Bondowoso (Antara Jatim) - Tanaman kopi arabika maupun robusta di Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, hanya mampu memroduksi sebanyak sekitar 500 kilogram atau setengah ton per hektare (ha) karena berada di bawah pohon tegakan.
"Meskipun produksi kopi Bondowoso hanya mampu setengah ton per hektare (ha), tetapi untuk kualitas rasa kopinya bagus bila dibandingkan dengan tanaman kopi yang langsung mendapatkan cahaya matahari (tanaman kopi tidak berada di bawah naungan)," kata Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan Pemkab Bondowoso Muhammad Erfan di Bondowoso, Selasa.
Ia membandingkan dengan tanaman kopi tidak berada di bawah pohon tegakan, maka hasil produksinya bisa mencapai satu ton lebih dalam satu hektare karena langsung mendapatkan sinar matahari.
Karena tidak berada di bawah pohon tegakan, katanya, tanaman kopi akan lebih cepat proses kematangannya atau kopi lebih cepat masak karena fotosintesisnya tidak terganggu.
"Kalau tanaman kopi di bawah naungan itu kematangan buah kopinya perlahan atau lambat, sehingga juga berpengaruh pada produksinya. Tetapi, kualitasnya lebih bagus dan itu juga disampaikan oleh pengusaha kopi asal Malaysia, beberapa waktu lalu di Jember," kata mantan Kepala Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bondowoso itu.
Erfan menambahkan, luasan tanaman kopi arabika di Bondowoso yang berada di bawah pohon tegakan sampai saat ini tercatat sebanyak sekitar 13.500 hektare dan yang sudah berbuah dan dipanen sebanyak tujuh hektare.
"Jadi, tanaman kopi di bawah pohon tegakan dan tidak sebenarnya ada kekurangan dan kelebihannya masing-masing antara kualitas dan hasil produksinya," tuturnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017
"Meskipun produksi kopi Bondowoso hanya mampu setengah ton per hektare (ha), tetapi untuk kualitas rasa kopinya bagus bila dibandingkan dengan tanaman kopi yang langsung mendapatkan cahaya matahari (tanaman kopi tidak berada di bawah naungan)," kata Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan Pemkab Bondowoso Muhammad Erfan di Bondowoso, Selasa.
Ia membandingkan dengan tanaman kopi tidak berada di bawah pohon tegakan, maka hasil produksinya bisa mencapai satu ton lebih dalam satu hektare karena langsung mendapatkan sinar matahari.
Karena tidak berada di bawah pohon tegakan, katanya, tanaman kopi akan lebih cepat proses kematangannya atau kopi lebih cepat masak karena fotosintesisnya tidak terganggu.
"Kalau tanaman kopi di bawah naungan itu kematangan buah kopinya perlahan atau lambat, sehingga juga berpengaruh pada produksinya. Tetapi, kualitasnya lebih bagus dan itu juga disampaikan oleh pengusaha kopi asal Malaysia, beberapa waktu lalu di Jember," kata mantan Kepala Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bondowoso itu.
Erfan menambahkan, luasan tanaman kopi arabika di Bondowoso yang berada di bawah pohon tegakan sampai saat ini tercatat sebanyak sekitar 13.500 hektare dan yang sudah berbuah dan dipanen sebanyak tujuh hektare.
"Jadi, tanaman kopi di bawah pohon tegakan dan tidak sebenarnya ada kekurangan dan kelebihannya masing-masing antara kualitas dan hasil produksinya," tuturnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017