Surabaya (Antaranews Jatim) - Calon gubernur di Pemilihan Kepala Daerah Jawa Timur (Pilkada Jatim) Khofifah Indar Parawansa mengapresiasi para pemilih yang telah memenangkan calon pemimpin dari kaum perempuan.
Kepada wartawan di Surabaya, Jumat, dia mencatat, di Jawa Timur saat ini terdapat 10 orang perempuan terpilih menjadi pemimpin di daerahya masing-masing, baik melelui Pilkada serentak yang berlangsung pada 27 Juni lalu maupun telah terpilih melalui Pilkada sebelumnya.
Mereka yang terpilih dalam Pilkada serentak tahun ini, meski belum resmi diumumkan Komisi Pemilihan Umum dan masih sebatas dinyatakan sebagai pemenanng berdasarkan hasil penghitungan cepat atau "Quick Count", di antaraya adalah Khofifah Indar Parawansa sendiri, sebagai Gubernur Jawa Timur.
Selain itu Puput Tantriana Sari, terpilih sebagai Bupati Probolinggo, Mundjidah Wahab terpilih sebagai Bupati Jombang, Ita Puspita Sari terpilih menjadi Walikota Mojokerto dan Anna Mu`awanah terpilih sebagai Bupati Bojonegoro.
Lima perempuan Jawa Timur lainnya telah terpilih sebagai pemimpin di daerahya masing-masing melalui Pilkada yang berlangsung sebelumnya dan masih mejabat sampai sekarangm yaitu Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, Bupati Jember Faida, Bupati Kediri Haryanti Sutrisno, Wali Kota Batu Dewanto Rumpoko dan Wali Kota Probolinggo Rukmini.
"Saya bahagia banyak perempuan di Jawa Timur mendapat kepercayaan masyarakat untuk menjadi pemimpin di daerahnya," ujar Khofifah.
Menurut dia, banyaknya pemimpin perempuan yang terpilih itu membuktikan bahwa persepsi masyarakat tentang politik yang selama ini dianggap keras telah tereduksi.
"Saya rasa Indonesia bisa belajar dari negara-negara Skandinavia. Di Norwegia, misalnya, telah menerapkan politik santun kepada masyarakatnya, dengan melibatkan 35 persen calon politisi perempuan di parlemen sejak tahun 2000. Indonesia baru memulainya sejak tahun 2014," katanya.
Ketua Umum Muslimat Nahdlatul Ulama itu meyakini Indonesia ke depan bisa membangun politik "soft" yang santun seperti yang telah diterapkan di negara-negara Skandinavia. Indikasinya adalah sudah ada 10 perempuan yang telah terpilih sebagai kepala daerah di berbagai kabupaten/ kota di Jawa Timur.
"Itu tak lepas dari partisipasi memilih dari anak-anak muda di Jawa Timur yang pada Pilkada serentak kemarin terlihat mulai meningkat. Anak-anak muda kini telah melihat politik menjadi bagian dari urgensi di dalam dirinya," ucapnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018
Kepada wartawan di Surabaya, Jumat, dia mencatat, di Jawa Timur saat ini terdapat 10 orang perempuan terpilih menjadi pemimpin di daerahya masing-masing, baik melelui Pilkada serentak yang berlangsung pada 27 Juni lalu maupun telah terpilih melalui Pilkada sebelumnya.
Mereka yang terpilih dalam Pilkada serentak tahun ini, meski belum resmi diumumkan Komisi Pemilihan Umum dan masih sebatas dinyatakan sebagai pemenanng berdasarkan hasil penghitungan cepat atau "Quick Count", di antaraya adalah Khofifah Indar Parawansa sendiri, sebagai Gubernur Jawa Timur.
Selain itu Puput Tantriana Sari, terpilih sebagai Bupati Probolinggo, Mundjidah Wahab terpilih sebagai Bupati Jombang, Ita Puspita Sari terpilih menjadi Walikota Mojokerto dan Anna Mu`awanah terpilih sebagai Bupati Bojonegoro.
Lima perempuan Jawa Timur lainnya telah terpilih sebagai pemimpin di daerahya masing-masing melalui Pilkada yang berlangsung sebelumnya dan masih mejabat sampai sekarangm yaitu Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, Bupati Jember Faida, Bupati Kediri Haryanti Sutrisno, Wali Kota Batu Dewanto Rumpoko dan Wali Kota Probolinggo Rukmini.
"Saya bahagia banyak perempuan di Jawa Timur mendapat kepercayaan masyarakat untuk menjadi pemimpin di daerahnya," ujar Khofifah.
Menurut dia, banyaknya pemimpin perempuan yang terpilih itu membuktikan bahwa persepsi masyarakat tentang politik yang selama ini dianggap keras telah tereduksi.
"Saya rasa Indonesia bisa belajar dari negara-negara Skandinavia. Di Norwegia, misalnya, telah menerapkan politik santun kepada masyarakatnya, dengan melibatkan 35 persen calon politisi perempuan di parlemen sejak tahun 2000. Indonesia baru memulainya sejak tahun 2014," katanya.
Ketua Umum Muslimat Nahdlatul Ulama itu meyakini Indonesia ke depan bisa membangun politik "soft" yang santun seperti yang telah diterapkan di negara-negara Skandinavia. Indikasinya adalah sudah ada 10 perempuan yang telah terpilih sebagai kepala daerah di berbagai kabupaten/ kota di Jawa Timur.
"Itu tak lepas dari partisipasi memilih dari anak-anak muda di Jawa Timur yang pada Pilkada serentak kemarin terlihat mulai meningkat. Anak-anak muda kini telah melihat politik menjadi bagian dari urgensi di dalam dirinya," ucapnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018