Tulungagung (Antaranews Jatim) - Nelayan di Pantai Popoh, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, Selasa menggelar ritual labuh laut dalam tradisi "suroan" menyambut tahun baru Islam atau 1 Suro dalam penanggalan Jawa.
Sebuah tumpeng raksasa berdiameter sekitar 1,5 meter dan tinggi mencapai 3 meter menjadi ikon utama tradisi tahunan yang banyak menarik perhatian warga dan wisatawan tersebut.
"Ya tradisi labuhan seperti ini sudah lama kami gelar. Setiap tahun, biasanya kami pilih waktu 1 Muharam atau 1 Suro," kata Ketua Labuh Laut Sumariyanto.
Ritual labuh laut dipusatkan di tempat pelelangan ikan (TPI) Popoh.
Acara dimulai dengan prosesi adat seperti kenduri dan doa oleh tokoh agama/adat, sementara ratusan nelayan duduk dan berkerumun mengelilingi tumpeng yang berisi aneka hasil bumi dan buah-buahan.
Sempat diarak keluar gedung TPI, tumpeng kemudian "dipurak" (diperebutkan) beramai-ramai oleh warga dan wisatawan.
"Ada sedekah bumi yang diperebutkan untuk kemeriahan. Dan tentu ada pula sedekah bumi yang dilarung ke laut," kata Sunariyanto.
Selesai dipurak bersama, acara dilanjutkan dengan larungan sesaji yang diletakkan ke dalam geladak perahu kayu.
Setelah didoakan perahu tersebut akan dilarung ke lautan.
Puluhan perahu lain dengan mengangkut warga dan wisatawan tampak mengiringi perahu sesaji tersebut dilarung hingga ke tengah laut.
Perahu berisi sesaji itu lalu dibiarkan terombang ambing menuju laut bebas.
Sumariyanto mengatakan, ritual adat labuh laut tersebut merupakan wujud syukur nelayan kepada Sang Maha Pencipta karena diberi keluasan rejeki berupa tangkapan ikan yang melimpah.
"Semoga hasil tangkapan bertambah banyak dan nelayan dijauhkan dari segala marabahaya," ucapnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018
Sebuah tumpeng raksasa berdiameter sekitar 1,5 meter dan tinggi mencapai 3 meter menjadi ikon utama tradisi tahunan yang banyak menarik perhatian warga dan wisatawan tersebut.
"Ya tradisi labuhan seperti ini sudah lama kami gelar. Setiap tahun, biasanya kami pilih waktu 1 Muharam atau 1 Suro," kata Ketua Labuh Laut Sumariyanto.
Ritual labuh laut dipusatkan di tempat pelelangan ikan (TPI) Popoh.
Acara dimulai dengan prosesi adat seperti kenduri dan doa oleh tokoh agama/adat, sementara ratusan nelayan duduk dan berkerumun mengelilingi tumpeng yang berisi aneka hasil bumi dan buah-buahan.
Sempat diarak keluar gedung TPI, tumpeng kemudian "dipurak" (diperebutkan) beramai-ramai oleh warga dan wisatawan.
"Ada sedekah bumi yang diperebutkan untuk kemeriahan. Dan tentu ada pula sedekah bumi yang dilarung ke laut," kata Sunariyanto.
Selesai dipurak bersama, acara dilanjutkan dengan larungan sesaji yang diletakkan ke dalam geladak perahu kayu.
Setelah didoakan perahu tersebut akan dilarung ke lautan.
Puluhan perahu lain dengan mengangkut warga dan wisatawan tampak mengiringi perahu sesaji tersebut dilarung hingga ke tengah laut.
Perahu berisi sesaji itu lalu dibiarkan terombang ambing menuju laut bebas.
Sumariyanto mengatakan, ritual adat labuh laut tersebut merupakan wujud syukur nelayan kepada Sang Maha Pencipta karena diberi keluasan rejeki berupa tangkapan ikan yang melimpah.
"Semoga hasil tangkapan bertambah banyak dan nelayan dijauhkan dari segala marabahaya," ucapnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018