Bojonegoro (Antara Jatim) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro, Jawa Timur, belum menetapkan siaga darurat banjir dan tanah longsor serta ancaman bencana angin kencang karena masih menanggani bencana kekeringan.
"BPBD belum menetapkan siaga banjir dan tanah longsor karena masih menanggani bencana kekeringan," kata Kepala BPBD Bojonegoro Andik Sudjarwo, di Bojonegoro, Senin.
Menurut dia, BPBD akan fokus menangani ancaman bencana angin kencang yang biasa terjadi di musim peralihan dari kemarau ke musim hujan setelah bencana kekeringan berakhir.
"Bencana kekeringan akan berakhir akhir Oktober. Setelah itu BPBD akan menetapkan siaga darurat banjir dan tanah longsor," kata dia menegaskan.
Ia menyebutkan pendistribusian air bersih masih tetap berjalan dengan jumlah rata-rata empat tangki air (6.000 liter per tangki) per hari di desa yang masih mengalami kekeringan.
"Jumlah desa yang mengalami kekeringan sudah mulai berkurang, karena sudah turun hujan," ujarnya.
Sebaliknya, kata dia, ancamanan bencana angin kencang mulai mengancam daerahnya, karena di sejumlah desa di Kecamatan Kalitidu dan Ngasem, terjadi bencana angin kencang yang datang bersamaan dengan hujan, pekan lalu.
"Dalam kejadian angin kencang itu ada sejumlah rumah roboh," ucap Sekretaris BPBD Nadif Ulfia menambahkan.
Saat ini, tambah Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD MZ. Budi Mulyono, sejumlah rumah warga yang rumahnya roboh sedang dalam proses diusulkan untuk memperoleh santuan uang masing-masing Rp5 juta per kepala keluaraga (KK).
"Ada enam rumah yang roboh," tambahnya.
Baik Andik maupun Nadif mengaku BPBD akan menetapkan status siaga darurat banjir dan tanah longsor awal November.
"BPBD akan menempatkan petugas yang khusus menangani adanya ancamana bencana angin kencang, sebab masuk musim peralihan," ucap Nadif yang bisa dipanggil Uul itu.
Data di BPBD menyebutkan sejak 1 Januari terjadi 29 kejadian angin kencang di 27 desa di 16 kecamatan dengan kerugian mencapai Rp630,850 juta.
Angin kencang yang datang bersamaan dengan hujan itu mengakibatkan 26 rumah roboh dan ratusan rumah mengalami rusak berat, sedang dan ringan. Selain itu, dalam bencana angin kencang itu juga mengakibatkan sejumlah warga mengalami luka-luka.
"Siaga darurat banjir dan tanah longsor akan kami sampaikan ke seluruh kecamatan yang daerahnya rawan bencana," kata Andik menambahkan. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017
"BPBD belum menetapkan siaga banjir dan tanah longsor karena masih menanggani bencana kekeringan," kata Kepala BPBD Bojonegoro Andik Sudjarwo, di Bojonegoro, Senin.
Menurut dia, BPBD akan fokus menangani ancaman bencana angin kencang yang biasa terjadi di musim peralihan dari kemarau ke musim hujan setelah bencana kekeringan berakhir.
"Bencana kekeringan akan berakhir akhir Oktober. Setelah itu BPBD akan menetapkan siaga darurat banjir dan tanah longsor," kata dia menegaskan.
Ia menyebutkan pendistribusian air bersih masih tetap berjalan dengan jumlah rata-rata empat tangki air (6.000 liter per tangki) per hari di desa yang masih mengalami kekeringan.
"Jumlah desa yang mengalami kekeringan sudah mulai berkurang, karena sudah turun hujan," ujarnya.
Sebaliknya, kata dia, ancamanan bencana angin kencang mulai mengancam daerahnya, karena di sejumlah desa di Kecamatan Kalitidu dan Ngasem, terjadi bencana angin kencang yang datang bersamaan dengan hujan, pekan lalu.
"Dalam kejadian angin kencang itu ada sejumlah rumah roboh," ucap Sekretaris BPBD Nadif Ulfia menambahkan.
Saat ini, tambah Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD MZ. Budi Mulyono, sejumlah rumah warga yang rumahnya roboh sedang dalam proses diusulkan untuk memperoleh santuan uang masing-masing Rp5 juta per kepala keluaraga (KK).
"Ada enam rumah yang roboh," tambahnya.
Baik Andik maupun Nadif mengaku BPBD akan menetapkan status siaga darurat banjir dan tanah longsor awal November.
"BPBD akan menempatkan petugas yang khusus menangani adanya ancamana bencana angin kencang, sebab masuk musim peralihan," ucap Nadif yang bisa dipanggil Uul itu.
Data di BPBD menyebutkan sejak 1 Januari terjadi 29 kejadian angin kencang di 27 desa di 16 kecamatan dengan kerugian mencapai Rp630,850 juta.
Angin kencang yang datang bersamaan dengan hujan itu mengakibatkan 26 rumah roboh dan ratusan rumah mengalami rusak berat, sedang dan ringan. Selain itu, dalam bencana angin kencang itu juga mengakibatkan sejumlah warga mengalami luka-luka.
"Siaga darurat banjir dan tanah longsor akan kami sampaikan ke seluruh kecamatan yang daerahnya rawan bencana," kata Andik menambahkan. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017