Probolinggo (Antara Jatim) - Petani di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur menjual hasil panennya ke luar daerah sampai ke Bandung, Jawa Barat, karena kuota maksimal dua pabrikan di wilayah setempat sudah penuh.
"Pabrikan tersebut sudah tidak menyerap lagi hasil panen tembakau petani lokal, sehingga petani harus memasarkan tembakaunya ke luar daerah, bahkan sampai ke Bandung," kata Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Kabupaten Probolinggo Achmad Mudzakir di Probolinggo, Rabu.
Menurutnya dua pabrik yang sudah penuh adalah Gudang Garam dan Djarum, sehingga kedua pabrikan itu sudah menutup gudang induk dan petani hanya mengandalkan penjualan pabrikan sisanya yang masih belum penuh.
Berdasarkan data, lanjut dia, permintaan tembakau Gudang Garam sekitar 4.000 ton, kemudian Djarum 2.500 ton, AOI 550 ton, Bentoel 700 ton, dan Sadana 600 ton.
"Memasuki akhir masa panen tembakau, harga jual tembakau tingkat petani mulai menurun. Jika pekan lalu harganya masih Rp35.000 per kilogram, kini sudah turun menjadi Rp33.000-Rp 34.000 per kilogram untuk tembakau kering," tuturnya.
Ia mengatakan masa panen tembakau yang belum tuntas hanya sekitar 20 persen dari total areal tanam seluas 7.224,60 hektare dengan luas areal yang tersebar di tujuh kecamatan sentra tembakau yakni Kecamatan Paiton, Kotaanyar, Besuk, Pakuniran, Kraksaan, Gading dan Krejengan.
"Khusus di Paiton wilayah utara, masa tanamn tembakaunya tidak bersamaan dengan kecamatan lain dan tembakau mereka tidak terserap pabrikan lokal, tetapi masih bisa menjual ke pabrikan rokok di Bandung, Jawa Barat," katanya.
Muzadkir mengatakan hujan yang mulai turun di Kabupaten Probolinggo berdampak turunnya harga tembakau jenis Voor Oogst (VO) di wilayah setempat karena kualitas tembakau tersebut menurun yang berdampak pada nilai jual daun tembakau.
"Turunnya harga hampir 25 persen dimaklumi petani karena kualitas daun tembakau tidak terlalu bagus saat musim hujan dan petani sudah bisa memprediksi turunnya harga tembakau saat musim hujan," ujarnya.
Proses penjemuran daun tembakau, lanjut dia, tidak akan maksimal ketika sering turun hujan, sehingga secara otomatis kualitas tembakau menurun yang berdampak pada harga jual tembakau ke pabrikan.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017