Surabaya (Antaranews Jatim) - Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur menyiapkan strategi guna mengendalikan laju penyebaran penyakit HIV/AIDS di wilayah itu.
"Ada dua strategi yang kami utamakan untuk mengendalikan laju penularan HIV, yang pertama kita meningkatkan penyuluhan dalam rangka destigmasnisasi, yang kedua mempercepat temuan dini untuk segera mendapatkan pengobatan antiretroviral (ARV) sehingga penularan bisa terkendali," kata Kepala Dinas Kesehatan Jatim Kohar Heri Santoso di Surabaya, Kamis.
Jatim termasuk lima Provinsi dengan jumlah HIV tertinggi di Indonesia. Perkiraan jumlah orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di Jatim mencapai 67.658 orang.
Sementara berdasar laporan HIV triwulan II Kemenkes tahun 2018 jumlah pasien HIV di Jatim menduduki peringkat 1 di Indonesia.
"Kalau jumlah HIV kumulatif di Jatim sejak kasus pertama ditemukan pada tahun 1991 sampai dengan bulan mei 2018 sebanyak 46.628 orang (masih 68 persen dari perkiraan. Penemuan kasus baru serta tren penemuan kasus baru HIV dari tahun ketahun memang naik. Tapi itu menunjukkan keberhasilan dalam deteksi dini," katanya.
Kohar mengungkapkan jumlah penderita HIV/AIDS yang drop out atau menghentikan konsumsi obat antiretroviral (ARV) di wilayahnya saat ini mencapai 55 persen dari total jumlah penderita.
"Padahal penderita HIV/AIDS tepat harus mengkonsumsi ARV seumur hidup secara waktu untuk bisa menekan jumah virus di tubuhnya," ujarnya.
Menurut Kohar ada beberapa sebab pasien HIV tidak mengakses pengobatan ARV dengan teratur. Salah satunya mereka kebanyakan mengaku sulitnya akses.
"Ya tempat yang jauh dimana pasien HIV harus datang ke rumah sakit yang bisa memberikan ARV itu permasalahannya pasien tidak konsisten minum obat," tuturnya.
Dinkes Jatim telah membuat kebijakan baru dengan membuka layanan pengobatan ARV bagi pasien di tingkat puskesmas dan didapatkan secara gratis.
Untuk awal ada enam puskesmas prioritas berdasarkan kebutuhan pasien HIV meminum obat ARV. Itu ada di Puskesmas Kabupaten Bondowoso, Puskesmas Besuki di Situbondo, Puskesmas Tempeh di Kabupaten Lumajang, Puskesmas Pule Trenggalek, Puskesmas Gemarang Madiun dan di Puskesmas Bubukan Kabupaten Pacitan.
Ke depan, tidak bisa hanya enam pusksesmas, namun ditambah menjadi 18 Puskesmas sehingga total tahun 2018 diharapkan ada 24 puskesmas dapat melayani pengobatan ARV.
"Ya bertahap kita inginnya setiap kabupaten Puskesmasnya bisa melayani. Kalau total keselurah di Jatim Puksesmas 964 puskesmas Jatim," katanya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018
"Ada dua strategi yang kami utamakan untuk mengendalikan laju penularan HIV, yang pertama kita meningkatkan penyuluhan dalam rangka destigmasnisasi, yang kedua mempercepat temuan dini untuk segera mendapatkan pengobatan antiretroviral (ARV) sehingga penularan bisa terkendali," kata Kepala Dinas Kesehatan Jatim Kohar Heri Santoso di Surabaya, Kamis.
Jatim termasuk lima Provinsi dengan jumlah HIV tertinggi di Indonesia. Perkiraan jumlah orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di Jatim mencapai 67.658 orang.
Sementara berdasar laporan HIV triwulan II Kemenkes tahun 2018 jumlah pasien HIV di Jatim menduduki peringkat 1 di Indonesia.
"Kalau jumlah HIV kumulatif di Jatim sejak kasus pertama ditemukan pada tahun 1991 sampai dengan bulan mei 2018 sebanyak 46.628 orang (masih 68 persen dari perkiraan. Penemuan kasus baru serta tren penemuan kasus baru HIV dari tahun ketahun memang naik. Tapi itu menunjukkan keberhasilan dalam deteksi dini," katanya.
Kohar mengungkapkan jumlah penderita HIV/AIDS yang drop out atau menghentikan konsumsi obat antiretroviral (ARV) di wilayahnya saat ini mencapai 55 persen dari total jumlah penderita.
"Padahal penderita HIV/AIDS tepat harus mengkonsumsi ARV seumur hidup secara waktu untuk bisa menekan jumah virus di tubuhnya," ujarnya.
Menurut Kohar ada beberapa sebab pasien HIV tidak mengakses pengobatan ARV dengan teratur. Salah satunya mereka kebanyakan mengaku sulitnya akses.
"Ya tempat yang jauh dimana pasien HIV harus datang ke rumah sakit yang bisa memberikan ARV itu permasalahannya pasien tidak konsisten minum obat," tuturnya.
Dinkes Jatim telah membuat kebijakan baru dengan membuka layanan pengobatan ARV bagi pasien di tingkat puskesmas dan didapatkan secara gratis.
Untuk awal ada enam puskesmas prioritas berdasarkan kebutuhan pasien HIV meminum obat ARV. Itu ada di Puskesmas Kabupaten Bondowoso, Puskesmas Besuki di Situbondo, Puskesmas Tempeh di Kabupaten Lumajang, Puskesmas Pule Trenggalek, Puskesmas Gemarang Madiun dan di Puskesmas Bubukan Kabupaten Pacitan.
Ke depan, tidak bisa hanya enam pusksesmas, namun ditambah menjadi 18 Puskesmas sehingga total tahun 2018 diharapkan ada 24 puskesmas dapat melayani pengobatan ARV.
"Ya bertahap kita inginnya setiap kabupaten Puskesmasnya bisa melayani. Kalau total keselurah di Jatim Puksesmas 964 puskesmas Jatim," katanya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018