Bojonegoro (Antaranews Jatim) - Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) dan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bojonegoro, Jawa Timur, mendukung pembuatan film "Lost In Java, dengan mengambil lokasi di daerah setempat, karena bisa mengangkat daerah ke kancah nasional.

"Kalau memang lokasi pembuatan film sesuai skenario harus di kawasan hutan, nanti kami sampaikan sejumlah lokasi kawasan hutan yang cocok untuk dipilih," kata Manajer Bisnis KPH Bojonegoro Ahmad Yani, kepada Direktur PT Kebun Media Raya Jakarta Somad Sutedja, di Bojonegoro, Rabu.

Ia menyebutkan daerah setempat hampir sebagian besar wilayah daerah setempat kawasan hutan, yang masuk KPH Bojonegoro, Padangan dan Parengan, Tuban, dengan lokasi yang indah juga memiliki geosite kawasan cagar alam geologi (KCAG).

"Bojonegoro juga dilalui Bengawan Solo," ucapnya menambahkan.

Hal senada disampaikan Kepala Bidang Pengembangan dan Pemasaran Pariwisata (Disdbupar) Budiyanto, yang menjebutkan Komisi Film Daerah (KFD) juga sudah memetakan lokasi yang cocok dimanfaatkan untuk syuting film.

"KFD sudah memetakan sejumlah lokasi yang cocok untuk pembuatan film," ucap dia menambahkan.

Direktur PT Kebun Media Raya Jakarta Somad Sutedja, mengaku juga sudah mendengar bahwa di daerah setempat juga sudah terbentuk KFD.

Dengan demikian, lanjut dia, pemetaan yang sudah dilakukan KFD terkait lokasi yang bisa dimanfaatkan untuk pembuatan film juga akan menjadi masukan.

Menjawab pertanyaan, Somad, belum bisa bisa menentukan judul film yang akan dibuat dalam "Lost in Java", karena masih melakukan pemantauan lapangan termasuk survei.

"Bigpictures Production" akan menerjunkan Tim Riset film Lost in Java di Bojonegoro. Kemungkinan survei juga persiapan lainnya membutuhkan waktu sekitar 8 bulan," ucapnya menjelaskan.

Pada kesempatan itu, Budi Sutedja memutar film dengan judul, 12 Menit Kemenangan Untuk Selamanya produksi "Big Pictures" yang disaksikan puluhan pelajar SLTA, juga jajaran disbudpar dan KPH Bojonegoro. Film itu mengisahkan Marching Band Pertama di Indonesia.

"Dalam film ini memanfaatkan lima lagu Deny Dewa, semuanya "free" (gratis), karena dia senang sekali dengan pembuatan film ini," kata Somad menjelaskan.

Film dengan judul 12 menit untuk selamanya merupakan film drama Indonesia pada 2014 yang mengambil dari novel 12 Menit karangan Oka Aurora.

Film itu menceritakan kehidupan anak-anak Marching Band di Kota Bontang, Kalimantan Timur yang tergabung dalam Marching Band Bontang Pupuk Kaltim (MBBPKT). Mereka berjuang dengan latihan keras selama ribuan jam untuk tampil hanya 12 menit di kejuaraan tingkat nasional. (*)

Pewarta: Slamet Agus Sudarmojo

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018