Surabaya (Antaranews Jatim) - Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Surabaya menyatakan masih banyak ditemukan jajanan sekolah di Jawa Timur yang tidak higienis meski temuan jajanan pangan di sekolah yang mengandung bahan berbahaya sudah mulai berkurang.
Kepala BBPOM Surabaya I Made Bagus Garametta di sela pemberian Bintang Satu Keamanan Pangan Kantin Sekolah di Surabaya, Selasa mengatakan temuan jajanan pangan tidak higienis ini biasanya terjadi dalam penyajiannya.
"Di sekolah banyak ditemukan jajanan yang tidak ditutup dan dijual terbuka, penyajiannya juga langsung pakai tangan tidak pakai alat," katanya.
Menurutnya sikap tidak higienis penjual jajanan akan membuat kontaminasi biologi. Misalkan adanya mikroorganisme yang mengakibatkan sakit perut ataupun diare.
"Untuk itu kami terus melakukan pemeriksaan jajanan dan membina pedagang jajanan. Baik di kantin maupun pedagang keliling," ucapnya.
Dia mengatakan untuk sekolah yang sudah mampu menjaga jajanan di sekolahnya mendapat penghargaan Bintang Satu dari BPOM RI. Untuk tahap pertama, penghargaan ini diberikan pada sekolah yang berada di daerah sasaran.
"Kalau ada yang mau dapat piagam ini juga bisa mengajukan ke kami, nanti kami bina sehingga layak mendapat Bintang Satu," kata Made.
Made menjelaskan pemberian piagam Bintang Satu ini diberikan pada sekolah yang memiliki kantin karena kantin sekolah biasanya menjual jajanan. Sedangkan untuk sekolah yang memang juga memproduksi jajanan bisa mengajukan piagam Bintang Dua.
Sementara itu Kepala Dinas Kesehatan Jawa Timur Kohar Hari Santoso mengatakan makanan sehat yaitu makanan yang SAH (Sehat, Aman dan Higienies)
"Sehat dalam artian nilai gizi bagus, aman tanpa bahan pangan berbahaya, penyajiannya harus higienis agar tidak terkontaminasi," tuturnya.
Hal itu, sambung Kohar, harus diterapkan di sekolah, karena pangan akan mempengaruhi stamina dan kondisi tubuh.
"Penghargaan ini bentuk pembinaan SDM di lingkungan sekolah. Kami sudah biasa melakukan pembinaan ke berbagai tempat dan secara `sampling` juga dilakukan pemeriksaan berkala," ujarnya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018
Kepala BBPOM Surabaya I Made Bagus Garametta di sela pemberian Bintang Satu Keamanan Pangan Kantin Sekolah di Surabaya, Selasa mengatakan temuan jajanan pangan tidak higienis ini biasanya terjadi dalam penyajiannya.
"Di sekolah banyak ditemukan jajanan yang tidak ditutup dan dijual terbuka, penyajiannya juga langsung pakai tangan tidak pakai alat," katanya.
Menurutnya sikap tidak higienis penjual jajanan akan membuat kontaminasi biologi. Misalkan adanya mikroorganisme yang mengakibatkan sakit perut ataupun diare.
"Untuk itu kami terus melakukan pemeriksaan jajanan dan membina pedagang jajanan. Baik di kantin maupun pedagang keliling," ucapnya.
Dia mengatakan untuk sekolah yang sudah mampu menjaga jajanan di sekolahnya mendapat penghargaan Bintang Satu dari BPOM RI. Untuk tahap pertama, penghargaan ini diberikan pada sekolah yang berada di daerah sasaran.
"Kalau ada yang mau dapat piagam ini juga bisa mengajukan ke kami, nanti kami bina sehingga layak mendapat Bintang Satu," kata Made.
Made menjelaskan pemberian piagam Bintang Satu ini diberikan pada sekolah yang memiliki kantin karena kantin sekolah biasanya menjual jajanan. Sedangkan untuk sekolah yang memang juga memproduksi jajanan bisa mengajukan piagam Bintang Dua.
Sementara itu Kepala Dinas Kesehatan Jawa Timur Kohar Hari Santoso mengatakan makanan sehat yaitu makanan yang SAH (Sehat, Aman dan Higienies)
"Sehat dalam artian nilai gizi bagus, aman tanpa bahan pangan berbahaya, penyajiannya harus higienis agar tidak terkontaminasi," tuturnya.
Hal itu, sambung Kohar, harus diterapkan di sekolah, karena pangan akan mempengaruhi stamina dan kondisi tubuh.
"Penghargaan ini bentuk pembinaan SDM di lingkungan sekolah. Kami sudah biasa melakukan pembinaan ke berbagai tempat dan secara `sampling` juga dilakukan pemeriksaan berkala," ujarnya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018