Wonokitri, Kabupaten Pasuruan (Antaranews Jatim) - Desa Wisata Edelweiss yang merupakan binaan dari Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BB-TNBTS) untuk kelompok tani, diresmikan pada Sabtu (10/11) melalui rangkaian penyelenggaraan Festival Land of Edelweiss bertema Harmoni Konservasi dan Budaya Masyarakat Tengger.

Direktur Pemanfaatan Jasa Lingkungan Hutan Konservasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Dody Wahyu Karyanto mengatakan bahwa peresmian Desa Wisata Edelweiss tersebut diharapkan mampu memberikan manfaat bagi warga Desa Wonokitri, Kabupaten Pasuruan dan Desa Ngadisari, Kabupaten Probolinggo serta mendatangkan wisatawan baik dari dalam negeri maupun mancanegara.

“Terkait Desa Wisata Edelweiss, ini merupakan wisata yang cerdas. Ada beberapa hal yang bisa langsung diselesaikan dari desa wisata tersebut,” kata Dody, di Desa Wonokitri, Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan, Sabtu.

Dody menjelaskan, dengan adanya Desa Wisata Edelweiss tersebut, masalah kelangkaan bunga Edelweiss itu bisa langsung teratasi melalui langkah konservasi. Selain itu, sekaligus menjadikan masyarakat desa tersebut menjadi pelaku wisata, dan bisa memberikan edukasi kepada wisatawan yang berkunjung.

Desa Wisata Edelweiss yang diresmikan tersebut untuk dua desa, yakni Desa Wonokitri, Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan dengan luas lahan edelweis kurang lebih setengah hektare, dan Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur dengan luasan sebesar satu hektare.

“Pengembangan ini tidak dilakukan dalam waktu singkat, ini dimulai pada 2014. Wisata ini nantinya bisa menggerakkan ekonomi masyarakat sekitar, karena seluruhnya dilakukan oleh masyarakat,” kata Dody.

Dalam kesempatan tersebut, hal senada juga disampaikan oleh Wakil Bupati Probolinggo Timbul Prihanjoko, yang mengharapkan perekonomian masyarakat khususnya di Desa Wonokitri dan Desa Ngadisari bisa semakin berkembang. Desa Wisata Edelweiss tersebut, diharapkan mampu menjadi magnet wisatawan yang berkunjung.

“Diharapkan bisa mengangkat wisata dan perekonomian di masyarakat sekitar. Mudah-mudahan ini awal yang baik untuk pariwisata di kawasan Gunung Bromo,” ujar Timbul.

Edelweiss yang memiliki nama latin Anaphalis spp tersebut memiliki tiga jenis yang berbeda. Terdapat Anaphalis Visida, Anaphalis Longifolia, dan Anaphalis javanica yang telah ditetapkan sebagai tanaman yang dilindungi. Bunga tersebut banyak tumbuh di kawasan TNBTS dan di luar kawasan yang memiliki topografi serta kontur yang sesuai.

Dalam pengembangan Desa Wisata Edelweiss tersebut, BB-TNBTS mengakomodir tiga peluang untuk dimanfaatkan masyarakat Tengger. Dari sisi perekonomian, diharapkan dengan adanya Desa Wisata tersebut, bisa mendapatkan manfaat ekonomi dari wisatawan yang berkunjung.

Sementara sisi konservasi, bunga yang ditanam di Desa Wisata Edelweiss tersebut sudah masuk dalam kategori generasi kedua (F2), dan memiliki izin penangkaran dari Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Timur.

Kemudian dari sisi religi, masyarakat Adat Tengger dalam menggelar berbagai upacara, tidak lagi mengambil bunga edelweiss yang berada dalam kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.(*)

Pewarta: Vicki Febrianto

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018