Malang (Antaranews Jatim) - Para peternak khususnya yang berada di wilayah Jawa Timur diharapkan berperan aktif dalam pengendalian penggunaan antibiotik, dimana 81,4 persen peternak yang ada di Indonesia menggunakan antibiotik pada unggas untuk mencegah ternak terkena penyakit.

Ketua Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia yang juga Komisi Ahli Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Tri Satya Putri Naipospos, mengatakan bahwa tanpa upaya pengendalian, Indonesia akan menempati posisi keempat sebagai pengguna antibiotik tertinggi pada 2030.

"Populasi ternak kita cukup tinggi, apalagi untuk unggas. Pada 2010, Indonesia merupakan negara nomor lima pengkonsumsi antibiotik tertinggi di dunia," kata Tri Satya, di Kota Malang, Jumat.

Pemerintah melalui Kementerian Pertanian telah mengeluarkan Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) No 14/2017, yang melarang penggunaan antibiotik sebagai pemacu pertumbuhan (Antibiotic Growth Promotor/AGP) pada pakan ternak.

Dengan aturan tersebut, para peternak bisa menggantikan AGP dengan menggunakan produk alternatif lain seperti probiotik, prebiotik, asam organik, minyak esensial, maupun enzim.

Namun, hal yang paling penting adalah para peternak harus bisa menerapkan biosekuriti tiga zona dan beternak dengan bersih, termasuk melakukan vaksinasi dengan tepat. Tujuannya, agar unggas lebih sehat dan produktif, jauh dari penyakit dan infeksi.

Sesungguhnya, Permentan 14/2017 tersebut tidak sepenuhnya melarang penggunaan antibiotik. Antibiotik pada hewan tetap boleh dipergunakan namun hanya untuk pengobatan dan diberikan oleh dokter hewan, serta dipergunakan sesuai dengan petunjuknya.

Sementara itu, hal senada juga disampaikan Ketua Komite Pengendali Resistensi Antimikroba (KPRA) Kementerian Kesehatan Harri Parathon, dimana para peternak harus berperan aktif dalam mengendalikan bakteri yang kebal terhadap obat antimikroba.

Menurut Harii, saat ini obat kolistin sebagai agen terakhir untuk memerangi bakteri yang resisten terhadap antibiotik terkuatpun, ternyata telah banyak dilaporkan tidak efektif lagi.

"Makin sering kita minum antibiotik, bakteri makin bermutasi dan menjadi ganas. Demikian juga pada produk unggas yang dapat menyimpan residu lalu masuk ke tubuh manusia ketika dikonsumsi," tambah Harri.

Guna meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menggunakan antibiotik yang bijak, setiap tahun diseluruh dunia pada pekan ketiga bulan November diperingati sebagai Pekan Kesadaran Antibiotik Sedunia (World Antibiotik Awarness Week/WAAW) yang tahun ini jatuh pada tanggal 12-18 November 2018.(*)

Pewarta: Vicki Febrianto

Editor : Endang Sukarelawati


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018