Keuangan (PAK) Kota Malang 2019.

Rencana pemberian subsidi tersebut muncul setelah adanya audiensi antara Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Malang dengan Organisasi Angkutan Darat (Organda) setempat.

Dari hasil audiensi tersebut, para pelajar kurang mampu akan mendapatkan uang subsidi sebesar Rp5.000 per hari. Rencananya subsidi tersebut akan berbentuk kartu khusus yang hanya dapat dipergunakan untuk membayar angkot.

Rencana penerapan subsidi tersebut, juga harus melihat dari kebutuhan para siswa itu sendiri. Sebagai catatan, angkot di Kota Malang sudah banyak ditinggalkan karena dinilai tidak tepat waktu.

Waktu tempuh dari satu titik ke titik lain, cenderung membutuhkan waktu yang cukup lama dikarenakan para supir banyak yang berhenti untuk menunggu penumpang. 

Hal itu bertolak belakang dengan kebutuhan siswa, yang harus datang ke sekolah tepat waktu setiap harinya. (*)

Pewarta: Vicki Febrianto

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019