Blitar (Antaranews Jatim) - Sejumlah ternak milik warga di Desa Purwokorto, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, diberi vaksin sebagai upaya menghindarkan ternak tersebut dari serangan penyakit menyusul temuan sapi mati mendadak.

"Ternak saya sudah diberi vaksin. Jadi, setelah ternak sapi saya mati, petugas datang memberikan suntikan vaksin itu," kata Mujiasri, peternak asal Dusun Bedali, Desa Purwokerto, Kecamatan Srengat, Kabupaten Blitar, Rabu.

Ia mengatakan, saat ini sapi miliknya tinggal pedet berumur sekitar satu bulan. Induk pedet itu mati awal bulan lalu, padahal baru melahirkan anaknya. Kondisi anak sapi itu masih sehat.

"Alhamdulillah sehat karena sudah diberi vaksin pada awal pekan lalu. Makannya juga baik, lewat dot," kata dia.

Ia mengakui, di tempatnya ada sejumlah ternak sapi yang mati. Kondisinya hampir sama dengan ternak miliknya, yaitu dengan ciri-ciri tubuhnya panas bahkan hingga 40 derajat celsius, tidak mau makan, serta timbul suara ngorok.

Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Blitar sudah datang langsung ke tempatnya untuk memantau lokasi kandang serta meminta informasi terkait dengan kondisi sapi yang mati itu. Selain dirinya, peternak lainnya juga diminta informasi.

Selain itu, dari tim kesehatan hewan baik dari Malang, Surabaya, serta Yogyakarta juga sudah datang. Mereka ikut mengambil sampel ternak untuk dijadikan bahan penelitian.

"Tim saat itu mengambil sampel darah dari pedet, bulu pedet, serta sampel tanah bekas sapi saya yang dikubur itu. Jadi, tidak sampai menggali kuburan sapi," kata dia.

Ia juga mengaku belum tahu mengapa sapi miliknya mati dengan kondisi seperti itu. Padahal, di daerahnya sebelumnya tidak ada kejadian seperti yang dialami sapinya.

Ia khawatir, kejadian itu menular pada sapi milik warga lainnya. Ada sekitar tujuh sapi miliknya serta tetangga yang mati mendadak.

"Yang dikhawatirkan, takut menular ke ternak lainnya karena di sini hampir setiap rumah punya ternak sapi. Kami juga berharap, ada penyemprotan massal, serta vaksin lagi sehingga sapi-sapi tetap sehat," kata dia.

Sementara itu, Kepala Bidang Kesmavet Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Blitar drh Yudha Satya Wardhana menegaskan masih dilakukan uji laboratorium untuk sapi yang mati mendadak itu, untuk memastikanya penyakitnya.

"Kami bekerja sama dengan Balai Besar Veteriner Wates Yogyakarta, mengambil sampel yang bisa mendukung nanti diketahui sakitnya apa," kata Yudha.

Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Blitar akan melakukan langkah ke depan jika sudah ada hasil uji laboratorium dari Balai Besar Veteriner Wates Yogyakarta. Namun, langkah sementara yaitu pemberian suntikan massal telah dilakukan terutama di daerah tersebut.

Sebelumnya, di Kecamatan Srengat, Kabupaten Blitar, juga pernah terjadi kejadian, sapi milik peternak juga banyak yang mati secara mendadak, pada 2014. Pemerintah Kabupaten Blitar, saat itu mengungkapkan sapi warga positif terkena antraks.

Penyakit antraks atau radang limpa pada sapi penyebabnya adalah "Bacillus anthracis". Kuman antraks bisa membentuk spora yang bisa bertahan hidup berpuluh-puluh tahun di tanah. Kuman itu juga tahan terhadap kondisi atau lingkungan yang panas, bahan kimia atau desinfektan.

Oleh karena itu, hewan yang mati yang terjangkit anthraks dilarang untuk dibedah pada bangkainya supaya tidak membuka peluang bagi organisme untuk membentuk spora. Penyakit tersebut bisa tersebar di seluruh dunia terutama daerah tropis.  (*)

Pewarta: Asmaul Chusna

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018