Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Jawa Timur berlangsung hanya tinggal hitungan jam, yakni  27 Juni 2018,  mulai pukul 07.00 WIB. Pencoblosan di seluruh tempat pemungutan suara (TPS) di 38 Kabupaten/Kota se-Jatim dibuka atau dimulai.

Catatan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jatim, jumlah TPS yang digunakan sebanyak 67.650 TPS tersebar di 38 kabupaten/kota.  Sedangkan target partisipasi politik mencapai 77,5 persen lebih atau meningkat dibandingkan Pilkada tahun 2015 sebesar 64,01 persen.

Sementara itu, jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT) Pilkada Jatim 2018 mencapai 30.155.719 pemilih yang  terdiri dari pemilih perempuan sebanyak 15.315.352 dan pemilih laki-laki mencapai 14.540.367.

Untuk mencoblos tidak butuh waktu lama. Jadi,  merekalah dalam waktu yang singkat itu menentukan siapa penguasa provinsi ini selama periode 2019-2024.

Hasil perolehan suara baru diketahui sepekan setelah pencoblosan, atau 3 Juli 2018. Tapi, biasanya pada sore hari H sudah hampir diketahui siapa pemenangnya berdasarkan hasil hitung cepat yang dilakukan lembaga-lembaga berkompeten dan kredibel di bidangnya.Hitung cepat  bahkan biasa disiarkan langsung oleh televisi nasional.

Tapi yang perlu digarisbawahi, hasil hitung cepat (quick count) tidak serta-merta menjadi pegangan resmi, karena bukan berdasarkan hitungan manual. Apalagi jika nanti hasilnya masih di bawah angka "margin error", tentu hasil tersebut tak bisa dijadikan pegangan untuk menentukan siapa calon yang menang.

Di Jatim, Pilkada diikuti dua pasangan calon, yakni Khofifah Indar Parawansa-Emil Dardak dengan nomor urut 1, dan Gus Ipul-Puti Guntur Soekarno nomor urut 2.

Pasangan nomor 1 merupakan calon dari koalisi Partai Demokrat, Golkar, PAN, PPP, Hanura dan NasDem, sedangkan pasangan nomor 2 adalah calon dari gabungan PKB, PDI Perjuangan, PKS serta Gerindra.

Keduanya berkali-kali menyatakan komitmennya untuk melakukan proses Pilkada secara damai, santun, tidak berpolitik uang, anti hoaks dan menyinggung suku, agama, ras maupun antar golongan (SARA).

Selain itu, komitmen siap menang dan siap kalah kedua pasangan calon juga sangat sering digembar-gemborkan, baik oleh kandidat maupun tim sukses serta relawan pendukung masing-masing.

Dan, itulah yang penting. Setiap kompetisi hasilnya selalu ada yang menang dan ada yang kalah. Di partai final sepak bola mulai tingkat antarkampung (tarkam) sekelas Piala Dunia pun, pasti ada yang pemenangnya dan tidak mungkin keduanya menang.

Karena itu, para kandidat dan pendukung harus menghargai hasil kompetisi yang telah dilalui prosesnya. Yang menang harus menghargai yang kalah, begitu juga yang kalah harus menghormati yang menang.

Jika komitmen itu dijalankan maka Pilkada yang dicita-citakan, yaitu lancar, damai dan sukses akan terwujud. Tidak ada kericuhan, konflik bahkan memecah belah keutuhan bermasyarakat.

Kendati begitu, kalau ada yang tidak puas dengan hasilnya maka masih ada jalan hukum sesuai aturan berlaku. Masih ada Mahkamah Konstitusi (MK) sebagai tempat mengadu untuk kemudian ditindaklanjuti dan diproses sesuai prosedur.

Ya, mari gunakan hak pilih kita. Pilih sesuai hati nurani dan diyakini tepat memimpin Jawa Timur ke depan. Jangan karena uang kita tergoda dan menggadaikan pilihan. Datang dan coblos gambar pasangan calon sesuai pilihan.

Kepada para kandidat, ingat, hargai hasil pilihan kami. Jangan halalkan segala cara untuk dapat duduk di tahta Pemprov Jatim 1 dan 2. Anda maju berarti siap menang dan siap kalah.

Semoga hasilnya sesuai dengan keinginan masyarakat Jawa Timur. Semoga hasilnya sesuai harapan rakyat Jawa Timur. (*)

Pewarta: Fiqih Arfani

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018