Bondowoso (Antaranews Jatim) - Ketua Dewan Pendidikan Kabupaten Bondowoso, Dr Syaeful Bahar menyatakan pihaknya akan merekomendasikan adanya larangan penggunaan gawai atau telepon seluler pintar bagi kalangan pelajar di sekolah karena banyak memberikan dampak negatif.
"Berdasarkan kajian yang dilakukan Dewan Pendidikan selama kurun waktu empat tahun, salah satu penyimpangan moral, sumber utamanya adalah dari penggunaan gadget. Oleh karena itu sangatlah mungkin untuk merekomendasikan larangan gadget bagi siswa di sekolah pada pemerintah daerah," katanya di Bondowoso, Jawa Timur, Rabu.
Sebagaimana tradisi pesantren, lanjut dia, siswa dilarang membawa gaawai (gadget) dan kalaupun membawa gadget cukup telepon yang tidak ada vitur lainnya, kecuali hanya bisa menerima "SMS" dan menelepon untuk kepentingan orang tua.
Penggunaan gaawai di sekolah, katanya, cenderung menggiring siswa malas belajar karena dengan mudah bisa memperoleh jawaban-jawaban dari soal-soal mata pelajaran lewat alat canggih itu.
"Hal itu juga akan berdampak terhadap menurunnya minat baca siswa terhadap buku-buku yang menjadi rujukan utama ilmu pengetahuan," ucapnya.
Menurut Syaeful, pihaknya sangat setuju larangan penggunaan gaawai bagi siswa di sekolah karena bagi mereka (siswa) yang belum memiliki komitmen yang kuat terhadap ilmu pengetahuan lalu diberi kesempatan untuk mendapat fasilitas yang berbentuk jalan pintas untuk mendapatkan informasi, akan sangat berbahaya.
"Perpustakaan akan sepi pembaca padahal semua informasi harus dari buku. Karena yang namanya gadget itu semuanya parsial walaupun saat ini ada aplikasi e-book tetapi kami tidak yakin siswa membaca itu dan yang pasti mereka hanya membaca `capture` yang sesuai dengan kepentingan mereka saja," paparnya.
Sementara Wakil Kepala SMP Negeri 1 Bondowoso Bidang Kesiswaan Agus Djumantoro mengatakan selama ini siswa diwajibkan menggunakan gaawai sebagai salah satu sarana menjawab soal-soal yang sulit dan butuh pendalaman materi.
"Saya pribadi tidak setuju dengan penggunaan gadget, karena dengan gadget siswa lebih malas belajar dan salah satu contohnya saya mengajar agama, ketika harus membuka ayat-ayat Alquran mereka langsung memanfaatkan gadgetnya padahal di mushalla banyak Alquran yang disediakan untuk kepentingan sekolah," tuturnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018
"Berdasarkan kajian yang dilakukan Dewan Pendidikan selama kurun waktu empat tahun, salah satu penyimpangan moral, sumber utamanya adalah dari penggunaan gadget. Oleh karena itu sangatlah mungkin untuk merekomendasikan larangan gadget bagi siswa di sekolah pada pemerintah daerah," katanya di Bondowoso, Jawa Timur, Rabu.
Sebagaimana tradisi pesantren, lanjut dia, siswa dilarang membawa gaawai (gadget) dan kalaupun membawa gadget cukup telepon yang tidak ada vitur lainnya, kecuali hanya bisa menerima "SMS" dan menelepon untuk kepentingan orang tua.
Penggunaan gaawai di sekolah, katanya, cenderung menggiring siswa malas belajar karena dengan mudah bisa memperoleh jawaban-jawaban dari soal-soal mata pelajaran lewat alat canggih itu.
"Hal itu juga akan berdampak terhadap menurunnya minat baca siswa terhadap buku-buku yang menjadi rujukan utama ilmu pengetahuan," ucapnya.
Menurut Syaeful, pihaknya sangat setuju larangan penggunaan gaawai bagi siswa di sekolah karena bagi mereka (siswa) yang belum memiliki komitmen yang kuat terhadap ilmu pengetahuan lalu diberi kesempatan untuk mendapat fasilitas yang berbentuk jalan pintas untuk mendapatkan informasi, akan sangat berbahaya.
"Perpustakaan akan sepi pembaca padahal semua informasi harus dari buku. Karena yang namanya gadget itu semuanya parsial walaupun saat ini ada aplikasi e-book tetapi kami tidak yakin siswa membaca itu dan yang pasti mereka hanya membaca `capture` yang sesuai dengan kepentingan mereka saja," paparnya.
Sementara Wakil Kepala SMP Negeri 1 Bondowoso Bidang Kesiswaan Agus Djumantoro mengatakan selama ini siswa diwajibkan menggunakan gaawai sebagai salah satu sarana menjawab soal-soal yang sulit dan butuh pendalaman materi.
"Saya pribadi tidak setuju dengan penggunaan gadget, karena dengan gadget siswa lebih malas belajar dan salah satu contohnya saya mengajar agama, ketika harus membuka ayat-ayat Alquran mereka langsung memanfaatkan gadgetnya padahal di mushalla banyak Alquran yang disediakan untuk kepentingan sekolah," tuturnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018