Surabaya (Antaranews Jatim) - Perusahaan Umum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia atau lebih dikenal dengan sebutan AirNav Indonesia memberdayakan generasi muda Papua untuk bekerja sebagai petugas navigasi di bandar udara wilayah setempat.
"Transportasi udara menjadi prioritas di Papua dan meteorologinya sangat menantang, karena alamnya bergunung-gunung. Kami ingin memberdayakan generasi muda yang telah mengenal daerahnya sendiri untuk bertugas mengatur lalu lintas udara di wilayah setempat," ujar Direktur Utama AirNav Indonesia Novie Riyanto di Surabaya, Kamis.
Dia menjelaskan, saat ini terdapat 109 titik penerbangan di Papua sehingga AirNav membutuhkan banyak sekali tenaga ahli untuk bertugas mengatur lalu lintas udara di wilayah provinsi paling timur Indonesia itu.
Untuk itu, AirNav Indonesia menyepakati Memorandum of Understanding (MoU) atau nota kesepahaman dengan Politeknik Penerbangan Surabaya, yang dihadiri langsung Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Perhubungan Kementerian Perhubungan Umiyatun Hayati Triastuti.
Dalam MoU tersebut, AirNav menitipkan sebanyak 40 calon taruna asal Papua melalui program beasiswa di Politeknik Penerbangan Surabaya, yang nantinya setelah lulus langsung terikat kerja.
"Sebenarnya kerja sama dengan AirNav seperti ini telah berlangsung sejak tahun 2015. MoU yang kami tanda tangani hari ini cuma melanjutkan kesepakatan yang sudah berlangsung lama," ucap Hayati.
Novie menandaskan, beasiswa yang diberikan AirNav Indonesia kepada 40 calon taruna asal Papua untuk menempuh ilmu navigasi udara di Politeknik Penerbangan Surabaya itu nilainya Rp7,7 miliar.
"Harapan kami, 40 putra-putri Papua yang kami didik di Politeknik Penerbangan Surabaya ini nantinya menjadi pioner penerbangan di tempat asalnya," katanya.
Direktur Politeknik Penerbangan Surabaya Setiyo mengatakan, ke-40 calon taruna asal Papua itu akan belajar selama tiga tahun ke depan bersama 288 taruna baru lainnya tahun akademik 2018/2019 yang diterima melalui program pola pembibitan, reguler dan mandiri.
"Pada 13 Oktober lalu, kami juga menerima sebanyak 48 taruna baru program beasiswa dari Pemerintah Kota Surabaya untuk angkatan tahun akademik 2018/2019," ujarnya.
Selain para taruna yang telah terikat program beasiswa, untuk yang masuk melalui program reguler, Setiyo menjamin 85 persen lulusan Politeknik Penerbangan Surabaya langsung terserap di berbagai lapangan kerja di tahun pertama kelulusannya.
"Karena kami sudah menjalin kerja sama dengan 34 bandara se-Indonesia, selain juga dengan berbagai maskapai dan AirNav Indonesia, sehingga ketika mereka membutuhkan tenaga kerja, lulusan kami langsung terserap," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018
"Transportasi udara menjadi prioritas di Papua dan meteorologinya sangat menantang, karena alamnya bergunung-gunung. Kami ingin memberdayakan generasi muda yang telah mengenal daerahnya sendiri untuk bertugas mengatur lalu lintas udara di wilayah setempat," ujar Direktur Utama AirNav Indonesia Novie Riyanto di Surabaya, Kamis.
Dia menjelaskan, saat ini terdapat 109 titik penerbangan di Papua sehingga AirNav membutuhkan banyak sekali tenaga ahli untuk bertugas mengatur lalu lintas udara di wilayah provinsi paling timur Indonesia itu.
Untuk itu, AirNav Indonesia menyepakati Memorandum of Understanding (MoU) atau nota kesepahaman dengan Politeknik Penerbangan Surabaya, yang dihadiri langsung Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Perhubungan Kementerian Perhubungan Umiyatun Hayati Triastuti.
Dalam MoU tersebut, AirNav menitipkan sebanyak 40 calon taruna asal Papua melalui program beasiswa di Politeknik Penerbangan Surabaya, yang nantinya setelah lulus langsung terikat kerja.
"Sebenarnya kerja sama dengan AirNav seperti ini telah berlangsung sejak tahun 2015. MoU yang kami tanda tangani hari ini cuma melanjutkan kesepakatan yang sudah berlangsung lama," ucap Hayati.
Novie menandaskan, beasiswa yang diberikan AirNav Indonesia kepada 40 calon taruna asal Papua untuk menempuh ilmu navigasi udara di Politeknik Penerbangan Surabaya itu nilainya Rp7,7 miliar.
"Harapan kami, 40 putra-putri Papua yang kami didik di Politeknik Penerbangan Surabaya ini nantinya menjadi pioner penerbangan di tempat asalnya," katanya.
Direktur Politeknik Penerbangan Surabaya Setiyo mengatakan, ke-40 calon taruna asal Papua itu akan belajar selama tiga tahun ke depan bersama 288 taruna baru lainnya tahun akademik 2018/2019 yang diterima melalui program pola pembibitan, reguler dan mandiri.
"Pada 13 Oktober lalu, kami juga menerima sebanyak 48 taruna baru program beasiswa dari Pemerintah Kota Surabaya untuk angkatan tahun akademik 2018/2019," ujarnya.
Selain para taruna yang telah terikat program beasiswa, untuk yang masuk melalui program reguler, Setiyo menjamin 85 persen lulusan Politeknik Penerbangan Surabaya langsung terserap di berbagai lapangan kerja di tahun pertama kelulusannya.
"Karena kami sudah menjalin kerja sama dengan 34 bandara se-Indonesia, selain juga dengan berbagai maskapai dan AirNav Indonesia, sehingga ketika mereka membutuhkan tenaga kerja, lulusan kami langsung terserap," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018