Bojonegoro (Antaranews Jatim) - Proyek unitisasi pengembangan lapangan gas Jambaran-Tiung Biru (JTB) di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, membutuhkan sekitar 6.000 tenaga kerja, tapi untuk  proses rekrutmen tenaga kerja berjalan bertahap dalam kurun waktu tiga tahun.

Bagian Personalia PT Rekayasa Industri (Rekind) Sigit Utomo, di Bojonegoro, Senin, menjelaskan kebutuhan tenaga kerja di proyek pengembangan gas JTB dengan jumlah sekitar 6.000 tenaga kerja tidak sekaligus, tetapi bertahap.

"Rekrutmen tenaga kerja akan mulai April ini. Pada puncaknya kebutuhannya sekitar 6.000 tenaga kerja baik tenaga kerja "skill" maupun "non skill"," kata dia disela-sela istirahat dengar pendapat dengan Komisi C DPRD.

Dari sekitar 6.000 tenaga kerja di proyek itu, lanjut dia, perhitungannya sekitar 60 persen warga lokal, sedangkan 40 persen warga luar daerah.

"Tapi kami tetap akan mengutamakan tenaga kerja lokal," ucapnya.

Dalam dengar pendapat "Site Manager" PT Rekind Zaenal Arifin, menjelaskan proses rekrutmen tenaga kerja di proyek unitisasi pengembangan lapangan gas JTB dilakukan bekerja sama dengan disperinaker, untuk menghindari penipuan tenaga kerja.

"Proses rekrutmen tenaga kerja tidak dipungut biaya. Kami tidak ingin ada calo tenaga kerja di proyek kami," katanya menegaskan.

Ia menambahkan keberadaan proyek pengembangan gas JTB juga berpeluang menumbuhkan bisnis penginapan warga di sekitar proyek untuk menginap tenaga kerja.

Kepala Dinas Perindustrian dan Ketenagakerjaan Pemkab Bojonegoro Agus Supriyanto, menjelaskan dari hasil pembicaraan dengan Rekind disepakati proses rekrutmen tenaga kerja "skill" melalui disperinaker.

Tapi, proses rekrutmen tenaga kerja "non skill" langsung dilakukan di lapangan berkoordinasi dengan kepala desa (kades) di ring I proyek gas JTB.

Sebelum ini, lanjut dia, disperinekar dengan Rekind sudah melakukan sosialisasi di Kecamatan Tambakrejo, Ngasem, Gayam dan Purwosari, yang masuk sekitar proyek terkait proses rekrutmen tenaga kerja.

Menurut dia, disperinaker selama ini tidak pernah mengalokasikan anggaran untuk melakukan pelatihan tenaga kerja yang dipersiapkan khusus untuk pekerjaan proyek gas JTB.

"Selama ini anggaran di disperinaker yang ada ya hanya untuk pelatihan membuat keset," ujarnya.

Proyek unititasi pengembangan gas JTB diawali dengan peletakkan batu pertama oleh Menteri ESDM Ignasius Jonan pada 25 September 2017.

Proyek dengan dengan investasi sebesar 1,547 miliar dolar Amerika Serikat bisa berjalan setelah ada pengurangan "plant of development" (POD) dari 2,1 miliar dolar Amerika Serikat menjadi 1,547 miliar dolar Amerika Serikat.

Pewarta: Slamet Agus Sudarmojo

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018