Bojonegoro (Antaranews Jatim) - Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bojonegoro, Jawa Timur, menargetkan pemasukan dari agro (lahan) kawasan hutan sebesar Rp2,3 miliar pada 2018 meningkat dibandingkan perolehan tahun lalu yang hanya Rp2,3 miliar.
"Target peningkatan pendapatan lahan hutan ditetapkan berdasarkan keputusan Perum Perhutani Divisi Regional Jatim," kata Manajer Bisnis KPH Bojonegoro Ahmad Yani, di Bojonegoro, Sabtu.
Ia menyebutkan kawasan hutan jati di daerahnya dengan luas sekitar 50.000 hektare lebih yang dikelola dengan melibatkan lembaga masyarakat sekitar hutan (LMDH) sekitar 5.000 hektare.
"Ada sekitar 80 LMDH yang mengelola kawasan hutan. Ya kalau jumlah petani hutannya berkisar 500 sampai 1.500 petani setiap LMDH. Seperti LMDH di Kecamatan Dander, memiliki sekitar .1500 petani hutan," kata dia menjelaskan.
Di lahan kawasan hutan itu, menurut dia, petani hutan yang tergabung di dalam LMDH menanami lahan hutan dengan berbagai aneka tanaman, seperti jagung, kedelai juga tanaman pertanian lainnya.
"Selama ini pendapatan petani hutan di kawasan hutan cukup bagus, sebab tahun lalu bisa memberikan pemasukan kepada Perhutani sebesar Rp2,1 miliar," ucapnya menambahkan.
Padahal, menurut dia, pola kerja sama Perhutani dengan LMDH yaitu 90 persen untuk LMDH dan 10 persen untuk Perhutani.
"Itupun Perhutani masih harus menanggung pembayaran PBB, pajak, juga yang lainnya. Ya itungannya yang diterima Perhutani hanya sekitar 30 persen perolehan pendapatan dari LMDH yang diterima juga untuk membayar berbagai keperluan," ujarnya menjelaskan.
Ia menambahkan sebagai usaha meningkatkan pendapatan petani hutan yang tergabung di dalam LMDH juga dilibatkan untuk mengelola objek wisata.
Ia mencontohkan LMDH di Desa Sendangharjo, Kecamatan Ngasem, juga ikut mengelola parkir di objek wisata Kayangan Api yang masuk kawasan hutan.
"Perhutan juga memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada LMDH untuk ikut mengelola potensi objek wisata yang ada di kawasan hutan," ucapnya menegaskan.
Sesuai data sejumlah objek wisata yang masuk kawasan hutan, selain Kayangan Api, juga Dung Latung, di Desa Ndrenges, Kecamatan Sugihwaras, juga lokasi lainnya di Kecamatan Gondang, masuk kawasan cagar alam geologi (KCAG).
"KCAG di kawasan hutan memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi objek wisata," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018
"Target peningkatan pendapatan lahan hutan ditetapkan berdasarkan keputusan Perum Perhutani Divisi Regional Jatim," kata Manajer Bisnis KPH Bojonegoro Ahmad Yani, di Bojonegoro, Sabtu.
Ia menyebutkan kawasan hutan jati di daerahnya dengan luas sekitar 50.000 hektare lebih yang dikelola dengan melibatkan lembaga masyarakat sekitar hutan (LMDH) sekitar 5.000 hektare.
"Ada sekitar 80 LMDH yang mengelola kawasan hutan. Ya kalau jumlah petani hutannya berkisar 500 sampai 1.500 petani setiap LMDH. Seperti LMDH di Kecamatan Dander, memiliki sekitar .1500 petani hutan," kata dia menjelaskan.
Di lahan kawasan hutan itu, menurut dia, petani hutan yang tergabung di dalam LMDH menanami lahan hutan dengan berbagai aneka tanaman, seperti jagung, kedelai juga tanaman pertanian lainnya.
"Selama ini pendapatan petani hutan di kawasan hutan cukup bagus, sebab tahun lalu bisa memberikan pemasukan kepada Perhutani sebesar Rp2,1 miliar," ucapnya menambahkan.
Padahal, menurut dia, pola kerja sama Perhutani dengan LMDH yaitu 90 persen untuk LMDH dan 10 persen untuk Perhutani.
"Itupun Perhutani masih harus menanggung pembayaran PBB, pajak, juga yang lainnya. Ya itungannya yang diterima Perhutani hanya sekitar 30 persen perolehan pendapatan dari LMDH yang diterima juga untuk membayar berbagai keperluan," ujarnya menjelaskan.
Ia menambahkan sebagai usaha meningkatkan pendapatan petani hutan yang tergabung di dalam LMDH juga dilibatkan untuk mengelola objek wisata.
Ia mencontohkan LMDH di Desa Sendangharjo, Kecamatan Ngasem, juga ikut mengelola parkir di objek wisata Kayangan Api yang masuk kawasan hutan.
"Perhutan juga memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada LMDH untuk ikut mengelola potensi objek wisata yang ada di kawasan hutan," ucapnya menegaskan.
Sesuai data sejumlah objek wisata yang masuk kawasan hutan, selain Kayangan Api, juga Dung Latung, di Desa Ndrenges, Kecamatan Sugihwaras, juga lokasi lainnya di Kecamatan Gondang, masuk kawasan cagar alam geologi (KCAG).
"KCAG di kawasan hutan memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi objek wisata," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018