Tulungagung (Antaranews Jatim) - Calon Bupati Tulungagung Margiono mengakui, isu korupsi yang menimpa lawan politiknya (Cabup petahana Syahri Mulyo) banyak memberi keuntungan terhadap elektabilitas Mardiko, sehingga dia prediksi menang dengan selisih lebih dari 10 persen.
"Kalau menurut sisi saya iya (menguntungkan). Tapi kalau menurut sisi sana ya mungkin menguntungkan sana. Itu sudut pandangnya kan beda-beda," kata Margiono saat dikonfirmasi wartawan usai kampanye akbar di lapangan GOR Lembupeteng, Tulungagung, Jawa Timur, Sabtu.
Dalam kacamata Margiono dan pendukungnya, Pilkada Tulungagung sepertinya sudah "tuntas".
Dalam artian, kontestasi dianggap tidak lagi seru karena peta politik diyakini berubah drastis seiring ditahannya Cabup petahana Syahri Mulyo oleh KPK karena dugaan melakukan praktik korupsi ijon proyek infrastruktur jalan, saat masih memerintah atau sebelum cuti dan purna tugas.
"Orang kita (pendukung) beranggapan, `wes bar lah`. Maksudnya sudah selesailah pilkada ini. Soalnya reputasi lawan kan suah hancur. Tapi bagi kubu lawan ini bisa dianggap justru semakin menyolidkan. Semua tergantung dari mana dan bagaimana cara melihatnya," katanya.
Saat dicecar soal isu korupsi yang tengah menjerat calon lawan itu, Margiono berdalih dirinya belum memiliki kajian ilmiah yang bisa menjelaskan dampak langsung terhadap elektabilitasnya di kontestasi Pilkada Tulungagung.
Kata dia, semua masih bergantung perspektif subjektif.
Kubu PDIP dalam berbagai kegiatan konsolidasi mengklaim, meski sempat mengalami penurunan (elektabilitas), "insiden" politik yang menimpa calon mereka Syahri Mulyo kini justru menjadi faktor penguat.
Hal itu terlihat dari kampanye akbar paslon nomor urut 2 sebelumnya yang dihadiri puluhan ribu kader dan simpatisan.
Pihak PDIP juga menuding kriminalisasi Cabup Syahri Mulyo diduga ditunggangi kepentingan politik di KPK, namun itu kemudian dibantah oleh Margiono dalam kesempatan yang sama.
"Masa KPK di-"setting" sama grupku. Hla wong, Presiden saja tidak bisa nyetting kok. Saya yang orang biasa bisa mengendalikan KPK. Bodoh kalau ada yang bilang seperti itu," ucap Margiono membantah tuduhan konspirasi politik melibatkan KPK untuk mendongkrak popularitas dan elektabilitasnya di Pilkada Tulungagung. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018
"Kalau menurut sisi saya iya (menguntungkan). Tapi kalau menurut sisi sana ya mungkin menguntungkan sana. Itu sudut pandangnya kan beda-beda," kata Margiono saat dikonfirmasi wartawan usai kampanye akbar di lapangan GOR Lembupeteng, Tulungagung, Jawa Timur, Sabtu.
Dalam kacamata Margiono dan pendukungnya, Pilkada Tulungagung sepertinya sudah "tuntas".
Dalam artian, kontestasi dianggap tidak lagi seru karena peta politik diyakini berubah drastis seiring ditahannya Cabup petahana Syahri Mulyo oleh KPK karena dugaan melakukan praktik korupsi ijon proyek infrastruktur jalan, saat masih memerintah atau sebelum cuti dan purna tugas.
"Orang kita (pendukung) beranggapan, `wes bar lah`. Maksudnya sudah selesailah pilkada ini. Soalnya reputasi lawan kan suah hancur. Tapi bagi kubu lawan ini bisa dianggap justru semakin menyolidkan. Semua tergantung dari mana dan bagaimana cara melihatnya," katanya.
Saat dicecar soal isu korupsi yang tengah menjerat calon lawan itu, Margiono berdalih dirinya belum memiliki kajian ilmiah yang bisa menjelaskan dampak langsung terhadap elektabilitasnya di kontestasi Pilkada Tulungagung.
Kata dia, semua masih bergantung perspektif subjektif.
Kubu PDIP dalam berbagai kegiatan konsolidasi mengklaim, meski sempat mengalami penurunan (elektabilitas), "insiden" politik yang menimpa calon mereka Syahri Mulyo kini justru menjadi faktor penguat.
Hal itu terlihat dari kampanye akbar paslon nomor urut 2 sebelumnya yang dihadiri puluhan ribu kader dan simpatisan.
Pihak PDIP juga menuding kriminalisasi Cabup Syahri Mulyo diduga ditunggangi kepentingan politik di KPK, namun itu kemudian dibantah oleh Margiono dalam kesempatan yang sama.
"Masa KPK di-"setting" sama grupku. Hla wong, Presiden saja tidak bisa nyetting kok. Saya yang orang biasa bisa mengendalikan KPK. Bodoh kalau ada yang bilang seperti itu," ucap Margiono membantah tuduhan konspirasi politik melibatkan KPK untuk mendongkrak popularitas dan elektabilitasnya di Pilkada Tulungagung. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018