Kabupaten Madiun Klaim Nihil Kasus Difteri

Madiun (Antara Jatim) - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Madiun mengklaim wilayah setempat bebas atau nihil kasus difteri selama beberapa tahun terakhir meski Kementerian Kesehatan menyatakan Provinsi Jawa Timur dalam status kejadian luar biasa (KLB) penyakit tersebut.

     

"Sejak bulan Januari hingga jelang akhir tahun 2017 belum ada laporan kasus difteri yang menyerang warga Kabupaten Madiun," ujar Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Madiun Soelistyo Widyantono, Selasa.

     

Ia mengatakan nihilnya kasus difteri di wilayahnya tersebut dipengaruhi oleh upaya pencegahan yang intensif dilakukan jajarannya. Salah satunya adalah upaya pencegahan dengan menggalakkan imunisasi difteri, pertusis, dan tetanus (DPT).

     

"Dinas Kesehatan intensif menggalakkan imunisasi DPT bagi balita dan anak sesuai tahapan umurnya di posyandu, puskesmas, dan rumah sakit," kata dia.

     

Menurut dia, masih adanya indikasi penyakit difteri di sejumlah wilayah dimungkinkan karena seseorang tersebut tidak melakukan imunisasi atau melakukan imunisasi yang tidak lengkap.

     

Di Kabupaten Madiun sendiri pernah berstatus kejadian luar bisa (KLB) difteri pada tahun 2014. Seiring intensifnya upaya imunisasi DPT, kasus difteri tidak lagi ditemui di Kabupaten Madiun.

     

Untuk itu, Dinkes Kabupaten Madiun mengimbau para orang tua untuk aktif membawa anaknya ke posyandu dan puskesmas guna mendapatkan imunisasi DPT. 

     

Pihaknya juga menugaskan para kader posyadu yang ada di masing-masing RT dan desa untuk memberikan penyuluhan akan pentingnya anak mendapatkan imunisasi DPT. 

     

Adapun, imunisasi DPT yang lengkap sesuai tahapan usia diklaim dapat mencegah seorang anak terserang difteri 80 hingga 90 persen. 

     

Seperti diketahui, data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur mencatat, mulai Januari hingga 4 Desember 2017, tercatat ada 318 kasus difteri di Jawa Timur dan menyebabkan 12 anak di antaranya meninggal dunia. 

     

Dari 318 kasus yang dilaporkan tersebut, 24 orang di antaranya dinyatakan kasus konfirmasi berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium, sedangkan 294 lainnya kasus klinis. Semua kasus difteri tersebut melanda anak usia di bawah 15 tahun. (*)