London (Antara/Reuters) - Pangeran Inggris, Charles, disetujui sebagai penerus Ratu Elizabeth untuk memimpin Persemakmuran oleh para kepala pemerintahan negara anggota Persemakmuran dalam pertemuan mereka pada Jumat.
"Kami mengakui peran ratu dalam memperjuangkan Persemakmuran dan rakyatnya," kata para pemimpin negara Persemakmuran di dalam satu pernyataan.
"Pemimpin Persemakmuran berikutnya adalah His Royal Highness Prince Charles, the Prince of Wales," bunyi pernyataan itu.
Sebelumnya, beberapa kalangan menginginkan agar jabatan kepemimpinan itu digilir di antara 50 negara anggota, yang sebagian besarnya merupakan bekas jajahan Inggris.
Namun beberapa hari lalu, ratu, pemerintah Inggris serta sejumlah pemimpin negara-negara anggota lainnya mendukung Charles.
Persemakmuran berkembang dari kerajaan Inggris pada pertengahan abad ke-20 dan ratu telah menjadi pemimpinnya sejak ia naik takhta pada 1952.
Charles (69) sejak lama diperkirakan akan mengambil alih peranan itu kendati kepemimpinan belum tentu harus diwariskan secara turun temurun.
Ratu Elizabeth, yang merayakan hari ulang tahunnya yang ke-92 pada Sabtu, telah menyatakan keinginan agar Charles lah yang meneruskan kepemimpinannya di Persemakmuran.
"Harapan saya yang tulus adalah bahwa Persemakmuran akan terus memberikan stabilitas dan keberlanjutan bagi generasi mendatang dan akan memutuskan bahwa suatu saat Prince of Wales akan menjalankan tugas penting, yang dimulai oleh ayah saya pada 1949," kata Ratu saat meresmikan pertemuan para pemimpin pada Kamis.
Charles sendiri telah secara tak resmi menyuarakan keinginannya untuk menjalankan peranan itu.
"Persemakmuran telah menjadi keistimewaan mendasar dalam hidup saya selama yang saya ingat," katanya dalam sebuah pidato.
Pertemuan di London pekan ini telah diperkirakan banyak pihak akan menjadi yang terakhir kalinya dihadiri oleh Ratu Elizabeth.
Pertemuan hanya berlangsung dua tahun sekali dan berikutnya akan berlangsung di Rwanda. Ratu sudah beberapa tahun tidak melakukan penerbangan jarak jauh dan telah mulai mengurangi tugas-tugas resminya.
Pertemuan puncak Persemakmuran pekan ini menarik ribuan anggota delegasi dari seluruh dunia berkumpul di London.
Mereka membahas berbagai masalah seperti lingkungan, hak-hak perempuan dan perdagangan.
Inggris berupaya memanfaatkan kesempatan menjadi tuan rumah untuk berupaya menyegarkan persekutuan yang longgar serta meningkatkan perdagangan dan pengaruh global pada saat negara itu sedang bersiap-siap untuk melepaskan diri dari Uni Eropa. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018
"Kami mengakui peran ratu dalam memperjuangkan Persemakmuran dan rakyatnya," kata para pemimpin negara Persemakmuran di dalam satu pernyataan.
"Pemimpin Persemakmuran berikutnya adalah His Royal Highness Prince Charles, the Prince of Wales," bunyi pernyataan itu.
Sebelumnya, beberapa kalangan menginginkan agar jabatan kepemimpinan itu digilir di antara 50 negara anggota, yang sebagian besarnya merupakan bekas jajahan Inggris.
Namun beberapa hari lalu, ratu, pemerintah Inggris serta sejumlah pemimpin negara-negara anggota lainnya mendukung Charles.
Persemakmuran berkembang dari kerajaan Inggris pada pertengahan abad ke-20 dan ratu telah menjadi pemimpinnya sejak ia naik takhta pada 1952.
Charles (69) sejak lama diperkirakan akan mengambil alih peranan itu kendati kepemimpinan belum tentu harus diwariskan secara turun temurun.
Ratu Elizabeth, yang merayakan hari ulang tahunnya yang ke-92 pada Sabtu, telah menyatakan keinginan agar Charles lah yang meneruskan kepemimpinannya di Persemakmuran.
"Harapan saya yang tulus adalah bahwa Persemakmuran akan terus memberikan stabilitas dan keberlanjutan bagi generasi mendatang dan akan memutuskan bahwa suatu saat Prince of Wales akan menjalankan tugas penting, yang dimulai oleh ayah saya pada 1949," kata Ratu saat meresmikan pertemuan para pemimpin pada Kamis.
Charles sendiri telah secara tak resmi menyuarakan keinginannya untuk menjalankan peranan itu.
"Persemakmuran telah menjadi keistimewaan mendasar dalam hidup saya selama yang saya ingat," katanya dalam sebuah pidato.
Pertemuan di London pekan ini telah diperkirakan banyak pihak akan menjadi yang terakhir kalinya dihadiri oleh Ratu Elizabeth.
Pertemuan hanya berlangsung dua tahun sekali dan berikutnya akan berlangsung di Rwanda. Ratu sudah beberapa tahun tidak melakukan penerbangan jarak jauh dan telah mulai mengurangi tugas-tugas resminya.
Pertemuan puncak Persemakmuran pekan ini menarik ribuan anggota delegasi dari seluruh dunia berkumpul di London.
Mereka membahas berbagai masalah seperti lingkungan, hak-hak perempuan dan perdagangan.
Inggris berupaya memanfaatkan kesempatan menjadi tuan rumah untuk berupaya menyegarkan persekutuan yang longgar serta meningkatkan perdagangan dan pengaruh global pada saat negara itu sedang bersiap-siap untuk melepaskan diri dari Uni Eropa. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018