Tulungagung (Antara Jatim) - Lebih dari 30 hektare sawah yang ditanami padi di beberapa wilayah di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur terendam banjir sehingga memaksa petani melakukan panen lebih awal untuk menghindari kerugian.

Suroyo (50), petani di Dusun Gambiran, Desa Besole, Kecamatan Besuki yang sawahnya ikut terendam banjir mengaku panen lebih cepat dilakukan agar bulir padi tidak membusuk.

"Sebenarnya sudah waktunya panen ini, sudah tiga bulan (usia). Tapi keduluan banjir sehingga harus segera dipanen," kata Suroyo, Rabu.

Di area persawahan Dusun Gambiran itu, tak kurang dari 10 hektare sawah yang terendam banjir.

Menurut Suroyo dan penuturan petani setempat, luapan air sungai gambiran dan Ngentrong meluber ke area persawahan.

Padahal seharusnya air langsung mengalir ke Saluran Parit Agung, dan dibuang ke laut melalui terowongan Niyama.

"Air sungai meluap akibat tanggul yang membatasi dengan area persawahan sebelah sana jebol," kata Sumi, istri Suroyo yang ikut panen padi di sawah mereka yang terendam banjir sedalam 60-an centimeter.

Akibatnya, saat turun hujan deras selama sehari semalam dan debit air sungai meningkat, air meluap dan masuk ke persawahan sekitarnya.

"Bagaimanapun gabah yang sudah terkena banjir harganya akan jatuh. Apalagi jika kelamaan terendamnya, semoga belum terlambat dan bisa dikeringkan dengan cara dijemur," katanya.

Sumaji, petani lain yang sawahnya lebih beruntung tidak terimbas banjir mengatakan gabah yang sudah terdampak banjir biasanya banyak yang rusak karena bulir padi/beras mudah pecah-pecah.

Kondisi fisik bulir padi yang tidak utuh baik sebelum maupun sesudah proses penggilingan itulah yang kemudian mempengaruhi harga gabah, tidak sama dengan produk sejenis yang tidak terpengaruh banjir.

"Pembeli biasanya sudah hafal mana gabah yang kondisinya baik dan mana yang bekas terendam banjir dan berpotensi rusak sehingga nilai perkiraan harganya juga otomatis turun," ujarnya.

Beberapa area persawahan lain yang dilaporkan mengalami banjir di antaranya terjadi di wilayah Bandung, Gondang serta Pakel.

Kondisi terparah biasanya di area persawahan yang ada di kanan-kiri area hilir Sungai Parit Raya dan Parit Agung menjelang masuk ke arah Bendung Niyama yang menjadi pintu muara menuju laut selatan di Pantai Sidem.

Luapan air kiriman dari area hulu di wilayah Trenggalek dan Tulungagung menjadi penyebab menumpuknya air di area hilir yang berakibat banjir di kawasan pemukiman dan persawahan di Tulungagung Selatan ini. (*)

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko

Editor : Endang Sukarelawati


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017