Banyuwangi (Antaranews Jatim) - Sebanyak 732 pelari dari mancanegara dan berbagai daerah di Indonesia meramaikan "Banyuwangi Ijen Green Run" yang melintasi keindahan alam kawasan Taman Wisata Alam Gunung Ijen, Banyuwangi, Jawa Timur, Minggu.
Lomba lari itu diikuti peserta dari Prancis, Belgia, serta sejumlah negara lainnya. "Para peserta berlari menyusuri kawasan Ijen sehingga menjadi pengalaman yang menyenangkan," kata Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas usai ikut berlari pada kegiatan yang juga dihadiri mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan itu.
Lomba itu mengambil start di lapangan Tamansari, Kecamatan Licin, yang merupakan pintu gerbang memasuki kawasan Gunung Ijen. Para peserta memulai start di pagi hari dengan suhu 22 derajat celcius.
Ajang itu dibagi dalam tiga kategori, yaitu kelas 6 KM, 18 KM, hingga 33 KM. Para pelari dalam ajang sport tourism itu tidak hanya disuguhi panorama alam yang hijau dan menakjubkan, tapi juga budaya kehidupan masyarakat pegunungan, termasuk sebelum dilepas, para pelari diajak mencicipi minuman legen (air enau) oleh Bupati Anas.
Para peserta menyusuri jalur yang cukup menantang, mulai dari tanjakan, turunan yang curam sampai menyeberangi sungai. Sejak start, pelari langsung melalui tanjakan sepanjang 500 meter, sehingga mengharuskan mereka pintar mengatur tenaga.
Setelah itu lintasan mulai datar sepanjang satu kilometer. Suasana mulai terasa sejuk karena melewati jalur hutan cengkeh dengan lintasan berbatu. Pelari juga melewati perkebunan kopi dan hutan pinus.
Suasanya kian asyik ketika menyeberangi sungai kecil yang airnya bening. Rute yang dilalui juga melewati permukiman warga desa. Saat itu beberapa warga menyambut para pelari dengan hidangan aneka camilan tradisional, seperti pisang rebus, ubi, dan kacang rebus.
"Ayo mampir minum teh hangat. Ini ada polo pendem (umbi-umbian). Tidak usah sungkan," ujar Darsono, warga yang pekarangan rumahnya dilewati pelari.
Sejumlah pelari mengaku puas mengikuti lomba ini. "Kalau saya lari di Belanda rutenya selalu datar, tapi di sini menyenangkan. Saya tadi lewat hutan, ada suara-suara alam yang enak didengar. Menyenangkan dan indah sekali di sini," kata Daley Lievense, pelari dari Middelburg, Belanda.
Daley mengaku beruntung bisa liburan ke Banyuwangi saat ada lomba "Banyuwangi Ijen Green Run". "Dari lomba ini, setelah kembali ke Belanda saya bertekad mau berlatih lari maraton. Lomba ini membuat saya jadi cinta olahraga lari," ujar Daley.
Salah seorang pemenang Ijen Green Run kategori 18K, yang juga master putri asal Gianyar, Bali, Ni Made Honey, juga mengaku terkesan dengan rute yang dilaluinya. "Suasana dan pemandangannya indah. Rute ini enak, secara teknis rutenya dirancang pelari seperti kita masih bisa terus berlari meski banyak tanjakan," katanya.
Ni Made merupakan anggota Bali Hash, komunitas pelari trail run asal Bali. Ada 25 pelari dari Bali Hash yang ikut ajang ini.
Bupati Anas mengatakan, pihaknya terus mendorong pengembangan sport tourism (olahraga berbalut pariwisata). Banyuwangi sangat cocok dikembangkan untuk sport tourism, mengingat potensi alamnya yang mendukung.
"Ini merupakan cara kreatif untuk mempromosikan daerah. Kami juga konsisten menggelar kegiatan berbasis komunitas, salah satunya lari ini. Olahraga lari saat ini kian diminati karena telah menjadi bagian dari gaya hidup sehat masyarakat," ujarnya.
Menurut Anas, hal itu juga menggerakkan ekonomi karena pelari butuh jasa transportasi, penginapan, kuliner, dan hampir dipastikan ketika pulang akan membawa oleh-oleh khas Banyuwangi.
"Itu tadi ada sekeluarga dari Yogyakarta, Jakarta. Mereka datang ingin ikut lomba lari sekaligus berwisata di Banyuwangi," ucap Anas.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018
Lomba lari itu diikuti peserta dari Prancis, Belgia, serta sejumlah negara lainnya. "Para peserta berlari menyusuri kawasan Ijen sehingga menjadi pengalaman yang menyenangkan," kata Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas usai ikut berlari pada kegiatan yang juga dihadiri mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan itu.
Lomba itu mengambil start di lapangan Tamansari, Kecamatan Licin, yang merupakan pintu gerbang memasuki kawasan Gunung Ijen. Para peserta memulai start di pagi hari dengan suhu 22 derajat celcius.
Ajang itu dibagi dalam tiga kategori, yaitu kelas 6 KM, 18 KM, hingga 33 KM. Para pelari dalam ajang sport tourism itu tidak hanya disuguhi panorama alam yang hijau dan menakjubkan, tapi juga budaya kehidupan masyarakat pegunungan, termasuk sebelum dilepas, para pelari diajak mencicipi minuman legen (air enau) oleh Bupati Anas.
Para peserta menyusuri jalur yang cukup menantang, mulai dari tanjakan, turunan yang curam sampai menyeberangi sungai. Sejak start, pelari langsung melalui tanjakan sepanjang 500 meter, sehingga mengharuskan mereka pintar mengatur tenaga.
Setelah itu lintasan mulai datar sepanjang satu kilometer. Suasana mulai terasa sejuk karena melewati jalur hutan cengkeh dengan lintasan berbatu. Pelari juga melewati perkebunan kopi dan hutan pinus.
Suasanya kian asyik ketika menyeberangi sungai kecil yang airnya bening. Rute yang dilalui juga melewati permukiman warga desa. Saat itu beberapa warga menyambut para pelari dengan hidangan aneka camilan tradisional, seperti pisang rebus, ubi, dan kacang rebus.
"Ayo mampir minum teh hangat. Ini ada polo pendem (umbi-umbian). Tidak usah sungkan," ujar Darsono, warga yang pekarangan rumahnya dilewati pelari.
Sejumlah pelari mengaku puas mengikuti lomba ini. "Kalau saya lari di Belanda rutenya selalu datar, tapi di sini menyenangkan. Saya tadi lewat hutan, ada suara-suara alam yang enak didengar. Menyenangkan dan indah sekali di sini," kata Daley Lievense, pelari dari Middelburg, Belanda.
Daley mengaku beruntung bisa liburan ke Banyuwangi saat ada lomba "Banyuwangi Ijen Green Run". "Dari lomba ini, setelah kembali ke Belanda saya bertekad mau berlatih lari maraton. Lomba ini membuat saya jadi cinta olahraga lari," ujar Daley.
Salah seorang pemenang Ijen Green Run kategori 18K, yang juga master putri asal Gianyar, Bali, Ni Made Honey, juga mengaku terkesan dengan rute yang dilaluinya. "Suasana dan pemandangannya indah. Rute ini enak, secara teknis rutenya dirancang pelari seperti kita masih bisa terus berlari meski banyak tanjakan," katanya.
Ni Made merupakan anggota Bali Hash, komunitas pelari trail run asal Bali. Ada 25 pelari dari Bali Hash yang ikut ajang ini.
Bupati Anas mengatakan, pihaknya terus mendorong pengembangan sport tourism (olahraga berbalut pariwisata). Banyuwangi sangat cocok dikembangkan untuk sport tourism, mengingat potensi alamnya yang mendukung.
"Ini merupakan cara kreatif untuk mempromosikan daerah. Kami juga konsisten menggelar kegiatan berbasis komunitas, salah satunya lari ini. Olahraga lari saat ini kian diminati karena telah menjadi bagian dari gaya hidup sehat masyarakat," ujarnya.
Menurut Anas, hal itu juga menggerakkan ekonomi karena pelari butuh jasa transportasi, penginapan, kuliner, dan hampir dipastikan ketika pulang akan membawa oleh-oleh khas Banyuwangi.
"Itu tadi ada sekeluarga dari Yogyakarta, Jakarta. Mereka datang ingin ikut lomba lari sekaligus berwisata di Banyuwangi," ucap Anas.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018