Surabaya (Antaranews Jatim) - Harga cabai merah yang dalam beberapa pekan terakhir mengalami kenaikan menjadi salah satu faktor pendorong inflasi di Jatim, yang mengalami inflasi sebesar 0,19 persen dari total tiga faktor lainnya, sesuai data Badan Pusat Statistik (BPS) setempat. 
     
"Kenaikan harga terjadi akibat tingginya permintaan, sementara pasokan cabai merah tidak cukup untuk memenuhi permintaan di pasar. Situasi ini menjadikan cabai merah menjadikan salah satu komoditas pendorong utama inflasi Jatim," kata Kepala BPS Jatim, Teguh Pramono, Kamis.
     
Teguh dalam paparan data inflasi di Kantor BPS Surabaya kepada wartawan mengatakan, total tiga komoditas utama pendorong inflasi Jatim pada Oktober 2018, yakni BBM, emas perhiasan, dan cabai merah.
     
Untuk BBM, disebabkan karena sejak 10 Oktober 2018 pemerintah resmi melakukan penyesuaian harga jual BBM jenis pertamax series (pertamax dan pertamax turbo), dex series (pertamina dex dan dexlite), serta bio solar non subsidi, hal ini membuat komoditas bensin menjadi pendorong utama terjadinya inflasi Oktober 2018.
     
Sedangkan perhiasan, lebih diakibatkan gejolak pasar di Jatim yang mengakibatkan menjadi faktor pendorong inflasi.
     
Teguh mengatakan, dari tujuh kelompok pengeluaran yang dipantau di Jatim, enam kelompok mengalami inflasi, dan hanya satu kelompok yang mengalami deflasi.
     
Inflasi tertinggi ada di kelompok Sandang sebesar 0,56 persen, diikuti kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,42 persen, serta kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar 0,23 persen.
     
Selanjutnya, kelompok makanan jadi, seperti minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,17 persen, kelompok kesehatan sebesar 0,15 persen, serta kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga sebesar 0,04 persen, dan untuk kelompok yang mengalami deflasi yaitu bahan makanan sebesar 0,12 persen.
     
Sementara itu, beberapa komoditas yang menjadi penghambat terjadinya inflasi adalah telur ayam ras, tomat sayur, dan daging sapi.
     
"Pada Oktober, harga telur ayam ras terus mengalami penurunan disebabkan oleh banyaknya produksi telur dan tidak diimbangi dengan penyerapan di pasar," katanya.
     
Harga beberapa sayuran, kata dia, juga mengalami penurunan terutama tomat sayur yang mengalami penurunan cukup drastis, karena melimpahnya produksi yang disebabkan oleh bersamaannya waktu panen di beberapa daerah penghasil tomat.
     
Sementara itu, berdasarkan penghitungan angka inflasi di 8 kota Indeks Harga Konsumen (IHK) di Jawa Timur selama Oktober 2018, seluruh kota mengalami inflasi, dan tertinggi terjadi di Malang dan Sumenep mencapai 0,30 persen.
     
Kemudian diikuti Jember sebesar 0,24 persen, Probolinggo sebesar 0,20 persen, Madiun sebesar 0,18 persen, Kediri sebesar 0,16 persen, Surabaya sebesar 0,15 persen, dan Banyuwangi sebesar 0,09 persen.*
      


 

Pewarta: A Malik Ibrahim

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018