Kediri (Antaranews Jatim) - Pemerintah meyakinkan para peternak unggas bahwa pasokan jagung akan segera melimpah karena panen raya tinggal beberapa hari dan harga jagung normal kembali.

"Melihat di lapangan, masih perlu waktu 1-2 pekan. Saya yakin jika panen, akan otomatis harga turun dan itu kaitannya dengan ketersediaan," kata Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko saat kegiatan panen jagung di Desa Mejono, Kecamatan Plemahan, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, Kamis.

Moeldoko yang menanggapi unjuk rasa para peternak unggas di Kabupaten Blitar, beberapa waktu lalu juga menegaskan naik atau turunnya harga jagung karena pengaruh pasar dan ketersediaan barang.

Ketika stok berlebih harga bisa turun, tapi jika stok berkurang harga bisa mahal. Selain itu, untuk ketersediaan barang juga dipengaruhi musim tanam, cuaca, hingga pengairan.

Namun saat ini pemerintah juga mengurangi impor jagung dan lebih mengoptimalkan produksi dalam negeri, dengan harapan ke depan mampu untuk swasembada jagung. Kebutuhan dalam negeri akan jagung mampu dipenuhi dari produksi dalam negeri.

Ia meminta para peternak tidak khawatir, sebab hanya tinggal menunggu waktu untuk panen raya jagung. Pemerintah berupaya untuk optimal dalam memberikan jaminan pasokan jagung, salah satunya untuk kebutuhan pakan ternak.

Pihaknya tidak ingin masalah ketahanan pangan bisa menjadi isu politik. Ia justru ingin agar petani semakin bersemangat untuk bercocok tanam, sehingga petani bisa mandiri di bidang pangan.

"Harapan kami dengan tanam jagung, bisa dipastikan harga pasar akan stabil. Sebenarnya, pemerintah juga dilema, di satu sisi harga mahal yang dihadapi konsumen, satu sisi harga turun yang dihadapi pelaku usaha," ujarnya.

Untuk memenuhi kebutuhan akan jagung, Moeldoko yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional (DPN) Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) ini mendorong adanya riset benih yang bagus.

Selain itu, pihaknya juga selalu mengingatkan pada pemegang kekuasaan, sehingga bisa dicarikan solusi jika ada masalah di bidang pangan.

"HKTI posisinya sebagai institusi penjembatan yang menjembatani periset baik di perguruan tinggi maupun lembaga lainnya. HKTI juga bisa bekerjasama dengan pemerintah, petani, pengusaha," kata Moeldoko.

Dalam kegiatan panen itu, berlangsung di areal 42,8 hektare yang merupakan lahan dari Kelompok Tani "Tani Mapan" Desa Mejono, Kabupaten Kediri.

Jenis jagung yang ditanam itu adalah Bisi 18 yang merupakan salah satu varietas jagung hibrida diproduksi PT Bisi International Tbk.

Jagung tersebut ditanam dengan sistem jarak tanam rapat, 60x15 centimeter, sehingga dalam satu hektare lahan populasinya lebih dari 100.000 tanaman.

Padahal, dengan jarak tanam normal, umumnya populasi hanya sekitar 62.500 tanaman per hektare. Hasil produksi riilnya yang sudah dipanen mencapai 12,8 ton pipil kering per hektare. (*)

Video Oleh Asmaul Chusna
 

Pewarta: Asmaul Chusna

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018