Kediri (Antaranews Jatim)- Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar meminta agar inflasi di Kota Kediri, Jawa Timur, bisa lebih dijaga, sehingga daya beli masyarakat akan semakin terjangkau.

"Yang penting bukan pialanya tapi bagaimana inflasi tetap terjaga dengan baik. Masyarakat tidak belanja bahan pokok yang harganya naik turun. Kalau mulai ada gejolak segera diatasi," katanya di Kediri, Jumat.

Ia juga memberikan apresiasi yang tinggi atas kinerja tim pengendali inflasi daerah (TPID) Kota Kediri, sebab kembali berhasil menjadi TPID terbaik se-Jawa-Bali pada 2018. Sebelumnya, tahun 2017 juga pernah mendapatkan penghargaan serupa yang diberikan oleh pusat.

"Mudah-mudahan ini membawa berkah bagi masyarakat Kota Kediri. Saya harap, kinerja pengendalian inflasi semakin kompak dan ke depan bisa juara lagi," katanya.

Mas Abu yang juga menjabat sebagai Ketua TPID Kota Kediri juga mengungkapkan beberapa arahan dari Presiden Joko Widodo terkait dengan koordinasi bersama harusnya bisa menjadi perhatian bagi semua pihak.

"Koordinasi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah harus ditingkatkan, memaksimalkan kinerja satgas pangan yang sudah terbentuk, perdagangan antardaerah dan masalah distribusi menjadi perhatian serius dalam upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi. TPID diminta turun ke lapangan untuk mengecek stok pangan, memperhatikan mekanisme pasar serta membangun dan mengembangkan pasar pengumpul," ujarnya.

Ia berharap, seluruh anggota TPID untuk tetap waspada, mendeteksi sedini mungkin gejolak inflasi dan menekankan inovasi sesuai potensi daerah sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Kota Kediri.

Berbagai upaya akan dilakukan seperti menyediakan tempat untuk menyimpan stok beras, percepatan pembangunan jembatan Brawijaya demi kelancaran arus distribusi barang dan percepatan operasional pasar Setono Betek Kota Kediri.

Pada Juli 2018, Kota Kediri mengalami inflasi sebesar 0,09 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 128,04 dibanding dengan IHK Juni 2018 sebesar 127,927.

Inflasi di Kota Kediri pada Juli 2018 tersebut dipengaruhi oleh kenaikan dan penurunan indeks harga konsumen dari beberapa kelompok pengeluaran. Kelompok bahan makanan naik sebesar 0,30 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau naik 0,08 persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas serta bahan bakar naik 0,11 persen, kelompok sandang naik 0,08 persen, kelompok kesehatan naik 0,06 persen, serta kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga naik 0,02 persen. Kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan justru mengalami penurunan 0,09 persen.

Komoditas yang memberikan sumbangan terbesar terhadap inflasi di Kota Kediri pada Juli 2018 adalah telur ayam ras, bensin, kacang panjang, tarif pulsa ponsel, tomat sayur, pisang, dan sejumlah komoditas lainnya.

Juga terdapat komoditas yang memberikan tekanan terbesar terhadap inflasi misalnya bawang merah, angkutan antarkota, tarif kendaraan travel, tarip kereta api, cabai merah, daging Sapi, dan beberapa komoditas lainnya.

Dari delapan kota IHK di Jawa Timur, tujuh di antaranya mengalami inflasi dengan inflasi tertinggi di Malang sebesar 0,21 persen, Madiun 0,17 persen, Kediri 0,09 persen, Sumenep 0,06 persen, Probolinggo 0,06 persen, Surabaya 0,03 persen, Banyuwangi 0,03 persen. Jember satu-satunya yang mengalami deflasi sebesar -0,08 persen. (*)

Pewarta: Asmaul Chusna

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018