Kediri (Antaranews Jatim) - Aparat Kepolisian Resor Kediri, Jawa Timur, masih mengusut dugaan adanya unsur kelalaian dalam insiden arung jeram yang menyebabkan seorang anggota Unit Kegiatan Mahasiswa Pencinta Alam (UKM PALA) Universitas Nusantara PGRI Kota Kediri, meninggal dunia.
"Sementara ini, pemeriksaan masih berlangsung. Kami panggil semua orang yang dimungkinkan tahu baik dari masyarakat maupun anggota UKM," kata Kepala Satuan Reserse dan Kriminal Polres Kediri AKP Hanif Fatih di Kediri, Senin.
Pihaknya belum memutuskan terkait dengan insiden itu, sebab masih mendalami keterangan para saksi. Jika sudah dilakukan pemeriksaan, nantinya akan diputuskan seperti apa kasus tersebut.
Sementara itu, Kepala Biro Kemahasiswaan UNP Kota Kediri Sigit Widiatmoko mengatakan pihak kampus juga masih terus mendampingi serta memberikan suport untuk para mahasiswa yang saat ini masih menjalani pemeriksaan. Mereka masih terlihat shock atas kejadian yang telah menimpa. Satu rekannya meninggal dunia, serta dua lainnya harus dirawat karena terhanyut saat ikut arung jeram di Sungai Pait, Desa Kandangan, Kabupaten Kediri.
Ia mengatakan, para mahasiswa di UKM tersebut sebelum mengadakan acara sudah mengajukan izin terlebih dahulu, termasuk ke kampus, orangtua masing-masing peserta, kepolisian sektor setempat, serta aparat desa setempat.
Bahkan, saat kegiatan itu mereka juga mengenakan atribut yang lengkap, misalnya helm pengaman, dan jaket pengaman. Isiden itu juga tidak terduga, sebab dari informasi yang diterimanya cuaca saat itu terang.
"Dari keterangan mereka (para mahasiswa), cuaca terang. Namun, mereka mengaku saat hendak melanjutkan perjalanan di `Track` arung jeram yang kedua, debit air sudah mulai ada kenaikan. Kendati begitu, mereka tetap melanjutkan perjalanan, karena sudah telanjur masuk ke sungai," ujarnya.
Ia juga menambahkan, kegiatan itu memang rutin diselenggarakan setiap tahun. Awalnya, mereka mengajukan ke pihak kampus dalam rapat kerja tahunan, setelah disetujui baru program akan dijalankan. Dalam setiap rencana kegiatan, mereka juga selalu melapor ke kampus.
Kejadian ini, kata dia, juga murni karena musibah. Air tiba-tiba datang dan membuat perahu yang ditumpangi mereka terhempas, bahkan ada yang hanyut. Pihak kampus juga mengucapkan duka cita dengan kejadian ini.
Namun, ia mengatakan dari kampus juga akan melakukan evaluasi untuk memastikan keamanan, peralatan ada kelayakan atau tidak, cuaca, hingga memastikan persiapan mental para peserta.
"Kami akan evaluasi. Nanti juga akan melibatkan pendamping yang profesional, karena kegiatan seperti ini lawannya dengan alam. Kalau kegiatan (UKM), tetap berjalan karena ini sangat dibutuhkan (mahasiswa) untuk kemanusiaan," kata dia.
Dalam pemeriksaan itu melibatkan 12 orang mahasiswa yang berhasil selamat. Untuk yang sakit, masih dalam proses penyembuhan. Dua mahasiswa itu, dirawat karena terlalu banyak minum air saat terhanyut kegiatan arung jeram di Sungai Pait, Desa/Kecamatan Kandangan, Kabupaten Kediri, Minggu (15/4). (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018
"Sementara ini, pemeriksaan masih berlangsung. Kami panggil semua orang yang dimungkinkan tahu baik dari masyarakat maupun anggota UKM," kata Kepala Satuan Reserse dan Kriminal Polres Kediri AKP Hanif Fatih di Kediri, Senin.
Pihaknya belum memutuskan terkait dengan insiden itu, sebab masih mendalami keterangan para saksi. Jika sudah dilakukan pemeriksaan, nantinya akan diputuskan seperti apa kasus tersebut.
Sementara itu, Kepala Biro Kemahasiswaan UNP Kota Kediri Sigit Widiatmoko mengatakan pihak kampus juga masih terus mendampingi serta memberikan suport untuk para mahasiswa yang saat ini masih menjalani pemeriksaan. Mereka masih terlihat shock atas kejadian yang telah menimpa. Satu rekannya meninggal dunia, serta dua lainnya harus dirawat karena terhanyut saat ikut arung jeram di Sungai Pait, Desa Kandangan, Kabupaten Kediri.
Ia mengatakan, para mahasiswa di UKM tersebut sebelum mengadakan acara sudah mengajukan izin terlebih dahulu, termasuk ke kampus, orangtua masing-masing peserta, kepolisian sektor setempat, serta aparat desa setempat.
Bahkan, saat kegiatan itu mereka juga mengenakan atribut yang lengkap, misalnya helm pengaman, dan jaket pengaman. Isiden itu juga tidak terduga, sebab dari informasi yang diterimanya cuaca saat itu terang.
"Dari keterangan mereka (para mahasiswa), cuaca terang. Namun, mereka mengaku saat hendak melanjutkan perjalanan di `Track` arung jeram yang kedua, debit air sudah mulai ada kenaikan. Kendati begitu, mereka tetap melanjutkan perjalanan, karena sudah telanjur masuk ke sungai," ujarnya.
Ia juga menambahkan, kegiatan itu memang rutin diselenggarakan setiap tahun. Awalnya, mereka mengajukan ke pihak kampus dalam rapat kerja tahunan, setelah disetujui baru program akan dijalankan. Dalam setiap rencana kegiatan, mereka juga selalu melapor ke kampus.
Kejadian ini, kata dia, juga murni karena musibah. Air tiba-tiba datang dan membuat perahu yang ditumpangi mereka terhempas, bahkan ada yang hanyut. Pihak kampus juga mengucapkan duka cita dengan kejadian ini.
Namun, ia mengatakan dari kampus juga akan melakukan evaluasi untuk memastikan keamanan, peralatan ada kelayakan atau tidak, cuaca, hingga memastikan persiapan mental para peserta.
"Kami akan evaluasi. Nanti juga akan melibatkan pendamping yang profesional, karena kegiatan seperti ini lawannya dengan alam. Kalau kegiatan (UKM), tetap berjalan karena ini sangat dibutuhkan (mahasiswa) untuk kemanusiaan," kata dia.
Dalam pemeriksaan itu melibatkan 12 orang mahasiswa yang berhasil selamat. Untuk yang sakit, masih dalam proses penyembuhan. Dua mahasiswa itu, dirawat karena terlalu banyak minum air saat terhanyut kegiatan arung jeram di Sungai Pait, Desa/Kecamatan Kandangan, Kabupaten Kediri, Minggu (15/4). (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018