Madiun (Antaranews Jatim) – Kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) oleh siswa SD/MI dalam program Simpatik Anak Cerdik (Siswa Pemantau Jentik oleh Anak-anak Cerdik) mengantarkan Puskesmas Klagenserut, Kecamatan Jiwan, Kabupaten Madiun, Jawa Timur meraih Penghargaan Top 99 Inovasi Layanan Publik 2018.

Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Syafruddin menyerahkan penghargaan tersebut kepada Pj Bupati Madiun Boedi Prijosoeprajitno di Grand Ballroom, Hotel Sangri-La Surabaya, Rabu 19 September 2018.

Kepala Puskesmas Klagenserut drg Anies Bektiarsi sebagai inisiator dan inovator, mengungkapkan program PSN yang dilakukan Puskesmas Klagenserut dengan menggandeng murid SD dan MI di wilayah kerjanya berlangsung sejak Januari 2017.

“Sebelumnya, kami telah menggandeng siswa Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Klagenserut, karena pernah berhasil melakukan kerjasama dalam pembinaan kantin dan dokter kecil. Kerjasama tersebut akhirnya dikembangkan ke seluruh SD/MIN di wilayah kerja Puskesmas Klagenserut,” ujarnya.

Menurut dia, MIN Klagenserut pada 2014 meraih juara pertama lomba PSN se-Jawa Timur. Karena alasan itulah, maka Puskesmas Klagenserut melakukan inovasi dengan mengembangkan kerjasama dalam bentuk PSN.

Sejak Januari 2017, kata Anies, seluruh murid kelas IV hingga VI di 11 SD dan satu MIN di tujuh desa yang berada wilayah kerjanya dilibatkan dalam kegiatan PSN. Para guru di seluruh sekolah di wilayahnya juga mendukung program tersebut.

“Menurut saya, menggerakkan anak-anak SD/MI untuk kegiatan PSN cukup efektif guna pencegahan  serangan Demam Berdarah Dengue (DBD) yang disebabkan gigitan nyamuk Aedes aegypti. Karena, anak bila disuruh gurunya pasti menurut,” ucapnya.

Ia kemudian menjelaskan cara kerja siswa SD/MI dalam kegiatan PSN. Setiap siswa, katanya, diberi tugas memantau sarang nyamuk di rumahnya sendiri dan lima rumah di sekitar rumahnya setiap seminggu sekali. Alasannya, siklus hidup jentik nyamuk itu selama seminggu.

“Mereka memantau sarang nyamuk, tidak hanya di bak mandi, tapi juga di tempat-tempat penampungan air. Misalnya, tempat penampungan tetesan air di belakang kulkas, dispenser, juga tempat minum burung,” jelasnya.

Setiap anak diwajibkan membuat laporan tentang hasil pemantauannya masing-masing. Laporan dikumpulkan di sekolah, dan setelah direkap oleh sekolah, selanjutnya diteruskan ke Puskesmas.

“Bila siswa menemukan jentik nyamuk di rumah warga, maka ia akan melaporkan positif ditemukan jentik dan disebutkan sarang nyamuknya berada di mana,” ucap dia.

Siswa tersebut tidak hanya membuat laporan tentang positif ditemukannya jentik, namun juga akan menyarankan kepada pemilik rumah untuk menguras sarang nyamuk dan melakukan pembersihan.

Program “Simpatik Anak Cerdik”, lanjut dia, dinilai sangat positif. Bukan hanya Puskesmas dan warga masyarakat yang diuntungkan, tapi juga sekolah dan siswa itu sendiri.

“Sekolah merasa diuntungkan, karena anak diajari etika bertamu, bagaimana mereka mengutarakan maksudnya kepada pemilik rumah. Juga diajarkan bagaimana mereka berkomunasi dengan pemilik rumah. Itu kan merupakan kegiatan yang positif,” ujarnya.

Selain itu, kata dia, kegiatan tersebut sekaligus mengajari anak berperilaku hidup sehat. Kalau sejak kecil ditanamkan perilaku hidup sehat, maka perilaku tersebut akan semakin melekat pada diri anak sampai dewasa.

Menurut Anies, pemerintah dan tenaga kesehatan tidak bisa bekerja sendiri dalam pencegahan DBD. Sementara itu, tingkat kesadaran publik terhadap pencegahan DBD masih relatif rendah. Itulah makanya, dia berusaha melakukan inovasi membuat gerakan PSN dengan mengandeng siswa SD/MI di wilayah kerjanya.(*)

Video Oleh Siswowidodo
 

Pewarta: Siswowidodo

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018