Jember (Antaranews Jatim) - Jumlah Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di Kabupaten Jember, Jawa Timur, sejak tahun 2004 hingga September 2018 mencapai 4.018 orang, berdasarkan data Dinas Kesehatan setempat.
     
"Tahun ini jumlah ODHA di Jember sebanyak 506 orang, yang sebagian besar adalah ibu rumah tangga yang tertular HIV/AIDS dari suaminya," kata Kepala Dinas Kesehatan Jember dr Siti Nurul Qomariyah di Jember, Selasa
     
Data di Dinkes Jember mencatat adanya tren peningkatan jumlah ODHA, yakni pada tahun 2014 sebanyak 522 orang atau jumlah kumulatif hingga 2014 mencapai 1.640 orang, tahun 2015 sebanyak 669 orang dengan jumlah kumulatif 2.309 orang, kemudian pada tahun 2016 tercatat 566 orang dengan jumlah kumulatif 2.875 orang.

Selanjutnya, tahun 2017 sebanyak 637 orang dengan jumlah kumulatif 3.512 orang, dan tahun 2018 sebanyak 506 orang dengan jumlah kumulatif mencapai 4.018 orang.
   
"Dari jumlah tersebut, penderita HIV/AIDS yang meninggal tahun 2014 sebanyak 35 orang, tahun 2015 sebanyak 39 orang, tahun 2016 sebanyak 31 orang, tahun 2017 sebanyak empat orang dan tahun ini masih belum ada laporan penderita AIDS yang meninggal dunia," katanya.
     
Tahun 2018 ditemukan sebanyak 506 ODHA baru, dengan orang berstatus pengidap AIDS sebanyak 150 orang. Jumlah tahun ini menurun dibanding 2017 yang ditemukan sebanyak 637 ODHA baru, dengan 200 orang di antaranya berstatus menderita AIDS.
    
Siti Nurul mengatakan bahwa Dinkes Jember melakukan berbagai langkah untuk menekan kasus HIV/AIDS, dengan strategi untuk meningkatkan cakupan tes HIV dan terapi ARV melalui TOP, yakni Temukan, Obati, dan Pertahankan, yang dilakukan secara massif di Kabupaten Jember.
     
"Petugas berusaha untuk menemukan ODHA bagi mereka yang rentan tertular virus HIV dengan peningkatan tes pada ibu hamil, bayi atau anak HIV, pasien IMS, pasien TB, pasien hepatitis, passangan ODHA, populasi kunci (wanita pekerja seks, waria, pengguna narkoba suntik), dan semua orang yang tinggal di epidemi meluas," katanya.
   
Selain temukan, lanjut dia, program obati atau pemberian ARV tanpa mempertimbangkan jumlah CD4 kepada ODHA hamil, bayi/anak HIV, ODHA-TB,  ODHA-hepatitis, dan semua ODHA di daerah epidemi meluas.
   
Kemudian program pertahankan, yakni meningkatkan kegiatan untuk mempertahankan kepatuhan terhadap pengobatan ARV dengan melibatkan dukungan komunitas ODHA dan LSM, serta dukungan keluarga.
     
"Kami mengimbau masyarakat tidak menjauhi ODHA dan melakukan diskiriminasi kepada mereka yang berjuang melawan virus mematikan tersebut karena mereka butuh dukungan untuk tetap bertahan hidup," katanya.(*)

Pewarta: Zumrotun Solichah

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018