Blitar (Antaranews Jatim) - Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) Adaptasi Perubahan Iklim dan Ketangguhan (Apik) menggandeng PT Cargill Indonesia, dan Paguyuban Peternak Rakyat Nasional (PPRN) Blitar, Jawa Timur, membuat nota kesepahaman atau MoU demi meningkatkan kualitas peternakan di Desa Suruh Wadang, Kabupaten Blitar.

Manajer Regional Jawa Timur program Apik Ardanti Sutarto mengemukakan kerja sama ini adalah upaya memberikan kesempatan bagi semua pihak, termasuk peternak agar mereka lebih mempunyai program untuk mengembangkan peternakannya.

"Kerja sama ini adalah hal yang strategis, karena memberi manfaat kesemua pihak. Kami juga percaya bahwa kolaborasi dan kemitraan adalah kunci untuk memberikan dampak positif yang lebih besar ke masyarakat," katanya di Blitar, Rabu.

Ardanti setelah kegiatan MoU tersebut menambahkan, dalam kerja sama ini, USAI Apik menggandeng PPRN dan masyarakat desa untuk menyusun kajian risiko bencana dan rencana aksi adaptasi untuk mengetahui ancaman apa saja yang ada di wilayah tersebut dan menentukan langkah untuk menanggulanginya.

Kerja sama itu juga melibatkan PT Cargill Indonesia dan Paguyuban Peternak Rakyat Nasional (PPRN) dengan para peternak ayam di Desa Suruhwadang, Kecamatan Kademangan, Kabupaten Blitar. Komitmen kerja sama itu diwujudkan dalam proyek percontohan kandang sesuai prosedur biosekuriti, bantuan ayam petelur, peningkatan kapasitas peternak dalam mengelola pengelolaan peternakan dan menghadapi risiko akibat perubahan cuaca ekstrem.

Pihaknya mengungkapkan, Kabupaten Blitar adalah salah satu penghasil telur terbesar di Jawa Timur, dengan jumlah ayam petelur 15.170.000 ekor dan produksi mencapai 151.931 ton telur. Dengan angka tersebut, Blitar mampumenyuplai 70 persen kebutuhan telur Jawa Timur dan 30 % permintaan nasional.

Akan tetapi peternak di Blitar kini menghadapi serangan wabah "Drop Production Syndrome". Penyakit ini menyerang ayam petelur baik yang dipelihara di sistem terbuka maupun tertutup, dan menyebabkan penurunan produksi telur hingga 50 %. Perubahan cuaca dan mutasi virus dicurigai mendorong terjadinya wabah ini.

Selain itu, cuaca yang kian tak menentu belakangan ini turut menjadi ancaman bagi peternak. Selama ini, ayam petelur dikenal sensitif terhadap perubahan cuaca, sehingga panas ekstrem, dingin, dan musim pancaroba dapat menurunkan produksi sebesar 2-5 persen. Sebab itu, penting untuk menciptakan kondisi yang mendukung kesehatan dan produktivitas ayam petelur.

Sementara itu, Ketua PPRN Blitar Rofi Yasifun mengatakan, para peternak selama ini masih memanfaatkan cara tradisional dalam mengelola peternakan. Jumlah anggota PPRN Blitar lebih dari 1.000 yang tersebar di banyak daerah. Pihaknya juga senang dengan adanya program tersebut.

"Selama ini peternak di Blitar rata-rata mengelola peternakan secara sederhana. Peternak juga biasanya mengembangkan kandang sendiri, dengan meniru apa yang dibuat tetangga atau sesama peternak. Oleh karena itu, kami menyambut gembira adanya program ini, karena kami akan punya acuan seperti apa kandang yang ideal," ujar dia.

Dalam acara itu, selain dihadiri oleh USAID Apik, juga dari PT Cargill Indonesia, PPRN Blitar, juga terdapat Bupati Blitar Rijanto. Para peternak di deerah itu juga turut hadir. (*)

Pewarta: Asmaul Chusna

Editor : Endang Sukarelawati


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018