Tulungagung (Antaranews Jatim) - Panitia Pengawas Pilkada Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, Rabu kembali memanggil dan memeriksa 23 aparatur sipil negara (ASN) yang diduga tidak netral dalam gelaran pilihan kepala daerah setempat.

Ketua Panwas Pilkada Tulungagung Endro Sunarko mengatakan pemeriksaan dilakukan setelah tim-nya menemukan foto-foto bersama 23 pejabat sipil negara di lingkup Pemkab Tulungagung dengan gestur yang diduga identik dengan dukungan salah satu pasangan calon.

"Foto 23 ASN ini kami temukan di facebook. Ada gestur yang merujuk pada salah satu pasangan calon dan kami indikasikan tidaknetral," kata Endro Sunarko saat dikonfirmasi wartawan.

Ia belum berani memastikan apakah dugaan tersebut benar. Pemeriksaan saat ini baru mulai dilakukan oleh tim panwas di kantor Panwas Pilkada Tulungagung.

Ada sembilan yang sedianya diperiksa hari ini. Namun tiga di antaranya mengkonfirmasi masih tugas luar kota sehingga belum bisa memenuhi panggilan panwas.

"Enam yang hari ini kami periksa lebih dulu. Sisanya kami lakukan bertahap," ujarnya.

Para pejabat sipil negara tersebut 19 adalah camat, sisanya kepala OPD (organisasi perangkat daerah).

Foto bersama mereka ditemukan tim Panwas Pilkada Tulungagung dengan gesture tangan-jari merujuk kode tertentu yang ditengarai identik dukungan salah satu pasangan calon.

"Gestur-nya yang kami ingin selidiki. Foto itu tidak dilakukan bersama pasangan calon, tidak menggunakan atribut pasangan calon ataupun tulisan apapun. Penyelidikan ini murni terkait investigasi netralitas ASN," ujarnya.

Camat Ngantru Suyanto membenarkan dia bersama 18 camat dan tiga pejabat OPD lain melakukan foto bersama dengan gestur tangan tertentu.

Namun dia membantah gestur tersebut merujuk pada kontestasi pilkada, apalagi aksi dukung-mendukung salah satu pasangan calon.

"Foto diambil saat kami melakukan kunjungan studi referensi di Lombok, Nusa Tenggara Barat pada 18-19 April kemarin. Kami turun di bandara lalu foto bersama untuk kenang-kenangan," tuturnya.

Menurut Suyanto, pose dan gestur tubuh saat foto bersama maupun swafoto bebas-bebas saja. Tidak harus diartikan pada urusan politik karena yang mereka lakukan saat itu adalah melakukan kunjungan kerja sekaligus studi referensi di sejumlah desa dan kecamatan di Lombok Barat.

"Dasar pemeriksaan ini kami fikir aneh. Karena gestur tangan yang disoal itu menurut kami multitafsir. Kami bersyukur karena saat itu baru turun dari pesawat usai mendarat selamat setelah perjalanan udara melalui kabut tebal yang sempat membuat kami was-was. Jadi sewajarnya kami bersyukur dan terekspresikan saat foto bersama," ujarnya membela diri. (*)

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko

Editor : Endang Sukarelawati


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018