Malang (Antaranews Jatim) - Untuk mengetahui sejak dini apakah seseorang mengidap penyakit stroke atau tidak, aplikasi sederhana dan mudah yang diberi nama "SEED" karya Mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) Malang ini mampu mendeteksinya dengan cepat.
Ketua Tim pencipta aplikasi tersebut, Dedin Anike Putra di Malang, Jawa Timur, Jumat, mengatakan aplikasi mobile yang mampu mendeteksi atau mendiagnosis gejala penyakit stroke sejak dini ini bernama "SEED", yakni aplikasi berbasis android yang menggunakan algoritme klasifikasi k-NN.
"Perancangan dan pembuatan aplikasi SEED ini dilatarbelakangi oleh tingginya tingkat kematian yang disebabkan penyakit stroke," kata mahasiswa Fakultas Teknik Informatika UB angkatan 2015 tersebut.
Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar 2013, stroke merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi di Indonesia dengan nilai prevalensi 12,1 per 1000 penduduk. Hal ini membuat stroke menjadi penyakit keempat tertinggi yang diderita oleh masyarakat Indonesia.
Tidak hanya di Indonesia, penyakit stroke menduduki peringkat kedua di seluruh dunia sebagai penyakit yang menyebabkan kematian dengan presentasi 11,3 persen dari jumlah kematian yang ada di dunia (Mozaffarian, 2015).
Pada umumnya, katanya, stroke diderita oleh orang yang berusia 40 tahun keatas. Namun, saat ini tidak menutup kemungkinan orang di usia muda juga dapat terserang stroke.
Data dari Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) Kota Malang, sepanjang tahun 2016 penderita penyakit stroke 30 persen masih berusia muda, yaitu antara usia 18 ? 40 tahun karena pola hidup yang tidak sehat.
Selain Dedin, mahasiswa yang tergabung dalam tim untuk menciptakan SEED adalah Muhammad Dimas Setiawan Sanapiah (2014/Teknik Informatika), dan Azifatul Istna Hanifah (2016/Sistem Informasi).
Dengan menggunakan jargon "SEED, Manfaatkan Aplikasi, untuk Indonesia Sehat", Dedin berharap pengembangan aplikasi SEED dapat membantu masyarakat bisa terhindar dari penyakit stroke.
Dengan SEED, lanjutnya, masyarakat dapat mengontrol kondisi kesehatannya secara mudah dan murah. Selain itu, dokter dapat membantu untuk mencerdaskan masyarakat tentang risiko dan bahaya penyakit stroke melalui aplikasi ini.
Untuk menggunakan SEED, masyarakat harus menginputkan beberapa data agar aplikasi dapat melakukan diagnosa. Data tersebut, seperti tinggi badan, berat badan, riwayat fibrilasi atrium, riwayat keluarga, tekanan darah, kebiasaan merokok, kebiasaan aktivitas fisik, gula darah, dan kolesterol.
"Data tersebut nantinya akan digunakan dalam proses klasifikasi oleh sistem dengan menggunakan algoritme k-NN yang selanjutnya aplikasi akan menampilkan hasil dan rekomendasi," ucapnya.
Sebelum disebarluaskan ke masyarakat, aplikasi SEED telah melalui proses verifikasi dan validasi, dimana proses ini dilakukan oleh pakar yang terkait, salah satunya adalah dr Eko Ari Setijono Marhendraputro.
Menurut dr Eko,?pengembangan aplikasi serupa yang dapat membantu masyarakat dalam mengetahui dan mencegah suatu penyakit sangat diperlukan.
Saat ini masyarakat dapat mencoba menggunakan SEED versi beta dengan mengunduhnya di google playstore atau mengklik pada tautan s.id/seed_apk dan kami menerima feedback berupa komentar atau saran pada tautan s.id/fbseed.?
"SEED ini dikembangkan dan diimplementasikan dengan dana dari Direktorat Pendidikan Tinggi (DIKTI) karena telah lolos seleksi pendanaan pada Program Kreativitas Mahasiswa ? Karsa Cipta (PKMKC) 2017 pendanaan tahun 2018," ujarnya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018
Ketua Tim pencipta aplikasi tersebut, Dedin Anike Putra di Malang, Jawa Timur, Jumat, mengatakan aplikasi mobile yang mampu mendeteksi atau mendiagnosis gejala penyakit stroke sejak dini ini bernama "SEED", yakni aplikasi berbasis android yang menggunakan algoritme klasifikasi k-NN.
"Perancangan dan pembuatan aplikasi SEED ini dilatarbelakangi oleh tingginya tingkat kematian yang disebabkan penyakit stroke," kata mahasiswa Fakultas Teknik Informatika UB angkatan 2015 tersebut.
Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar 2013, stroke merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi di Indonesia dengan nilai prevalensi 12,1 per 1000 penduduk. Hal ini membuat stroke menjadi penyakit keempat tertinggi yang diderita oleh masyarakat Indonesia.
Tidak hanya di Indonesia, penyakit stroke menduduki peringkat kedua di seluruh dunia sebagai penyakit yang menyebabkan kematian dengan presentasi 11,3 persen dari jumlah kematian yang ada di dunia (Mozaffarian, 2015).
Pada umumnya, katanya, stroke diderita oleh orang yang berusia 40 tahun keatas. Namun, saat ini tidak menutup kemungkinan orang di usia muda juga dapat terserang stroke.
Data dari Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) Kota Malang, sepanjang tahun 2016 penderita penyakit stroke 30 persen masih berusia muda, yaitu antara usia 18 ? 40 tahun karena pola hidup yang tidak sehat.
Selain Dedin, mahasiswa yang tergabung dalam tim untuk menciptakan SEED adalah Muhammad Dimas Setiawan Sanapiah (2014/Teknik Informatika), dan Azifatul Istna Hanifah (2016/Sistem Informasi).
Dengan menggunakan jargon "SEED, Manfaatkan Aplikasi, untuk Indonesia Sehat", Dedin berharap pengembangan aplikasi SEED dapat membantu masyarakat bisa terhindar dari penyakit stroke.
Dengan SEED, lanjutnya, masyarakat dapat mengontrol kondisi kesehatannya secara mudah dan murah. Selain itu, dokter dapat membantu untuk mencerdaskan masyarakat tentang risiko dan bahaya penyakit stroke melalui aplikasi ini.
Untuk menggunakan SEED, masyarakat harus menginputkan beberapa data agar aplikasi dapat melakukan diagnosa. Data tersebut, seperti tinggi badan, berat badan, riwayat fibrilasi atrium, riwayat keluarga, tekanan darah, kebiasaan merokok, kebiasaan aktivitas fisik, gula darah, dan kolesterol.
"Data tersebut nantinya akan digunakan dalam proses klasifikasi oleh sistem dengan menggunakan algoritme k-NN yang selanjutnya aplikasi akan menampilkan hasil dan rekomendasi," ucapnya.
Sebelum disebarluaskan ke masyarakat, aplikasi SEED telah melalui proses verifikasi dan validasi, dimana proses ini dilakukan oleh pakar yang terkait, salah satunya adalah dr Eko Ari Setijono Marhendraputro.
Menurut dr Eko,?pengembangan aplikasi serupa yang dapat membantu masyarakat dalam mengetahui dan mencegah suatu penyakit sangat diperlukan.
Saat ini masyarakat dapat mencoba menggunakan SEED versi beta dengan mengunduhnya di google playstore atau mengklik pada tautan s.id/seed_apk dan kami menerima feedback berupa komentar atau saran pada tautan s.id/fbseed.?
"SEED ini dikembangkan dan diimplementasikan dengan dana dari Direktorat Pendidikan Tinggi (DIKTI) karena telah lolos seleksi pendanaan pada Program Kreativitas Mahasiswa ? Karsa Cipta (PKMKC) 2017 pendanaan tahun 2018," ujarnya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018