Bojonegoro (Antaranews Jatim) - Waduk Pacal di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, mulai terisi air dengan ketinggian air pada papan duga 109,50 meter dan debit sekitar 6 juta meter kubik, seiring turunnya hujan beberapa waktu terakhir.
"Waduk Pacal mulai terisi air hujan, ya paling tidak sejak sepekan terakhir," kata petugas Balai Besar Wikayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS) di Solo, Jawa Tengah, Bambang Irawan ditemui di Waduk Pacal, Bojonegoro, Jumat.
Sebelumnya, lanjut dia, curah hujan di daerah Waduk Pacal di Desa Kedungsumber, Kecamatan Temayang, masuk musim hujan pertengahan November masih rendah sehingga tidak ada air yang masuk ke Waduk Pacal.
Ketinggian air pada papan duga di Waduk Pacal terendah mencapai 104,32 meter dengan debit air sekitar 400 ribu meter kubik pada 9 November.
"Curah hujan tinggi baru sepekan terakhir. Sebelum itu curah hujannya masih rendah," ujarnya.
Kasi Bina Operasi dan Pengendalian Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air Kabupaten Bojonegoro Marlan memperkirakan para petani di sepanjang daerah irigasi Waduk Pacal di sejumlah kecamatan akan mulai menanam padi pada Desember ini.
"Petani di sepanjang irigasi Waduk Pacal di sejumlah kecamatan baru akan mulai menanam padi menunggu curah hujan tinggi pada Desember," ucapnya.
Sesuai prakiraan Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Karangploso, Malang, tambah Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD Bojonegoro MZ Budi Mulyono, curah hujan yang terjadi di daerah setempat memasuki Desember cukup tinggi dan berpotensi menimbulkan banjir bandang.
"Sesuai prakiraan cuaca BMKG, curah hujan selama Desember cukup tinggi," ujarnya.
Data di kantor Dinas Pengairan mencatat Waduk Pacal memiliki daerah irigasi pertanian seluas 16.624 hektare di sejumlah desa di Kecamatan Sukosewu, Balen, Kapas, Sumberrejo, Kepohbaru, dan Baureno.
Pada awal dibangun Belanda pada 1933, Waduk Pacal mampu menampung air mencapai 42 juta meter kubik. Namun, sekarang daya tampungnya menurun, disebabkan sedimen yang masuk waduk mencapai 15 ribu meter kubik per tahun, yang dipengaruhi rusaknya daerah tangkapan air dan rusaknya bangunan pelimpas. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018
"Waduk Pacal mulai terisi air hujan, ya paling tidak sejak sepekan terakhir," kata petugas Balai Besar Wikayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS) di Solo, Jawa Tengah, Bambang Irawan ditemui di Waduk Pacal, Bojonegoro, Jumat.
Sebelumnya, lanjut dia, curah hujan di daerah Waduk Pacal di Desa Kedungsumber, Kecamatan Temayang, masuk musim hujan pertengahan November masih rendah sehingga tidak ada air yang masuk ke Waduk Pacal.
Ketinggian air pada papan duga di Waduk Pacal terendah mencapai 104,32 meter dengan debit air sekitar 400 ribu meter kubik pada 9 November.
"Curah hujan tinggi baru sepekan terakhir. Sebelum itu curah hujannya masih rendah," ujarnya.
Kasi Bina Operasi dan Pengendalian Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air Kabupaten Bojonegoro Marlan memperkirakan para petani di sepanjang daerah irigasi Waduk Pacal di sejumlah kecamatan akan mulai menanam padi pada Desember ini.
"Petani di sepanjang irigasi Waduk Pacal di sejumlah kecamatan baru akan mulai menanam padi menunggu curah hujan tinggi pada Desember," ucapnya.
Sesuai prakiraan Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Karangploso, Malang, tambah Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD Bojonegoro MZ Budi Mulyono, curah hujan yang terjadi di daerah setempat memasuki Desember cukup tinggi dan berpotensi menimbulkan banjir bandang.
"Sesuai prakiraan cuaca BMKG, curah hujan selama Desember cukup tinggi," ujarnya.
Data di kantor Dinas Pengairan mencatat Waduk Pacal memiliki daerah irigasi pertanian seluas 16.624 hektare di sejumlah desa di Kecamatan Sukosewu, Balen, Kapas, Sumberrejo, Kepohbaru, dan Baureno.
Pada awal dibangun Belanda pada 1933, Waduk Pacal mampu menampung air mencapai 42 juta meter kubik. Namun, sekarang daya tampungnya menurun, disebabkan sedimen yang masuk waduk mencapai 15 ribu meter kubik per tahun, yang dipengaruhi rusaknya daerah tangkapan air dan rusaknya bangunan pelimpas. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018